Sejarah sunda kelapa
Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang dikelola oleh perusahaan
yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security karena
sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektar serta luas
perairan kolam 16.470 hektar, terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan
Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250 meter dan luas kolam
lebih kurang 1.200 meter yang mampu menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan
Kalibaru panjangnya 750 meter lebih dengan luas daratan 343.399 meter persegi,
luas kolam 42.128,74 meter persegi, dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar
pulau dan memiliki lapangan penumpukan barang seluas 31.131 meter persegi.
Dari segi ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan dengan
pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan
lain-lainnya. Sebagai pelabuhan antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi
kapal-kapal berukuran 175 BRT. Barang-barang yang diangkut di pelabuhan ini
selain barang kelontong adalah sembako serta tekstil. Untuk pembangunan di luar
pulau Jawa, dari Sunda Kelapa juga diangkut bahan bangunan seperti besi beton
dan lain-lain. Pelabuhan ini juga merupakan tujuan pembongkaran bahan bangunan
dari luar Jawa seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain
sebagainya. Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara
tradisional. Di pelabuhan ini juga tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik
gudang biasa maupun gudang api.
Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan wisata bagi
DKI. Tidak jauh dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan
dunia kemaritiman Indonesia masa silam serta peninggalan sejarah kolonial
Belanda masa lalu.
Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan
gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan
akan menjalani reklamasi pantai untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol
Timur sebesar 500 hektar.
informasi mengenai berbagai macam
jenis kapal yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa didapatkan dari berita
Belanda dan pahatan pada bangunan Belanda dari abad 17 M. Kapal-kapal yang
pernah singgah di pelabuhan Sunda Kelapa antara lain kapal dari Eropa seperti
kapal layar dari Belanda dan kapal Galleon Inggris. Sedangkan dari berbagai
daerah di Nusantara banyak menggunakan perahu layar karena dapat berlayar
dengan cepat, mudah dan memuat banyak
barang. Perahu layar tersebut di antaranya adalah perahu majung, perahu kitir, lanchara (lancaran - perahu dengan satu
tiang dan bisa didayung) dan jung-jung dari Cina. Selain perahu-perahu tersebut
juga terdapat kapal perang yang panjang dan dangkal atau pangajava untuk membawa dagangan dari Sunda ke Malaka.
Sumber tertulis Cina dapat
memberikan sedikit informasi mengenai kapal-kapal Cina yang datang ke Batavia.
Kapal-kapal Cina (jung) yang singgah di Batavia umumnya memiliki tiga layar
dengan berbagai ukuran, dari dua ratus sampai delapan ratus ton. Terbuat dari
kayu dan dipersenjatai dengan lengkap untuk mengantisipasi serangan perompak.
Van Leur menceritakan mengenai pasokan komoditi Cina bahwa armada dagang Cina
di Batavia,
pada 1625 mempunyai tonase seluruhnya lebih
besar dari tonase seluruh armada Kumpeni Belanda. Sementara itu, berdasarkan
berita tertulis Inggris dapat diketahui nama-nama kapal yang berlabuh di Sunda
Kelapa pada saat melakukan penyerangan terhadap Jayakarta adalah kapal-kapal
dari Inggris di antaranya kapal Globe,
Samson, Thomas, Unicorne, Rose, Black Lio, James Royall, de Hont, Britten
dan kapal Peppercorne. Sedangkan
kapal-kapal Belanda antara lain Wapen van
Amsterdam, Golden Lion, Devil of Delft, Moone, Clove, Sunne, dan Bergeboat.
Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar Menara Syahbandar yang ditinggali para elit Belanda dan Eropa menjadi tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling Batavia bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.
Abad ke-20, Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Kemudian pada masa Orde Baru,nama Sunda Kelapa dipakai kembali. nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan. ini juga biasa disebut Pasar Ikan karena di situ terdapat pasar ikan yang besar yang bernama muara angke .
Sunda
Kelapa sekitar pertengahan abad ke-20
Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta,
Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta
Utara .
Meskipun sekarang Sunda Kelapa bernama salah satu pelabuhan di Jakarta,
daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah
ikon kota Jakarta yang hari jadinya pada
tanggal 22 Juni 1527. Kala itu Kalapa, nama aslinya, merupakan pelabuhan
kerajaan Pajajaran yang ibukota di Pakuan (sekarang kota Bogor) yang direbut
oleh pasukan Demak dan Cirebon. Walaupun hari jadi kota Jakarta baru ditetapkan
pada abad ke-16, sejarah Sunda Kelapa sudah dimulai jauh lebih awal, yaitu pada
zaman pendahulu Pajajaran, yaitu kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara waktu
itu pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera.
Pelabuhan Kalapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan
pelabuhan terpenting Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para
penjajah Eropa, Kalapa diperebutkan antara kerajaan Nusantara dan Eropa.
Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun.
Para penakluk ini mengganti nama pelabuhan Kalapa dan daerah sekitarnya. Namun
pada awal tahun 1970-an, nama kuno Kalapa kembali digunakan sebagai nama resmi
pelabuhan tua ini dalam bentuk "Sunda Kelapa".
Masa kolonialisme Belanda, Kekuasaan Demak di Jayakarta secara singkat. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, mereka memerlukan basis pula. Maka dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. J.P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini adalah nama sebuah suku Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa ini pada zaman Romawi.
Menurut catatan sejarah, pelabuhan Sunda Kelapa pada masa awal ini dibangun dengan kanal sepanjang 810 meter. Pada tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1.825 meter. Setelah zaman kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan ini memiliki kanal sepanjang 3.250 meter yang dapat menampung 70 perahu layar dengan sistem susun sirih.Sunda kelapa pelabuhan terbesar di pantai utara
Sejak abad IV, Sunda Kelapa sudah
dikenal sebagai kota pelabuhan. Namun, perannya di kawasan pantai utara Jawa
semakin penting pada abad IX hingga XV. Menurut naskah kuno, nama bandar ini
adalah Kalapa, tetapi para pelaut Portugis menyebutnya Sunda Kelapa. Letaknya
di Teluk Jakarta, terlindung oleh pulau-pulau dalam gugusan Kepulauan Seribu.
Secara alamiah, keadaan ini amat menguntungkan untuk sebuah bandar. Kapal-kapal
yang berada di sini dapat berlabuh dengan tenang dan aman. Selain itu,
posisinya yang berada di muara sungai amat strategis, karena dapat mempercepat
hubungan pelayaran serta perdagangan antara daerah pesisir dan pedalaman.
Inilah bandar terbaik yang dimiliki
Kerajaan Sunda (Hindu) Padjajaran. Sebagai pelabuhan utama yang menguasai
industry hilir hingga hulu, Sunda Kelapa menjadi pusat penyalur hasil produksi
dari pedalaman maupun dari bandar-bandar lainnya, dan kemudian
mendistribusikannya ke luar negeri melalui jaringan perdagangan dan
pelayaran internasional. Pelabuhan yang termasuk dalam jalur sutera laut ini
selalu dikunjungi para pedagang dari mancanegara. Kota pelabuhannya pun dikenal
tertib dan teratur. Bahkan telah memiliki pengadilan yang lengkap, berikut
dengan hakim dan paniteranya.
Pada 1526, Sunda Kelapa dikuasai
oleh Kerajaan Demak-Cirebon yang sebelumnya telah menduduki Banten. Pada masa
itu namanya menjadi Jayakarta. Kedudukannya sebagai bandar terbesar dan
terpenting perlahan-lahan mulai memudar karena digantikan oleh Banten. Secara
politis maupun ekonomis, peranan bandar ini pun menjadi tenggelam, namun tetap
diperhitungkan sebagai daerah penyangga Banten. Pelabuhan ini tetap disinggahi
kapal yang membutuhkan bahan makanan dan air minum.
Keadaan pelabuhan ini menjadi hidup
kembali saat Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC) menguasai bandar ini. Setelah melihat tempat-tempat yang
tepat sebagai titik temu kegiatan perdagangan di Asia, dari Koromandel sampai
Cina, perusahaan dagang Belanda ini menjatuhkan pilihan ke Jayakarta. Maka pada
1619 , Jayakarta berubah menjadi Batavia. Di tempat ini kemudian dibangun pusat
militer dan administrasi oleh Jan Piterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC. Batavia menjadi kota pelabuhan yang berkembang
pesat dan dihuni puluhan ribu orang dari berbagai bangsa.
Sunda
kelapa dan batavia masa VOC
Di bawah kekuasaan VOC Sunda Kelapa berkembang lebih pesat lagi
menjadi sebuah pelabuhan transit internasional dan Batavia menjadi Bandar
terpenting di Asia. Pada Kala itu Batavia telah menjadi urat nadi jaringan
perniagaan yang terentang dari Jepang sampai Afrika dan dari Ternate hingga
Bandar Surat di Teluk Arab. Sebagai sebuah kota pelabuhan transit
internasional, Batavia dengan pelabuhan Sunda Kelapanya dapat memberi berbagai
barang dagangan ke negara-negara Eropa dan dari berbagai daerah Nusantara
maupun negara di Asia lainnya (contohnya Cina dan India) dengan komoditas
perdagangan seperti kain sutra, the, kopi, tembakau, rempah-rempah, arak (tuak)
serta berbagai jenis keramik. Kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa inilah yang
secara langsung menjadi faktor utama pesatnya Batavia di masa kekuasaan VOC.dan
Tidak hanya itu, dengan adanya Sunda Kelapa ini, Batavia juga ikut membantu
kemajuan perekonomian Belanda. Setiap tahunnya Batavia mengirimkan pemasukan
dalam jumlah yang cukup besar yaitu 4 juta Gilders ke Belanda. Berkat pelabuhan
ini pula, lalu kemudian sekarang Batavia
berkembang menjadi kota yang maju, banyak sekali pengusaha yang menjadi kaya di
kota ini. Dengan kanal-kanalnya yang dialiri air yang jernih serta bangunan
indah dan megah yang mengisi kota, membuat Batavia memiliki julukan Ratu Dari
Timur (Koningen van Het Oosten) dan menjadi daya tarik tersendiri bagi
negara-negara lain khususnya negara di Eropa untuk datang dan berkunjung ke
Batavia seperti Inggris, Perancis, dan negara-negara Skandinavia seperti
Swedia, pada tahun 1732-1733 dengan kapal Götheborg dalam pelayaran pertamanya
menuju Canton (Cina) tertarik untuk singgah di Batavia.
NAMA : Anggita Putri Ulfa
NIM : 4423125868
(UAS Sejarah )
Referensi :
http://pleisbilongtumi.wordpress.com/2012/12/02/port-sunda-kelapa/
http://www.indonesia.travel/id/destination/357/pelabuhan-sunda-kelapa
http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-2240.html
http://hariyadiedogawa.blogspot.com/2011/11/sejarah-pelabuhan-sunda-kelapa.html
buku SD PLKJ 2007 SL Media
Referensi :
http://pleisbilongtumi.wordpress.com/2012/12/02/port-sunda-kelapa/
http://www.indonesia.travel/id/destination/357/pelabuhan-sunda-kelapa
http://nationalgeographic.co.id/forum/topic-2240.html
http://hariyadiedogawa.blogspot.com/2011/11/sejarah-pelabuhan-sunda-kelapa.html
buku SD PLKJ 2007 SL Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar