SEJARAH INDONESIA (UAS)
TRINIA FAUZIAH
4423126884
TRINIA FAUZIAH
4423126884
Wayang Golek
Siapa
yang tidak kenal wayang golek? Yap, biasanya wayang identik dengan wayang
golek, disini saya akan membahas tentang wayang golek itu sendiri. Karna wayang
golek merupakan salah satu wayang yang terkenal di Indonesia.
Pengertian
dari wayang adalah suatu seni pertunjukan yang terbuat dari boneka kayu, dan
dimainkan oleh dalang atau orang yang ahli memainkannya. Wayang pertama kali di
perkenalkan yakni di tanah Pasundan, Jawa Barat.
Disini
wayang juga terdapat berbagai jenis, yaitu wayang golek papak (cepak) dan
wayang golek purwa, dan wayang golek modern yang berasal dari daerah sunda.
Pertunjukan
wayang tersebut biasanya menceritakan tentang cerita rakyat. Sebagaimana
contohnya ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan
yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama
Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabrata. Demikian
juga saat masuknya Islam,
ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia
dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi,
dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah
yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam,
berkembang juga wayang Sadat yang
memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Seperti yang saya bahas
di atas, wayang golek mempunyai berbagai macam jenis yaitu wayang golek papak
(cepak), wayang golek purwa, dan wayang golek modern. Dan di bawah ini saya
akan menjelaskan tentang ketiga wayang tersebut:
1. Wayang Golek Papak
(Cepak)
Wayang
Golek Papak (Cepak) adalah
salah satu jenis kesenian tradisional yang terkenal di daerah Indramayu ldan
Cirebon. Golek berarti boneka, sedangkan "cepak" diambil dari bentuk
kepala wayang yang papak (rata). Karena bentuk fisiknya inilah, wayang ini
dinamakan wayang golek cepak.
2. Wayang Golek Purwa
Dinamakan
wayang golek Purwa
karena cerita atau lakon yang diangkat dalam pertunjukkan wayang golek purwa
adalah cerita mahabharata dan Ramayana, sama seperti yang biasa dipentaskan
dalam pertunjukkan wayang kulit purwa. Bahasa yang digunakan adalah dengan
menggunakan bahasa Sunda.
Dengan
iringan gamelan salendro yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking,
sebuah selentem, satu perangkat bonang recik, satu perangkat kenong, sepasang
gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang
indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab, Selama pertunjukan yang
bertindak sebagai pemimpin adalah Dalang. Dia memainkan wayang, menyanyikan
Suluk, menyuarakan dialog (antawacana), memberikan aba-aba kepada Nayaga untuk
mengatur lagu gamelan, dll. Karena itu dalang berperan sangat sentral.
3. Wayang Golek Modern
Wayang golek modern sama
seperti wayang purwa, cerita yang diangkat adalah cerita dari lakon Mahabharata
dan Ramayana. Dalam pementasannya menggunakan listrik untuk membuat trik-trik.
Pembuatan trik-trik tersebut untuk menyesuaikan pertunjukan wayang golek dengan
kehidupan modern.
Wayang
golek modern dirintis oleh R.U. Partasuanda dan dikembangkan oleh Asep Sunandar
tahun 1970 -1980. Gamelan wayang golek modern ditempatkan di depan layar yaitu
di depan jagat.Pesinden berada di depan yang terdiri dari beberapa orang duduk
berjejer. Apabila sedang melantunkan lagu-lagu yang dapat menampilkan adegan
joget, pesinden pun ikut berjoget. Bahkan, atas permintaan penonton pesinden
berjoget dengan penonton. Apalagi sekarang, dengan lagu-lagu dangdut sudah biasa
ditampilkan dalam pagelaran wayang atau kiliningan, pesinden harus mau turun
melantai.
- Bentuk
wayang golek
Media utama pergelaran
Wayang Golek adalah boneka yang terbuat dari kayu (umumnya jenis kayu yang
ringan), ditatah/doukir, dicat, diberi busana dan karakter sesuai dengan
ketentuan dan kebutuhan. Boneka kayu yang menyerupai manusia dengan stilasi
disana-sini itu disebut juga Wayang Golek, dengan demikian nama benda peraga
dan nama jenis pertunjukannya itu sendiri sama yakni Wayang Golek.
Bentuk/badan wadag Wayang
Golek sebenarnya dapat dipisah-pisah menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian
kepala beserta leher, tangan, dan badan. Ketiga bagian tersebut dibuat secara
terpisah untuk kemudian disambungkan sehingga bentuknya tampak utuh seperti
“manusia”.
Bagian leher dan kepala disambungkan oleh bamboo yang
telah diraut kurang lebih sebesar jari kelingking sehingga wayang tersebut
dapat menengok ke kiri dank e kanan seperti manusia. Bagian bawah dari bamboo
itu diruncingkan, menembus badan wayang sampai ke bawah dan akhirnya berfungsi
sebagai kaki yang akan ditancapkan pada batang pisang sehingga dapat berdiri
kokoh. Dari bagian pinggang ke bawah dipasang kain yang berbentuk sarung
sehingga tangan Dalang yang memegang bambu tadi tidak tampak dari luar.
Bagian tangan dibuat
terpisah terutama pada sendi bahu dan sedi siku. Sendi-sendi itu dihubungkan
dengan benang/tali sehingga wayang tersebut dapat bergerak menyerupai manusia.
Bagian tangan tokoh-tokoh wayang tertentu diberi kelat bahu (hiasan pangkal
lengan) atau gelang. Demikian juga pada bagian-bagian tubuh wayang yang penuh
dengan manik-manik, anting telinga, badong (hiasan punggung), keris dan
sebagainya. Adapun bentuk badan raut wajah, pakaian, hiasan, disesuaikan dengan
karakter dan kedudukan tokoh wayang yang bersangkutan.
- Musik
Musik yang dipergunakan untuk mengiringi pergelaran
Wayang Golek adalah karawitan Sunda yang berlaraskan Pelog/Salendro. Instrumen
musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang Nayaga atau Juru Gending, adapun
alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :
1. Saron 1 Saron 2 - Peking - Demung – Selentem
2. Bonang - Rincik - Kenong – Gambang
3. Rebab - Kecrek - Kendang – Bedug
4. Gong
Kedudukan musik dalam
pergelaran Wayang Golek demikian pentingnya, ia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pertunjukan itu sendiri. Mulai dari tatalu (overture)
kawin/lagu, tari dan perang wayang, dialog, pembangunan suasana, pengisi celah
antar adegan, semuanya diiringi dengan musik. Di samping itu, musik itu pun
harus disesuaikan dengan karakter-karakter wayang yang diiringinya.
Misalnya :
1. Satria Ladak, seperti Narayana, Karna, Salya, Somantri, harus diiringi
dengan gending gawil
2. Satria Lungguh, seperti Arjuna, Abimanyu, Pandu, Semiaji, diiringi
dengan gending banjar Sinom atau Udan Mas
3. Ponggawa, seperti Gatotkaca, Indrajit, Baladewa, biasa diiringi dengan
gending bendrong, Waled, dan Macan Ucul.
4. Raja-raja, seperti Kresna diiringi dengan gending Kastawa, Rahwana
dengan gending Gonjing atau genggong
Ini adalah
foto-foto yang saya ambil disaat
berkunjung ke
museum wayang, hihihi ;)
Reverensi :
-
1. Museum wayang jakarta
-
4. Buku Imagining
Indonesia James William Schiller,
-
5. Buku On the subject of java – john pemberton
-
6. Peperenian urang sunda : rachmat taufik hidayat