Taman Siswa
Penulisan
ini di tunjukan untuk memenuhi tugas UTS sejarah Indonesia. Pemilihan tugas ini
berdasarkan diorama yang saya sambil di Monas untuk jadi bahan acuan dalam
pembuatan karya tulis ini. Kali ini saya akan menjelaskan tentang Taman Siswa
yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922.
Berbicara mengenani Taman Siswa tidak bisa lepas dari
pendirinya yaitu Raden mas Soewardi Soeryanignrat atau yang lebih kita kenal
denga sebutan Ki Hajar Dewantara. Beliau mendirikan Taman Siswa dengan banya
tujuan dan cita cita beliau. Taman Siswa didirikan bertujuan untuk pendidikan
rakyat Indonesia yang terpuruk dan untuk alat perjuangan menuju kemerdekaan
Indonesia. Selain itu Taman Siswa juga bertujuan untuk membangun ketakwaan pada
Tuhan yang Maha Esa agar dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan dapat di andalkan oleh
bangsa dan negara.
Pendidikan di Indonesia
menganut pola pendidikan yang di terapkan oleh Taman Siswa, sehingga ada
beberapa slogan milik Taman Siswa yang di jadikan slogan pendidikan di
Indonesia.
Sekilas tentang Ki Hajar
Dewantara sebagai pendiri dari Taman Siswa. Bapak Ki Hajar Dewantara atau yang
juga terkenal dengan sebutan bapak pendidikan nasional lahir di Yogyakarta pada
tanggal 2 mei 1889. Hari lahir Ki Hajar Dewantara di peringati sebagai hari
pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara memiliki beberapa ajaran yang di
ajarkan pada murid muridnya ajaran yang paling terkenal adalalh tut wuri
handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada. Yang masing masing
artinya adalah di belakang member dorongan, di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa, di depan member teladan. Pada tanggal 28 april 1959 Ki Hajar
Dewantara menghembuskan nafas trakhirnya di tempat kelahirannya di Yogyakarta
dan di makamkan di sana pula.
Dengan nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat ia berasala dari keluarga kerajaan kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat pada usia
yang mencapai 40 tahun mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Sejak saat
itu ia mengubah nama kebangsawanannya supaya ia dapat bebas untuk dekat dengan
rakyat.
Perjalanannya untuk memperjuangkan
bangsannya diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi bangsa Indonesia. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS
(Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai
wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De
Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada
masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif,
tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi
pembacanya.
Taman Siswa adalah nama
sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922 di
Yogyakarta. Pada waktu pertama didirikan namanya bukanlah Taman Siswa tetapi
National Onderwijs Institut Taman Siswa, yang merupakan gagasan beliau dengan
eberapa temannya dari paguyuban Sloso kliwon Sekolah Taman Siswa, Yogyakarta
dan mempunyai 129 cabang sekolah de seluruh kita di di Indonesia.
Awal pendirian
tama siswa di awali dengan ketidak pusan dengan pola pendidikan yang di lakukan
oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara colonial yang memberikan
fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena seperti yang di
katakana oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan dinamit bagi
system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”.
Sebab itu maka didirikanlah Taman
Siswa oleh Ki Hajar Dewantara dan teman temannya. Taman Siswa merupakan
tantangan tersendiri bagi Ki Hajar Dewantara karena mendapatkan tindakan yang
tidak menyenangkan dari pihak Belanda. Taman Siswa merupakan badan perjuangan
kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan untuk
mencapai cita cita bangsa Indonesia. Bagi Taman Siswa pedidikan bukanlah
tujuan, tapi media untuk mencapai kemerdekaan dalam arti sebenernya. Merdeka
secara jasmani dan rohani. Yang di maksud merdeka secara fisik adalah secara
ekonomi, politik dan lain sebagainnya. Sedangakn merdeka secara batin adalah
mampu mengendalikan dirinya saat dalam keadaan tidak di inginkan.
Taman Siswa tidak semudah
itu mendapat perizinan dari pemerintah colonial Belanda, karena pemerintah
coonial Belanda takut Taman Siswa di jadikan alat untuk melawan pemerintahan Belanda
pada saat itu. Taman Siswa dia anggapa sebagai tempat untuk memupuk kader untuk
melawan pemerintahan colonial Belanda. Oleh karena itu pemerintah colonial Belanda
dengan segala cara menghalangi berdirinya Taman Siswa. Sejak saat itu Taman
Siswa menghadapai perjuangan asasi melawan politik pemerintahan colonial Belanda.
Pada tahun 1931 banyak dari golongan orang Belanda yang mempringatkan
pemerintah bahwa apabila tidak di lakukan peninjauan atas pengajaran gubernur, Taman
Siswa akan menguasai keadaan politik dan pendidikan dalam tempo sepuluh tahun.
Menyambuat kegelisahan orang
Belanda, pemerintah konservatif gubernur jendral do jonge mengeluarkan
ordanansi pengawasan yang di muat dalam staatsblad no. 494 tanggal 17 september
1932. Isi dan tujuan dari ordanansi itu adalah member kuasa kepada alat alat
pemerintahan untuk mengrus wujud dan isi sekolah sekolah pertikelir yang tidak
di biayayoleh negeri. Sekolah pertikelir harus meminta izin lebih dahulu
sebelum dibuka dan guru-gurunya harus mempunyai izi mengajar. Rencana
pengajarannya pula harus sesusai dengan sekolah negeri, demikian juga denga
peraturan peraturannya. Ordanansi itu menimbulka perlawanan di kalangan
masyarakat Indonesia dan Ki Hajar Dewantara yang mengirimkan protes dengan
telegram kepada gubernur jenderal di bogot pada tanggal 1 oktober 1932.
Taman Siswa setelah
kemerdekaan
Salah satu masalah yang
dihadapi oleh Taman Siswa setelah kemerdekaan adalah meninjau kembali hubungan
dengan pemerintahan bangsa Indonesia sendiri. Terutama dalam hal penerimaan
subsidi si kalangan perguruan tinggi banyak perbedaan dalam menghadapi masalah
ini yaitu mereka yang menerima subsidi ini dan cara penggunaannya agar tidak
mengganggu terhadapap prisip “merdeka mengruus diri sendiri”.
Di kalangan para pemimpin
terdapat dua pendapat atau aliran yang merumuskna mau kemana Taman Siswa nanti.
Yang pertama, aliran yang menunjukan Taman Siswa terlepas dari system
pendidikan pemerintah, merupakanlembaga pendidikan yang independen hidup dalam
cita-citanya sendiri dan terus berusaha agar sebagian masyarkat meneirma konsep
pendidikan nasional, caranya dengan tetap mempertahankan system pondok yang
terasing dari masyarakat sekitarnya. Yang kedua adalah ,mereka berpendapat
bahwa perkembangan masyarkaat Indonesia baru sangat perlu di hapdapi dengan
pemikiran baru. Maksdunya Taman Siswa dapat menyumbangkan idenya untuk
pengembangan kebijakan politik pendidikan nasional.
Atas permintaan penduduk dan
untuk memnuhi kebutuhan pendidikan warga di wilayah kemayoran, Ki Samidi
Mangunsarkoro (Tokoh Taman Siswa Yogyakarta, ketika itu beliau menjabat kepala
HIS Budi Utomo), dengan bermodalkan hanya 500 gulden, Ki Samidi berkerja sama
dengan Ki Moh. Thamrin mendirikan perguruan Taman Siswa cabang Jakarta yang di
pimpin oelh Ki Moh husni Thamrin selaku ketua Majelis Cabang dan Ki Samidi
Mangunsarkoro selaku Majelis perguruan. Taman Siswa cabang Jakarta terletak di
jalan garuda No 17 kemayoran.
Karna untuk masuk ke sekolah
Belanda di perlukna banyak criteria yang harus di penuhi untuk bersekolah. Maka
anggota masyarakat yang tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Belanda
karena tidak memenuhi syarat, dapat menyekolahkan anaknya ke perguruanan Taman
Siswa, bahkan diantara siswanya adalah putera putera pejuang lemerdekaan.
Walaupun ada larangan
belajar oleh pemereintah Belanda, sebagai besar para siswa dan orang tua murid
tetap meperthakan dan belajar di perguruan Taman Siswa. Dan semakin banyak
warga masyarakan yang ingin menyekolhakan anakanya di Taman Siswa, rencana
semula yang hanya mebuka taman anak dan kursis guru, kemudian di tambah dengan
membuka jug ataman muda (SD kelas IV smapai dengan kelas VI) dan taman dewasa
(MULO Taman iswa). Selain itu tempat belajar jug asemakin luas menggunkan
gedung di jalan Garuda No. 73, 82, 52 dan 46 seklaigus untuk asrama siswa,
tempat tinggal pamong dan pimpinan perguruan. Selai itu untuk membuka cabang
perguruan di jatibari, tanah abang, petojo,kebon jeruk, sawah besar, jatinegara
dan kramat dekat pasar genjing.
Oleh adanya konflik internal
di perguruan Taman Siswa cabang Jakarta antara pamong dadn pimpinan sehinggal
mengakibatkan sebanyak 22 orang pamong menyataka keluar dan oleh sebab itu
terlepas pula ranting Taman Siswa di petojo dank ebon jeruk dari Taman Siswa
cabang Jakarta, dan selanjutnya berdiri sendiri dan berganti nama menjadi
pergururuan Budi Arti pada bulan oktober 1934
Pada tanggal 8 maret 1942 Jepang
masuk dan menduduki daerah bekas jajahan Belanda, awalnya kehadiran Jepang di
sambut baik oleh sebagian besar rakyat termasuk orang-orang Taman Siswa.
Kedatangan bala tentara Jepang dianggap akan member kemerdekaan kepada indoneis
oleh karena itu pamong Taman Siswa Ki Mangunsakroo kembali ke Yogyakarta karena
perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di anggap telah usai dan Indonesia di
anggap sudah akan merdeka.
Setelah ditutup sekitar dua
tahun, maka berkat usaha Ki Moh Said Reksohadiprodjo dan Ki R. Sukamto,
perguruan Taman Siswa cabang Jakarta kembali di buka pada 14 juli 1944 dengan
menyewa dua buah rumah yang terletak di ujung jalan kadiman dan di bentuk lah
dua program baru yaitu taman Indria dan Taman Muda. Ketua perguruan itu adalah
ki R. sukamto. Agar kedudukan Taman Siswa di Jakarta tidak dapat di usik oleh
pihak yang tidak senang dengan kehadiran Taman Siswa, maka perguruan Taman
Siswa cabang Jakarta didaftarkan kepada notaries dengan akte notaries R.kadiman
No. 20 tertangggal 13 september 1944 dengan nama Taman Siswa Jakarta Syuu. Menjelang akhir tahun 1944, rumah-rumah
dikawasan jalan kadiman termasuk rumah yang ditempati oleh perguruan Taman
Siswa harus di kosongkan kareana akan digunakan untuk markas angkatan laut Jepang
atau kaigun.. namun berkat diplomasi Ki Moh Said Reksohadiprodjo kepada komanda
angkatan laut Jepang. Khusunya dengan colonel Maeda maka Taman Siswa di tunjuj
untuk menpati gedung bekas rumah sakit palang dua di jalan garuda no.25 yang
sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Inilah yang sampai sekarang menjadi gedung
perguruan Taman Siswa cabang Jakarta jalan garuda kemayoran. Taman siswa sampai
sekarang masih menjadi panutan dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara sebagai
tokoh pendidikan nasional juga sangat dikagumi. Dunia pendidikan Indonesia
tidak akan maju dan berkembang atau bahkan tidak akan ada yang berkembangan
tanpa adanya Taman Siswa. Sepatutnya kita sebagai mahasiswa juga menghargai
dunia pendidikan yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu dengan belajar
dengan serius dan mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara. Sekian yang
dapat saya sampaikan tentang Taman Siswa dan sejarahnya, semoga dapat
bermanfaat bagi yang lain.
Sumber:
6.
Santoso,soegeng,2011, Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
7.
Karja ki Hajdar Dewantara, 1967.
Madjelis-Luhur Persatuan Taman Siswa
Muhammad Akmal
4423126870
7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar