BIOGRAFI PANGERAN
DIPONEGORO
Pangeran Dipinegoro adalah seorang pahlawan nasional
Republik Indonesia. Makamnya berada di Makasar. Diponegoro ada putra sulung
dari Hamengkubuwono III, seorang Raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal
11 November 1785 di Yogyakarta dari selir bernama R.A Mangkarawati. Pangeran
Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.
PANGERAN DIPONEGORO
MENOLAK MENJADI RAJA
Suatu hari Hamengklubuwono ayahanda dari
Pangeran Diponegoro meminta agar anaknya menjadi raja untuk menggantikan beliau
yang suda tua. Tetapi Pangeran Diponegoro menolak permintaan itu karena dia
menggap dirinya tidak pantas menjadi raja.
ADU DOMBA BELANDA
Pasukan Belanda sudah menyusup ke semua
daerah di Tanah Jawa. Pasukan Belanda terus menerapkan taktik “memecah belah”.
Caranya yaitu dengan menjelek-jelekan seorang bangsawan lain. Belanda akan
sangat senang jika mereka termakan omongan Belanda. Tujuan pasukan Belanda
seperti itu agar para bangsawan saling menjatuhkan dan tidak percaya satu sama
lain. Semakin banyak bangsawan yang berhasil diadu domba semakin banyak pula
tanah yang diambil oleh tentara Belanda, yang digunakan untuk perkebunan
pengusaha Belanda. Pangeran Diponegoro sengaja meninggalkan kerajaan dan
menetap di Tegalrejo. Namun pasukan Belanda mengira bahwa Pangeran Diponegoro
pindah untuk menyiapkan pembrontakan.
PATOK DI MAKAM LELUHUR
Pasukan belanda semakin memonopoli
perdagangan dan semua peraturan Belanda membuat rakyat tercekik. Pada saat itu
Ayahanda Pangeran Diponegoro yaitu Hamengkubowono III telah wafat dan
digantikan oleh Sultan Hamengkubuwono IV. Ketika Sultan Hamengkubuwono IV telah
wafat, Belanda semakin ingin menguasai kerajaan Mataram.
Pengganti Hamengkubuwono IV adalah
kemenakannya sendiri, yaitu Hamengkubuwono V tetapi ketika ingin diangkat
menjadi Sultan ia masih sangat kecil jadi dijalankan oleh pemerintahan dari
Patih Danurejo. Sayangnya Patih Danurejo adalah orang yang sangat tunduk kepada
Belanda.
Beberapa hari kemudian Pangeran
Diponegoro mendengar berita bahwa rute jalan yang dilakukan oleh Belnada,
berubah. Jalan yang awalanya akan dibangun Yogyakarta-Magelang lewat Muntilan,
dibelokkan ke Tegalerejo. Dan ternyata pada saat itu juga bahwa telah dipasang
patok-patok yang menutupi makam leluhurnya, dan berate makam itu akan ditutupi
oleh jalan. Dan rupanya Patih Danurejoyang menyuruh memasang patok-patok
itu.dengan kemarahan Pangeran Diponegoro, beliau menyuruh anak buahnya mencabut
patok-patok itu. Sementara itu Chevallier yaitu tentara dari Belanda
mencari-cari pangeran Diponeoro tetapi Pangeran Diponegoro melarikan diri dan
bersembunyi bersama keluarganya di Desa Dekso yang terletak di sbelah barat
Tegalrejo.
GUA SELARONG
Dan pada saat itu Chevallier sangat
marah dan akhirnya belia membakar rumah Pangeran Diponegoro serta membakar
semua rumah0rumah yang ada di Tegalrejo. Pangeran Diponegoro beserta rombongannya
telah sampai di Goa Selarong yang terletak di Dusun Kentolan Lor,
Guwosari,Pajangan, Bantul. Yang ditunjuk pangeran Diponegoro adalah Gua Kakung
di sebelah Barat. Gua ini dijadiakan sebagai basis perlawanan. Pangeran
Diponegoro telah menikah 3 kali. Istrinya yang bernama Bendara Raden Ayu
Antawira, Raden Ayu Retnaningrum, Raden Ayu Retnaningsih, kedua istri pangeran
telah wafat sedangkan seorang selirnya, Raden Ayu Retnaningsih masih menemani
Pangeran Diponegoro.
PEREBUTAN 50.000 GULDEN
Singkat cerita Pangeran Diponegoro
beserta kelompoknya membuat strategi dari strategi dehedmitan sampai dengan
perebutan 50.000 gulden yang akhirnya Mulyo Santiko anak buah dari Pangeran
Diponegoro beserta pasukannya berhasil merampas senjata tentara Belanda dan juga
berhasil merebuat uang milik mereka sebanyak 50.000 gulden.
KEMENANGAN DEMI
KEMENANGAN
Kemenangan pertama ini membuat Pangeran
diponegoro dan rakyatnya bertamabah semangat. Tepat tanggal 6 Agustus 1825,
pasukan Pangeran Diponegoro berhasil meluluhlantaskan pertahanan dan markas
Belanda di Pacitan. Setelah melihat keberhasilan di Yogyakarta dan Pcitan
rakyat Purwodadi semakin bangkit. Perangpun semakin meluas ke daerah lainnya di
Jawa, seperti Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang, dan Madiun.
KEDATANGAN DE KOCK
Sejak saat itu pula Letnan Jendral
Markus De Kock diangkat panglima angkatan perang Belanda di Jawa Tengah. Dan De
Kock menggunakan taktik politil pecah belah dan adu domba.
Setelah menggunakan taktik adu domba De
kock berhasil membujuk rakyat yang bersedia membantu tentara Belanda dan
mengajak mereka menggempur pasukan Pangeran Diponegoro. Tetapi Pangeran
Diponegoro beserta pasukannya mencarai markas baru yang berada Desa Dekso
letaknya di Kulon Progo sekitar 23km dari kota Yogyakarta. Peperangan pun
berlanjut dan Pangeran Diponegoro berhasil menguasai daetah Jawa satu persatu,
Pleret, dan Imogiri.
De Kock pun segera membuat benteng yang
dahulunya di sebut bentang stelsel yang akan membuat Pangeran Diponegoro dan
para pasukannya tertekan karena tidak bias bergerak bebas. Dan kemudian De Kock
membuat pengumuan bagi siapa yang membawa Pangeran Diponegoro di hadapannya
akan diberi uang 20.000 ringgit. De Kock pun menemui rekannya bernama Koloner
Cleerens. Dan Clerrens menggunakan akal licik untuk mendekati anak dari
pangeran Diponegoro yaitu Pangeran Dipokusumo dan Pangeran Dipokusumo pun
menyerah.
Dan akhirnya Pangeran diponegoro
bersedia menemui Clerrens untuk berunding bersama De Kock di Kamal, Bagelan,
Purworejo, tanggal 16 Februari 1830. Dan beberapa pengawal Belanda langsung
menangkap Pangeran Diponegoro beserta pasukannya dan dijebloskan ke penjara
yang sangat pengap, Pangeran diponegoro dengan besar hati menerima semuanya.
Setelah itu, Pangeran Diponegoro dibuang ke Manado dan dipindahkan ke Bentang
Rotterdam, Ujung Panjang (sekarang Makasar). 25 tahun kemudian, tanggal 8
Januari 1855 Pangeran Diponegoro wafat dan dimakamkan disana.
PERLAWANAN DIPONEGORO
(1825-1830)
Perlawanan rakyat jawa di bawah pimpinan
pangeran diponegoro adalah pergolokan terbesar yang dihadapi pemerintah
colonial Belanda di Jawa.
A.
Sebab-Sebab Umum
1.
Wilayah
Mataram semakin dipersempit dan Terpecah
Karena ulah penjajah kerajaan maataram
besar terpecah menjadi kecil yang di pecah melalui perjanjian Gianti 1755 oleh
Kasunan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta. Pada tahun 1813muncullah
kekuasaan yang baru disebut Mangkunegaranan oleh perjanjian Salatiga tahun
1757. Inilah kenyataan yang dihadapi Diponegoro.
2.
Masuknya
Adat Barat ke Dalam Kraton
Adat kebiasaan kraton Yogyakarta seperti
menyajikan sirih untuk sultan bagi pembesar Belanda yang menghadap Sultan telah
dihapus inilah bukti bertambah besarnya pengaruh Belanda di Kraton.. yang lebih
mengkhawatirkan masuknya miras ke karton di kalangan masyarakat.
3.
Belanda
Ikut Campur Tangan Dalam Urusan Kraton
Campur tangan mengenai penggantian tahta
oleh Belanda dan pengankatan birokrasi kerajaan. Misalnya pengangkatan pegawai
yang ditugaskan untuk memungut pajak.
4.
Rakyat
Menderita akibat Dibebani berbagai pajak.
Macam-macam pajak yang dibebankan rakyat
:
·
Pejongket
(pajak pindah rumah)
·
Kering
aji (pajak tanah)
·
Pengawang-pengawan
(pajak halaman-perkarangan)
·
Pencumpling
(pajak jumlah pintu)
·
Pajigar
(pajak ternak)
·
Penyongket
(pajak pindah nama)
·
Bekti
(pajak menyewa tanah atau terima jabatan)
B.
Sebab Khusus
Provokasi oleh penguasa Belanda yang
merencakan pembuatan jalan menerobos tanah pangeran Diponegoro dan membongkar
makam kramat, inilah sebab khusunya.protes patok (tanda dari tongkat kayu)
untuk pembuatan jalan talah dicabut dan diganti dengan tombak. Residen
Smissaert berusaha mengadakan perundingan tetapi Pangeran Diponegoro tidak
muncul, hanya mengirim wakilnya yaitu pangeran Mangkubumi. Asisten dari Residen
Chevallier mengkap kedua pangeran yang digagalkan oleh barisan rakyat di
Tegalreja. Kemudian Pangeran Diponogoro pindah ke Selarong tempat ia memimpin
perang.
Pangeran Diponogoro meminta pada Residen
agar Patih danurejo dipecat. Ketika surat mulai ditulis dirumah Pangeran
Diponogoro seradadu Belanda yang dibawah pimpinan Chevailer menyerbu Pangeran Diponogoro tetapi ia dan keluarganya menyingkir ke Tegalrejo.
Rumah Pangeran diponegoro di bakar habis. Dia di ikuti olehPangeran mangkubumi.
Pergilah mereka ke kalisoka dan dari sanalah
meletus perlawanan pangeran diponegoro
(20 Juli 1825) Banyak rakyat
menyussul pangeran Diponegoroke ke
Kalisoka untuk ikut melakukan perlawanan dengan berlandaskan tekad perang suci
membela agama islam (Perang Sabil) menentang
ketidakadilan. Dari Kalisoka pengikut Pangeran Diponegoro tersebut di
bawa ke Goa Selarong, jaraknya 7 pal (13km) dari YogyakartaC. Jalannya
Perlawanan
Dari Selarong, tentara Diponegoro
mengepung Kota Yogyakarta sehingga Sultan Hamengku Buwana V yang masih
kanak-kanak diselamatkan ke Benteng Belanda. Perang berpindah gerilya Perang
berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya dengan slasat perang gerilya dan
mendadak menyergap musuh. Pangeran Diponegoro ternyata seorang panglima perang
yang cakap. Berkali-kali pasukan Belanda terkepung dan dibinasakan. Belanda
mulai cemas. Dipanggillah tentaranya
yang berada di Sumatera, Sulawesi, Semarang, dan Surabaya untuk menghadapi
lascar Diponegoro. Namun usaha itu sia sia.
Pusat pertahanan Diponegoro dipindahkan
ke plered. Dari sini gerakan Diponegoro meluas sampai di Banyuwangi, Kedu
Surakarta, Semarang, Demak dan Madiun. Kemenangan yang diperoleh Diponegoro
membakar semangat rakyat sehingga banyak yang menggabungkan diperoleh Diponegoro
membakar semangat rakyat banyak juga yang memihak kepadanya. Misalnya Bupati
Madiun, Bupati Kertosono, pangeran Serang, dan Pangeran Suriatmojo dari
banyumas.
Di plered, pangeran Diponegoro sempat
dinobatkan menjadi sultan dengan gelar Sultan Abdu hamid Herucakra Amirul
Mukminin Sayidin Panatagama Khalifatullah tanah jawa, berpusat di plered.
Tanggal 9 juni 1862 Plered diserbu Belanda. Pertahanan dipimpin oleh Kerta
Pangalasan. Dalam perang tersebut, Pangeran Diponegoro dibantu seorang yang
gagah berani, bernama Sentot dengan gelar Alibasyah Prawirodirjo, putra dari
Bupati Madiun Raden RonggoPrawirodirjo. Dari Plered, pertahanan Pangeran
Diponegoro dipindahkan lagi ke Deksa.
Belanda mengalami kesilitan dalam
menghadapi pasukan Diponegoro. Belanda pada tahun 1827 mengangkat Jenderal de
Kock menjadi panglima seluruh pasukan Belanda di jawa. Belanda menggunakan
siasat perang baru yang dikenal dengan “Benteng Stelsell”, yaitu setiap daerah
yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara benteng
yang satu dan benteng lainnya dihubungkan oleh pasukan gerak cepat.
Benteng Stelsell atau system Benteng ini
mulai dilaksanakan oleh Jendral De Kock pada tahun 1827. Tujuannya adalah untuk
mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro dengan jalan mendirikan pusat-pusat
pertahanan berupa benteng-benteng di daerah yang telah dikuasainya. Dengan
adanya siasat baru ini perlawanan pasukan Diponegoro makin lemah. Di samping
itu Belanda berusaha menjauhkan Diponegoro dari pengikutnya.
C.
Akhir Perlawanan
Penyerahan para pangeran ini secara
berturut-turut sangat memukul perasaan Diponegoro. Dalam menghentikan
perlawanan Diponegoro, Belanda menempuh jalan yang mungkin rupanya Belanda
menempuh jalan yang mungkin. Rupanya Belanda memakai prinsip menghasilkan cara
untuk mencapai tujuan tujuan dalam menghadapi Diponegoro.
Belanda mengajak Pangeran Diponegoro
untuk berunding di Magelang, belanda berjanji seandainya perundingan gagal,
pangeran Diponegoro boleh melanjutkan kembali ke medan perang.
Perundingan ini baru dilaksanakan pada
tanggal 28 Maret 1830, setelah Diponegoro beristirahat selama 20 hari karena
bulan Ramadhan. Ternyata perundingan ini menemu kegagalan dan dalam perundingan
itulah Pangeran Diponegoro ditangkap. Belanda telah mengkhianati Diponegoro. Belanda
telah mengkhianati janjinya. Dari Magelang Diponegoro dibawa ke Semarang dan
Batavia. Akhirnya diasingkan ke Manado tanggal 3 Mei 1830. Pada tahun 1834 ia
dipindahkan ke Makasar (sekarang Ujung Pandang) dan wafat tanggal 8 Januari
1855 dalam usia 70 tahun.
PERANG
DIPONEGORO
Perang Diponegoro adalah perang besar dan
menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di bawah
pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang
dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernamaPangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan
korban yang tidak sedikit. Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen
Belanda yang dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa
rakyat yang terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas
berjumlah 8.000.
Perang Diponegoro merupakan salah
satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah
Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah
perang ini sebagai Perang Jawa.
Periode sebelum
perang dan sebab-sebab perang
Sedikit kembali
pada periode awal hubungan Mataram-Belanda, ketika Susuhunan Pakubuwono III
berkuasa di Mataram, terjadi pembagian wilayah menjadi 2 bahagian yaitu
Surakarta yang dipimpin oleh Pakubuwono sendiri dan Yogyakarta dibawah pangeran
Mangkubumi yang nantinya bergelar Sultan Hamengkubuwono, pembagian ini adalah
hasil dari perjanjian Giyanti 1755, perjanjian ini disyahkan oleh pihak ke 3
yaitu belanda yang diwakili oleh Gubernur Nicolas Hastingh, pertanyaan mengapa
Belanda turut campur dalam hal ini, adalah konsekwensi dari perjanjian 1749 yang
telah disepakati antar Susuhunan Pakubuwono II, ayah Sunan Pakubuwono III.
dalam perjanjian ini Pakubuwono II “menyerahkan” tanah Mataram kepada Belanda
untuk diawasi karena melihat keadaan sultan yang sedang dalam keadaan yang
sakit parah, bahkan Putra Mahkota Pakubuwono III yang masih kecil dititipkan
kepada Belanda3, karena kenyataan inilah pihak Belanda selalu merasa berwenang
dan bertanggung jawab atas setiap masalah di dalam keraton.
secara umum dalam
sebuah sumber dikatakan beberapa sebab musabab perang diponegoro yaitu:
1. Diponegoro
kecewa Dia tidak diangkat menjadi Sultan
2. Peristiwa
penyewaan tanah
3. Wilayah-wilayah
Jawa yang berkurang akibat politik anexasi yang dilakukan Belanda
4. Tekanan
yang merugikan rakyat yang dilakukan pemungut cukai orang tionghoa.
5. Merosotnya
Budaya dalam kehidupan orang jawa, juga budi pekertinya.
6. Ketidakcakapan
para residen dan pegawai Belanda yang di Jogjakarta.
Awal Persengketaan
AHSMKSSART
penguasa Belanda di Yogyakarta bersama Patih Damrejo IV merencanakan membuat
jalan raya kebetulan jalan itu rencananya melintasi tanah memiliki Pangeran
Diponegoro yang didalamnya terdapat makam leluhur Pangeran Diponegoro,
pemasangan tonggak–tonggak dilakukan oleh Patih Diponegoro kemudian
memerintahkan pembantunya untuk mencabut patok–patok tersebut para pekerja
menolak karena takut kepada Patih Danurejo IV akhirnya Pangeran Diponegoro
secara paksa melakukan sendiri pencabutan itu dan itu dilakukan berulang–ulang
kali oleh pembantu Pangeran Diponegoro.
Karena
bertambah genting, apa lagi setelah ada kabar Belanda akan menyerang Tegalrejo.
Rakyat Tegalrejo tanpa di perintah langsung siap menghadapi serang Belanda,
kesiapan rakyat Tegalrejo terdengar oleh keratin, kemudian mangku bumi
menjungjungi Pangeran Diponegoro Tegalrejo kepada Mangkubumi Pangeran
Diponegoro kesiapan rakyat itu tidak bermaksud apa- apa dan itu juga karena
perintahnya. Kemudian Mangku bumi meninggalkan Tegalrejo kembali ke kraton.
Melihat kenyataan ini justru rakyat semakin banyak yang datang bergantung
dengan Pangeran Dip[onegoro dalam keadaan siap tempur, perlawanan akan
diberikan bila memang benar–benar Belanda menyerang dan itu pun dilakukan atau
diperintah Pangeran Diponegoro.
Patih
Danurejo mengharapkan datang di baturejo, namun permintaan di tolak oleh
Pangeran Diponegoro, kemudian datang utusan dari Residen Yogyakarta untuk
membujuk Pangeran Diponegoro agar segera datang loji. Diponegoro tidak menjawb
dan serahkan kepada pengikutnya yang saat itu hadir, akibat dari keputusan
tersebut timbul kata sepakat bahwa mereka sanggup menrima resiko apapun yang
akan terjadi. Maka dengan mata kepala sendiri Mangkubumi menyaksikan keberanian
rakyat menghadapi pasukan Belanda.
Pangeran
Mangkubumi tidak dapat lagi menahan perasaannya walaupun datang sebagai utusan
Belanda namun beliau dingin menyampaikan kepada putranya mengenai persiapan
yang dilakukan oleh Belanda di loji. Diantaranya adalah dalam rangka menangkap
Pangeran Diponegoro, kemudian Mangkubumi menyusulkan kepada Pangeran Diponegoro
untuk mengungsikan perempuan dan anak–anak serta lansia sebelum terjadi
pertempuran untuk itu pun diterima dan akhirnya mereka pun di ungsikan ke
selarog.
Peperangan
di Mulai dari Tegal Rejo. Ketika pasukan Belanda mulai menempatkan di
Tegalrejo, memang rakyat tegalrejo tidak siap siaga menantikan kedatanagn
tersebut.Secara naluriah rakyat dapat mengerti bahwa markas mereka dalam rumah
Pangeran Diponegoro karena di tunggu–tunggu pasukan Belanda tidak juga datang,
maka kemudian rakyat mengira Belanda tidak jadi datang atau membatalkan
niatnya, mereka banayak yang pulang ke rumah kemudian tersisa adalh pasukan
yang sudah tua–tua dan tidak siap bertempur, dalam keadaan demikian ini
tiba-tiba pihak Belanda muncul melakukan serangan.
Karena
tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pasukan Belanda membakar masjid
dan rumah Pangeran Diponegoro, harta benda dan isinya ludes terbakar. Untuk
menantikedatangan pengikutnya, Pangeran Diponegoro berhenti di tengah sawah,
dari tempat itulah Pangeran Diponegoro menyaksikan pasukan leluhurnya di bakar
oleh Belanda. Peristiwa ini pula yang membakar semangat juang Pangeran
Diponegoro setelah pengikutnya berkumpul kembali maka pasukan Pangeran
Diponegoro bergerak sekelorong. Dimana tempat tersebut telah disiapkan oleh
demang Kalisoko atas perintah Pangeran Diponegoro maka Selarong ini semua
siasat dan taktik perang untuk melawan Belanda disusun, pejuang pangeran
Diponegoro mendapat simpati dari Pangeran Keraton yang lain sehingga
berbagunglah lima Pangeran yang membantu perjuangan. Rakyatpun bersedia bahu
membahu dengan pasukan Pangeran Diponegoro memanggul senjata untuk melepaskan
diri dari cengkraman penjajah.
Belanda
mengirim pasukan bantuan dari Solo untuk menyerang pasukan Diponegoro tidak berhasil.
Kekuatan pasukan Belanda dari semarang dengan kekuatan 3 opsir dan 120 prajurit
membawa uang kas sebesar 30.000 Golden di bawah pimpinan kapten Kumsius
berhasil dilumpuhkan uangnya berhasil dirampas. Belanda tidah patah semangat
kembali mengirimkan kekuatan tentaranya untuk serangan balas ke Selarong, namun
rencana itu diketahui oleh Pangeran Diponegoro sebelum Belanda datang, Pangeran
Diponegoro dan pengikutnya menghilang. Ketua Belanda datang di selarong tempat
itu kosong tidak berpenghuni karena telah ditinggalkan oleh Pangeran Diponegoro
dan pengikutnya. Setelah Belanda meninggalkan tempat itu maka Pangeran
Diponegoro kembali menempati Selarong, namun ditengah perjalanan pasukan
Belanda di binasakan oleh pasukan Pangeran Diponegoro.
Pasukan
Pangeran Diponegoro juga melumpuhkan pasukan yang dipimpin oleh Letkol Ir.
Cochilis dengan disertai pasukannya tiba di Yogyakarta dari perjalanan di
Surakarta. Ketika mendengar ada pemberontakan Letkol ir. Cochilis langsung
bergerak menuju ke Klaten bergabubng dengan pasukan Bumi Putera disana yang
dipimpin oleh Kapten Monncye. Dalam perjalanan itu ia menemukan banyak jembatan
yang rusak dan jalan di beri rintang pohon yang ditebang. Saat itu Kalten Yogya
memakan waktu 14 jam, selama itu pula pasukan Belanda selalu mendapat gangguan
dari pasukan Pangeran Diponegoro.
Komandan
lapangan di tunjuk Kolonel Horn Pasukan di organisasi dan dipersenjatai. Poros
gunakan Pasukan Belanda meliputi Semarang, Solo dan Yogya. Ditiap pertemuan
jalan di tempatkan satu datasemen tujuannya memudahkan memberikan dan
mengamankan bantuan kekuatan. Sementara kapten Chosius yang berada di Klaten di
pindahkan ke Magelang untuk membebaskan dari kekuasaaan Pangeran Diponegoro.
Surat
Jenderal De Kock tanggal 17 Agustus 1945 telah diterima oleh Pangeran
Diponegoro Mangkubumi mengatakan betapa buruknya perlakuan yang diberikan oleh
orang–orang yang di beri kekuasaaan oleh Belanda seperti Residen dan Danurejo.
Kami membela rakyat agar tebebas dari penindasan yang dilakukan oleh belanda
dan pembakaran rumah pangeran Diponegoro.’’ Demikianpula aturan yang di
buat oleh belanda terlalu memberatkan rakyat.Pangeran diponegoro sangat sedih
mendengar ratap tangis rakyatnya, maka semua ini dilakukan karena ingin
membahagiakan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pada
tanggal 24 Agustus 1825, mangku Bumi di panggil oleh Belanda di beri tugas
untuk menghadapi Pangeran Diponegoro ke Keraton atau ke Loji. Mangkubumi minta
ditemani oleh seorang pangeran yang lain bernama seca diningrat, agar
pembicaraan dengan Pangeran Diponegoro nanti ada yang menyaksikannya, namun
permintaan itu ditolak oleh Belanda, Mangkubumi akhir seorang diri kembali ke
markas Pangeran Diponegoro.
Pertempuranpun
pecah antara pasukan Belanda dibantu oleh Danurejo dan pasukan Pangeran Diponegoro.
Pengikut Pangeran Diponegoro terdesak dan mundur kearah Barat, akan tetapi
Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi berhasil meloloskan diri dari
kepungan Tentara Belanda.
Tiba
di Markas di Selarong Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi mengasingkan diri
selama empat hari tidak berkomunikasi dengan dunia luar. Tujuannya untuk
menghening agar mendapatkan inspirasi dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Markas
Pangeran Diponegoro kembali di Serang Oleh Pasukan Belanda yang dibantu oleh
Pasukan dari Sri Susuhunan Surakarta. Pertempuran tersebut berlangsung tidak
seimbang, korban dikedua belah pihak sama besarnya.
September
1825 pasukan Belanda dibantu pasukan dari Bumi Putera menyerang Parakan yang
beberapa waktu lalu jatuh ketangan Pangeran Diponegoro. Pasukan yang dikerahkan
oleh Belanda cukup besar ayitu 1500 orang Bumi Putera bersenjatakan Tombak dan
5 Opsir belanda dibawah pimpinan Mayor De Best.
Setelah
menduduki Parakan, serang kembali dilancarkan oleh Belanda terhadap kedudkan
Pangeran Diponegor yang ada di lereng dan lembah antar Gunung Sindoro dan
Sumbing diperbatasan Kedu. Ditempat lain terjadi pula pertempuran, Pangeran
Diponegoro banyak mengalami kekalahan seperti di daerah Kulonprogo dan Menoreh.
Didaerah ini Belanda menyerang dengan kekuatan 125 orang Bumi Puter dan 3 Kompi
Jayengsengkar diperkuat 3 pucuk meriam
SUMBER :
·
http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-pangeran-diponegoro.html
- buku PANGERAN DIPONEGORO SINGA MATARAM penerbit CIF (cerdas interkatif)
- buku PANGERAN DIPONEGORO SINGA MATARAM penerbit CIF (cerdas interkatif)
- buku IPS untuk SMP/MTs kelas VIII
- novel pangeran diponegoro menjadi sosok khalifah
- novel pangeran diponegoro menjadi sosok khalifah
ADINDA YULIANA PUTRI
4423126856
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRGRAM STUDI USAHA JASA
PARIWISATA
UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
Kenapa pangeran diponegoro minta kepada residen agar patih danurejo dipecat?
BalasHapus