Rabu, 26 Desember 2012

Sejarah Indonesia '' Perang Padri " Anggita putri ulfa



''Perang Padri''
 

NAMA :Anggita Putri Ulfa  
NIM : 4423126858
PRODI : Pariwisata 2012
PERANG PADRI
Biografi Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 - wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), bernama asli Muhammad Shahab atau Petto Syarif, adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda, peperangan itu dikenal dengan nama Perang Padri di tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia.

Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Indonesia pada tahun 1772.Beliau kemudiannya meninggal dunia di Manado, Sulawesi pada 6 November 1864 dalam usia 92 tahun dan dimakamkan di Khusus Lotak, Minahasa .

Tuanku Imam Bonjol bukanlah seorang Minahasa. Dia berasal dari Sumatera Barat. "Tuanku Imam Bonjol" adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada guru-guru agama di Sumatra. Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin.

Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera, yang pada mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalagunaan dadah, minuman keras, dan tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap penjajahan Belandayang memiliki semboyan Gold, Glory, Gospel sehingga mengakibatkan perang Padri (1821-1837).

Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pemimpin negeri Bonjol.

Pertentangan kaum Adat dengan kaum Paderi atau kaum agama turut melibatkan Tuanku Imam Bonjol. Kaum paderi berusaha membersihkan ajaran agama islam yang telah banyak diselewengkan agar dikembalikan kepada ajaran agama islam yang murni.

Golongan adat yang merasa terancam kedudukanya, mendapat bantuan dari Belanda. Namun gerakan pasukan Imam Bonjol yang cukup tangguh sangat membahayakan kedudukan Belanda. Oleh sebab itu Belanda terpaksa mengadakan perjanjian damai dengan Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1824. Perjanjian itu disebut "Perjanjian Masang". Tetapi perjanjian itu dilanggar sendiri oleh Belanda dengan menyerang Negeri Pandai Sikat.

Pertempuran-pertempuran berikutnya tidak banyak berhenti, kerena Belanda harus mengumpul kekuatanya terhadap Perang Diponogoro. Tetapi setelah Perang Diponogoro selesai, maka Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menaklukan seluruh Sumatra Barat.

Imam Bonjol dan pasukanya tak mau menyerah dan dengan gigih membendung kekuatan musuh. Namun Kekuatan Belanda sangat besar, sehingga satu demi satu daerah Imam Bonjol dapat direbut Belanda. Tapi tiga bulan kemudian Bonjol dapat direbut kembali. Ini terjadi pada tahun 1832.

Belanda kembali mengerahkan kekuatan pasukanya yang besar. Tak ketinggalan Gubernur Jeneral Van den Bosch ikut memimpin serangan ke atas Bonjol. Namun ia gagal. Ia mengajak Imam Bonjol berdamai dengan maklumat "Palakat Panjang", Tapi Tuanku Imam curiga.

Untuk waktu-wakyu selanjutnya, kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, namun ia tak mau untuk berdamai dengan Belanda.Tiga kali Belanda mengganti panglima perangnya untuk merebut Bonjol, sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah liat. Setelah tiga tahun dikepung, barulah Bonjol dapat dikuasai, yaitu pada tanggal 16 agustus 1837.

Pada tahun 1837, desa Imam Bonjol berjaya diambil alih oleh Belanda, dan Imam Bonjol akhirnya menyerah kalah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada akhirnya dibawa ke Minahasa. Dia diakui sebagai pahlawan nasional.

Sebuah bangunan berciri khas Sumatera melindungi makam Imam Bonjol. Sebuah relief menggambarkan Imam Bonjol dalam perang Padri menghiasi salah satu dinding. Di samping bangunan ini adalah rumah asli tempat Imam Bonjol tinggal selama pengasingannya .
 
Jalannya Perang Padri


Raja di undang oleh tuanku  Pasaraman ke kota tengah untuk diajak berunding . tuanku Pasaraman adalah seorang tokoh kaum padri yang beraliran radikal . pada waktu itu raja berserta para petinggi kerajan datang untuk memenuhi undang tersebut.
Di dalam perundingan terjadi kegagalan untuk mencapai kata sepakat , sehingga tuanku Paraman mengambil tekad untuk memusnakan raja beserta seluruh pengikutnya .tuanku Pasaraman menuduh bawah raja sudah melanggar ajaran islam karena itu seluruh yang hadir dibunuh oleh kaum padri.
Kekuasaan kaum padri secara nyata berada di daerah pedalaman dan juga wilayahnya semakin tambah luas ,karena kampung demi kampung berhasil di kuasainya.demikian penduduk kaum adat terdesak dan akhirnya meminta bantuan kepada pihak belanda di batavia .
Periode pertama (1821-1825)
Belanda mengirim tentaranya dari batavia di bawah pimpinan Letkol Raaf .serangan belanda tersebut berhasil merebut batu sangkar (dekat pagarruyung) dan langsung mendirikan benteng yang bernama benteng Fort Van Der Capelle (gubernur jendral di indonesia saat itu ). Demikian belanda sudah mempunyai basis kekuatan dalam menghadapi kaum paderi . pada tahun 1825 , pulau jawa terjadi pahlawan dari pangeran diponegoro yang memecahkan perhatian belanda menjadi 2 arah , yaitu jawa dan sumatra .untuk mengkonsentrasikan perhatian di jawa , belada mengadakan perjanjian dengan kaum paderi. Perjanjian perdamainan itu lebih di kenal dengan perjanjian mangsa dengan isi pokok tentang soal gencatan senjata antar kedua belah pihak .
Periode kedua ( 1825-1830)
Kedua belah pihak berusaha untuk menjaga diri sebaik-baiknya dan selau siap apabila suatu saat terjadi peperangan yang tidak di harapkan. Isi pererjanjian masang sekurang-kurangnya merupakan suatu jaminan untuk tidak mengadakan peperangan dalam waktu yang singkat .
Dalam suasana seperti itu , bentrok-bentrokan kecil sering terjadi segera dapat di padamkan , pada saat itu belanda bersikap sangat lunak.seperti ini dapat di tafsirkan bahwa belanda mempunyai sikap baik hati dan taat dengan perjanjian masang .
Periode ketiga (1830-1837)
Setelah 1830 setelah perang diponegoro usai , keadaan di sumatra sangat berubah , yaitu terdapat pertempuran yang tidak dapat di hindari lagi . naskah perjanjian masang di robek oleh belanda . belanda menuduh kaum paderi tidak setia terhadap perjanjian masang .
Pada tahun 1831 , Letnan Kolonel Elout datang dengan pasukannya untuk melawan kaum paderi .kemudian datang juga Mayor Michales dengan tugas pokok menundukan ke tiang dekat tiku yang merupakan pusat kekuatan kaum padri . usaha belanda ini berhasil dan setaun kemudian Sentot Ali Basa Prawiradirdja beliau bekas panglima diponegoro dikirim ke sumatra barat .


Akhir Perang Padri 


Kekuatan belanda sudah berada di sumatra barat untuk menundukan kaum padri . kota Bonjol di kuasai untuk pertama kalinya oleh belanda . hal ini bukan berarti kaum padri sudah menyerah .
Pada tahun 1831 , terjadi persatuan kaum adat dengan kaum padri dan pada tahun 1833 serentak mengadakan serangan umum terhadap kota Bonjol , sehingga membuat pasukan belanda kalang kabut .
Letnan Kolonel Elout sebgai pemimpin pasukan belanda mengambil suatu kebijaksanaan bahwa prajurit sentot sangat baik untuk dapat mengadakan hubungan dengan rakyat dan menarik simpati dari gerakan kaum padri , hal ini prajurit sentot beragama islam dan sama dengan agama yang di anut masayarakat sumatra barat .
Kenyataannya lain , Sentot di tugaskan untuk menarik simpati rakyat ternyata mengadakan hubungan dengan kaum padri . gerak-gerik sentot ini menimbulkan rasa curiga di kalangan belanda , kemudian ia dipanggil ke batavia untuk ditahan dan di asingkan ke bengkulu serta wafat disana pada tahun 1855 .
Tahun 1834 , balanda di bawah pimpinan Cochius dan Michaels berhasil menduduki kekuatan kaum padri di kota bonjol . Iman Bonjol sebagai pemimpin kaum padri yang berakhir mendapat pertahanan sampai tahun 1837 , belanda mengajak berunding , di tipu dan kemudian ditangkap .
Selanjutnya di bawa ke batavia dan kemudian di Minahasa sampai wafat di kampung Luta tahun 1864 di usia 92 tahun .dengan berakhirnya perang padri pada tahun 1837 , seluruh sumatra barat jatuh ke tangan belanda .

Perang Diponegoro
Sejak ke datangan Belanda di jawa tengah , kerajaan Mataram mengalami kemerosotan . wilayah kerajaan makin sempit banyak daerah diambil alih oleh belanda sebagi imbalan atas bantuannya . tindakan yang dilakukan oleh belanda menimbulkan rasa benci dari golongan rakyat jelata .keadaan mulai panas namun golongan itu masih menanggung datangnya seorang ratu adil yang dapat memimpin mereka menghadapi belanda . tokoh kaya dihadapkan itu adalah tokoh dari kalangan istana yang tampil kedepan untuk memimpin mereka , beliau adalah pangeran Diponegoro .

Jalannya Perang Diponegoro
Serang itu merupakan awal mulanya perang diponegoro . pangerang diponegoro bersama dengan mangkubumi berhasil meloloskan diri keluar kota dan memusatkan pasukannya di selarong . kemudian pangeran diponegoro mengempur kota Ngayogyakarta , sehingga sultan Hanengkubuwono V yang masih kanak-kanak dibawa ke benteng belanda .pasukan belanda berhasil menghalau pasukan Diponegoro.kegagalan pasukan diponegoro ini mendorong beliau mengalihkan peperangan di sekitar kota Ngayogyakarta dan salah satu pertempuran yang sangat dahsyat terjadi di Plered .
Pada tahun 1826 , terjadi pertempuran di Ngalengkong . pasukan diponegoro mengalami kemenangan gemilang yang mengharumkan nama pangeran diponegoro . peristiwa ini merupakan puncak  kemenangan dari petempuran pangeran diponegoro . rakyat menobatkan pangeran diponegoro dengan gelar Sultan Abdul Herutjokro Amirulmukminin Saidin Panatagama Kalifatullah Tanah Jawa .
Pada tahun 1829 , merupakan saat yang sangat krisis bagi pangeran diponegoro satu persatu pengikutnya mulai meninggalkan dan memisahkan diri .Kiai Mojo memisakan diri dari kelompok pangeran diponegoro , Sentot Ali Basa akhirnya menyerah kepada belanda setelah syarat-syarat yang diajukan di terima oleh belanda .
Dengan terpenuhinya syarat-syarat itu maka tanggal 20 oktober 1829 Sentot menyerah kepada belanda di yogyakarta .menyerahnya Sentot ini menyebabkan pangeran diponegoro kehilangan banyak pengikut dan kekuatannya pun semakin berkurang .lalu belanda menjanjikan hadiah bagi siapa yang menangkap pangeran diponegoro , namun usaha itu pun mengalami kegagalan .
Belanda banyak mengeluarkan banyak biaya dalam perang diponegoro dan bermaksud segera mengakhiri peperangan dengan cara perundingan.

Akhir Perang Diponegoro 

Kolonel Cleerens berhasil mengadakan perundingan pendahuluan sekitar bulan februari 1830 . perundingan selanjutnya diadakan Magelang pada bulan maret 1830 . Perundingan berhasil dilaksanakan pangeran Diponegoro dengan belanda (di wakili oleh Jendral de Kock) .dalam perundingan pangeran diponegoro mengajukan tuntutan yaitu pangeran diponegoro menginginkan sebuah negara merdeka di bawah seorang  Sultan juga ingin menjadi Amirulmukminin di tanah jawa sebagai kepala negara bagi masyarakat islam .
Pangeran diponegoro di tangkap dan ditawan di batavia , kemudian di manado . pangeran diponegoro di tawan Makasar (Benteng Rotterdam). Pangeran Diponegoro meninggal di Makassar pada tanggal 8 Januari 1855 .
Tertangkapnya Pangeran Diponegoro , maka dari itu berakhirlah perang diponegoro dengan belanda , lalu Belanda mengakui bahwa perang diponegoro merupakan perang yang paling hebat , karena banyaknya mengeluaran biaya perang .

Perundingan Tuanku Imam Bonjol
Dalam pelarian lalu persembunyiannya, Tuanku Imam Bonjol terus mencoba mengadakan konsolidasi terhadap seluruh pasukannya yang  telah bercerai-berai dan lemah, namun karena telah lebih 3 tahun bertempur melawan Belanda secara terus menerus, ternyata hanya sedikit saja yang tinggal dan masih siap untuk bertempur kembali. Dalam kondisi seperti ini, tiba-tiba datang surat tawaran dari Residen Francis di Padang untuk mengajak berunding. Kemudian Tuanku Imam Bonjol menyatakan kesediaannya melakukan perundingan. Perundingan itu dikatakan tak boleh lebih dari 14 hari lamanya. Selama 14 hari berkibar bendera putih dan gencatan senjata berlaku.
Tuanku Imam Bonjol diminta untuk datang ke Palupuh, tempat perundingan, tanpa membawa senjata. Tapi hal itu cuma jebakan Belanda untuk menangkap Tuanku Imam Bonjol, peristiwa itu terjadi di bulan Oktober 1837 , kemudian Tuanku Imam Bonjol dalam kondisi sakit langsung dibawa ke Bukittinggi kemudian terus dibawa ke Padang, untuk selanjutnya diasingkan. Namun pada tanggal 23 Januari 1838, ia dipindahkan ke Cianjur,  pada akhir tahun 1838, ia kembali dipindahkan ke Ambon. Kemudian pada tanggal 19 Januari 1839, Tuanku Imam Bonjol kembali dipindahkan ke Menado,  di daerah inilah sesudah menjalani masa pembuangan selama 27 tahun lamanya, pada tanggal 8 November 1864, Tuanku Imam Bonjol menghembuskan nafas terakhirnya. 

Penangkapan Tuanku Imam Bonjol
Meskipun pada tahun 1837 Benteng Bonjol dapat dikuasai Belanda, Tuanku Imam Bonjol berhasil ditipu lalu  ditangkap, tetapi peperangan ini masih berlanjut sampai akhirnya benteng terakhir Kaum Padri, di Dalu-Dalu (Rokan Hulu), yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Tambusai jatuh pada 28 Desember 1838. Jatuhnya benteng tersebut memaksa Tuanku Tambusai mundur, bersama sisa-sisa pengikutnya pindah ke Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya,  akhirnya peperangan ini dianggap selesai kemudian Kerajaan Pagaruyung ditetapkan menjadi bagian dari Pax Neerlandica dan wilayah Padangse Bovenlanden telah berada di bawah pengawasan Pemerintah Hindia-Belanda. 

Sikap Patriotisme Kepahlawanan
Pengaruh dari peperangan ini menumbuhkan sikap patriotisme kepahlawanan bagi masing-masing pihak yg terlibat. Selepas jatuhnya Benteng Bonjol, pemerintah Hindia-Belanda membangun sebuah monumen untuk mengenang kisah peperangan ini. Kemudian sejak tahun 1913, beberapa lokasi tempat terjadi peperangan ini ditandai dengan tugu dan dimasukkan sebagai kawasan wisata di Minangkabau. Begitu juga selepas kemerdekaan Indonesia, pemerintah setempat juga membangun museum dan monumen di Bonjol dan dinamai dengan Museum juga Monumen Tuanku Imam Bonjol. Perjuangan beberapa tokoh dalam Perang Padri ini, mendorong pemerintah Indonesia kemudian menetapkan Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusai sebagai Pahlawan Nasional.

Sumber web :
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padri
http://forum.detik.com/sejarah-perang-paderi-1821-1837-t80921.html?s=09014d03abb9439ed9e7719668eeeb97&amp
 M. Radjab, Perang Paderi, Kementerian P.P & K, cetakan 1, 1954, 432 halaman
tokohitamblackchamber.blogspot.com
Sumber dari Buku : Buku sejarah penerbit Erlangga KTSP 2006
                               Buku IPS SMP sejarah Intan Pariwara 
                               Buku sejarah Intensif

NAMA :Anggita Putri Ulfa  
NIM : 4423126858
PRODI : Pariwisata 2012
PERANG PADRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar