Rabu, 26 Desember 2012

Perang Dipenegoro


BIOGRAFI PANGERAN DIPONEGORO

Pangeran Dipinegoro adalah seorang pahlawan nasional Republik Indonesia. Makamnya berada di Makasar. Diponegoro ada putra sulung dari Hamengkubuwono III, seorang Raja Mataram di Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dari selir bernama R.A Mangkarawati. Pangeran Diponegoro bernama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo.

PANGERAN DIPONEGORO MENOLAK MENJADI RAJA
Suatu hari Hamengklubuwono ayahanda dari Pangeran Diponegoro meminta agar anaknya menjadi raja untuk menggantikan beliau yang suda tua. Tetapi Pangeran Diponegoro menolak permintaan itu karena dia menggap dirinya tidak pantas menjadi raja.
ADU DOMBA BELANDA
Pasukan Belanda sudah menyusup ke semua daerah di Tanah Jawa. Pasukan Belanda terus menerapkan taktik “memecah belah”. Caranya yaitu dengan menjelek-jelekan seorang bangsawan lain. Belanda akan sangat senang jika mereka termakan omongan Belanda. Tujuan pasukan Belanda seperti itu agar para bangsawan saling menjatuhkan dan tidak percaya satu sama lain. Semakin banyak bangsawan yang berhasil diadu domba semakin banyak pula tanah yang diambil oleh tentara Belanda, yang digunakan untuk perkebunan pengusaha Belanda. Pangeran Diponegoro sengaja meninggalkan kerajaan dan menetap di Tegalrejo. Namun pasukan Belanda mengira bahwa Pangeran Diponegoro pindah untuk menyiapkan pembrontakan.
PATOK DI MAKAM LELUHUR
Pasukan belanda semakin memonopoli perdagangan dan semua peraturan Belanda membuat rakyat tercekik. Pada saat itu Ayahanda Pangeran Diponegoro yaitu Hamengkubowono III telah wafat dan digantikan oleh Sultan Hamengkubuwono IV. Ketika Sultan Hamengkubuwono IV telah wafat, Belanda semakin ingin menguasai kerajaan Mataram.
Pengganti Hamengkubuwono IV adalah kemenakannya sendiri, yaitu Hamengkubuwono V tetapi ketika ingin diangkat menjadi Sultan ia masih sangat kecil jadi dijalankan oleh pemerintahan dari Patih Danurejo. Sayangnya Patih Danurejo adalah orang yang sangat tunduk kepada Belanda.
Beberapa hari kemudian Pangeran Diponegoro mendengar berita bahwa rute jalan yang dilakukan oleh Belnada, berubah. Jalan yang awalanya akan dibangun Yogyakarta-Magelang lewat Muntilan, dibelokkan ke Tegalerejo. Dan ternyata pada saat itu juga bahwa telah dipasang patok-patok yang menutupi makam leluhurnya, dan berate makam itu akan ditutupi oleh jalan. Dan rupanya Patih Danurejoyang menyuruh memasang patok-patok itu.dengan kemarahan Pangeran Diponegoro, beliau menyuruh anak buahnya mencabut patok-patok itu. Sementara itu Chevallier yaitu tentara dari Belanda mencari-cari pangeran Diponeoro tetapi Pangeran Diponegoro melarikan diri dan bersembunyi bersama keluarganya di Desa Dekso yang terletak di sbelah barat Tegalrejo.
GUA SELARONG
Dan pada saat itu Chevallier sangat marah dan akhirnya belia membakar rumah Pangeran Diponegoro serta membakar semua rumah0rumah yang ada di Tegalrejo. Pangeran Diponegoro beserta rombongannya telah sampai di Goa Selarong yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari,Pajangan, Bantul. Yang ditunjuk pangeran Diponegoro adalah Gua Kakung di sebelah Barat. Gua ini dijadiakan sebagai basis perlawanan. Pangeran Diponegoro telah menikah 3 kali. Istrinya yang bernama Bendara Raden Ayu Antawira, Raden Ayu Retnaningrum, Raden Ayu Retnaningsih, kedua istri pangeran telah wafat sedangkan seorang selirnya, Raden Ayu Retnaningsih masih menemani Pangeran Diponegoro.
PEREBUTAN 50.000 GULDEN
Singkat cerita Pangeran Diponegoro beserta kelompoknya membuat strategi dari strategi dehedmitan sampai dengan perebutan 50.000 gulden yang akhirnya Mulyo Santiko anak buah dari Pangeran Diponegoro beserta pasukannya berhasil merampas senjata tentara Belanda dan juga berhasil merebuat uang milik mereka sebanyak 50.000 gulden.

KEMENANGAN DEMI KEMENANGAN
Kemenangan pertama ini membuat Pangeran diponegoro dan rakyatnya bertamabah semangat. Tepat tanggal 6 Agustus 1825, pasukan Pangeran Diponegoro berhasil meluluhlantaskan pertahanan dan markas Belanda di Pacitan. Setelah melihat keberhasilan di Yogyakarta dan Pcitan rakyat Purwodadi semakin bangkit. Perangpun semakin meluas ke daerah lainnya di Jawa, seperti Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang, dan Madiun.
KEDATANGAN DE KOCK
Sejak saat itu pula Letnan Jendral Markus De Kock diangkat panglima angkatan perang Belanda di Jawa Tengah. Dan De Kock menggunakan taktik politil pecah belah dan adu domba.
Setelah menggunakan taktik adu domba De kock berhasil membujuk rakyat yang bersedia membantu tentara Belanda dan mengajak mereka menggempur pasukan Pangeran Diponegoro. Tetapi Pangeran Diponegoro beserta pasukannya mencarai markas baru yang berada Desa Dekso letaknya di Kulon Progo sekitar 23km dari kota Yogyakarta. Peperangan pun berlanjut dan Pangeran Diponegoro berhasil menguasai daetah Jawa satu persatu, Pleret, dan Imogiri.
De Kock pun segera membuat benteng yang dahulunya di sebut bentang stelsel yang akan membuat Pangeran Diponegoro dan para pasukannya tertekan karena tidak bias bergerak bebas. Dan kemudian De Kock membuat pengumuan bagi siapa yang membawa Pangeran Diponegoro di hadapannya akan diberi uang 20.000 ringgit. De Kock pun menemui rekannya bernama Koloner Cleerens. Dan Clerrens menggunakan akal licik untuk mendekati anak dari pangeran Diponegoro yaitu Pangeran Dipokusumo dan Pangeran Dipokusumo pun menyerah.
Dan akhirnya Pangeran diponegoro bersedia menemui Clerrens untuk berunding bersama De Kock di Kamal, Bagelan, Purworejo, tanggal 16 Februari 1830. Dan beberapa pengawal Belanda langsung menangkap Pangeran Diponegoro beserta pasukannya dan dijebloskan ke penjara yang sangat pengap, Pangeran diponegoro dengan besar hati menerima semuanya. Setelah itu, Pangeran Diponegoro dibuang ke Manado dan dipindahkan ke Bentang Rotterdam, Ujung Panjang (sekarang Makasar). 25 tahun kemudian, tanggal 8 Januari 1855 Pangeran Diponegoro wafat dan dimakamkan disana.




PERLAWANAN DIPONEGORO (1825-1830)
Perlawanan rakyat jawa di bawah pimpinan pangeran diponegoro adalah pergolokan terbesar yang dihadapi pemerintah colonial Belanda di Jawa.
A.    Sebab-Sebab Umum

1.      Wilayah Mataram semakin dipersempit dan Terpecah
Karena ulah penjajah kerajaan maataram besar terpecah menjadi kecil yang di pecah melalui perjanjian Gianti 1755 oleh Kasunan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta. Pada tahun 1813muncullah kekuasaan yang baru disebut Mangkunegaranan oleh perjanjian Salatiga tahun 1757. Inilah kenyataan yang dihadapi Diponegoro.
2.      Masuknya Adat Barat ke Dalam Kraton
Adat kebiasaan kraton Yogyakarta seperti menyajikan sirih untuk sultan bagi pembesar Belanda yang menghadap Sultan telah dihapus inilah bukti bertambah besarnya pengaruh Belanda di Kraton.. yang lebih mengkhawatirkan masuknya miras ke karton di kalangan masyarakat.
3.      Belanda Ikut Campur Tangan Dalam Urusan Kraton
Campur tangan mengenai penggantian tahta oleh Belanda dan pengankatan birokrasi kerajaan. Misalnya pengangkatan pegawai yang ditugaskan untuk memungut pajak.
4.      Rakyat Menderita akibat Dibebani berbagai pajak.
Macam-macam pajak yang dibebankan rakyat :
·         Pejongket (pajak pindah rumah)
·         Kering aji (pajak tanah)
·         Pengawang-pengawan (pajak halaman-perkarangan)
·         Pencumpling (pajak jumlah pintu)
·         Pajigar (pajak ternak)
·         Penyongket (pajak pindah nama)
·         Bekti (pajak menyewa tanah atau terima jabatan)

B.     Sebab Khusus
Provokasi oleh penguasa Belanda yang merencakan pembuatan jalan menerobos tanah pangeran Diponegoro dan membongkar makam kramat, inilah sebab khusunya.protes patok (tanda dari tongkat kayu) untuk pembuatan jalan talah dicabut dan diganti dengan tombak. Residen Smissaert berusaha mengadakan perundingan tetapi Pangeran Diponegoro tidak muncul, hanya mengirim wakilnya yaitu pangeran Mangkubumi. Asisten dari Residen Chevallier mengkap kedua pangeran yang digagalkan oleh barisan rakyat di Tegalreja. Kemudian Pangeran Diponogoro pindah ke Selarong tempat ia memimpin perang.
Pangeran Diponogoro meminta pada Residen agar Patih danurejo dipecat. Ketika surat mulai ditulis dirumah Pangeran Diponogoro seradadu Belanda yang dibawah pimpinan Chevailer menyerbu  Pangeran Diponogoro tetapi  ia dan keluarganya menyingkir ke Tegalrejo. Rumah Pangeran diponegoro di bakar habis. Dia di ikuti olehPangeran mangkubumi. Pergilah mereka ke kalisoka dan dari sanalah  meletus perlawanan pangeran diponegoro  (20  Juli 1825) Banyak rakyat menyussul  pangeran Diponegoroke ke Kalisoka untuk ikut melakukan perlawanan dengan berlandaskan tekad perang suci membela agama islam (Perang Sabil) menentang  ketidakadilan. Dari Kalisoka pengikut Pangeran Diponegoro tersebut di bawa ke Goa Selarong, jaraknya 7 pal (13km) dari YogyakartaC. Jalannya Perlawanan
Dari Selarong, tentara Diponegoro mengepung Kota Yogyakarta sehingga Sultan Hamengku Buwana V yang masih kanak-kanak diselamatkan ke Benteng Belanda. Perang berpindah gerilya Perang berpindah dari satu daerah ke daerah lainnya dengan slasat perang gerilya dan mendadak menyergap musuh. Pangeran Diponegoro ternyata seorang panglima perang yang cakap. Berkali-kali pasukan Belanda terkepung dan dibinasakan. Belanda mulai  cemas. Dipanggillah tentaranya yang berada di Sumatera, Sulawesi, Semarang, dan Surabaya untuk menghadapi lascar Diponegoro. Namun usaha itu sia sia.
Pusat pertahanan Diponegoro dipindahkan ke plered. Dari sini gerakan Diponegoro meluas sampai di Banyuwangi, Kedu Surakarta, Semarang, Demak dan Madiun. Kemenangan yang diperoleh Diponegoro membakar semangat rakyat sehingga banyak yang menggabungkan diperoleh Diponegoro membakar semangat rakyat banyak juga yang memihak kepadanya. Misalnya Bupati Madiun, Bupati Kertosono, pangeran Serang, dan Pangeran Suriatmojo dari banyumas.
Di plered, pangeran Diponegoro sempat dinobatkan menjadi sultan dengan gelar Sultan Abdu hamid Herucakra Amirul Mukminin Sayidin Panatagama Khalifatullah tanah jawa, berpusat di plered. Tanggal 9 juni 1862 Plered diserbu Belanda. Pertahanan dipimpin oleh Kerta Pangalasan. Dalam perang tersebut, Pangeran Diponegoro dibantu seorang yang gagah berani, bernama Sentot dengan gelar Alibasyah Prawirodirjo, putra dari Bupati Madiun Raden RonggoPrawirodirjo. Dari Plered, pertahanan Pangeran Diponegoro dipindahkan lagi ke Deksa.
Belanda mengalami kesilitan dalam menghadapi pasukan Diponegoro. Belanda pada tahun 1827 mengangkat Jenderal de Kock menjadi panglima seluruh pasukan Belanda di jawa. Belanda menggunakan siasat perang baru yang dikenal dengan “Benteng Stelsell”, yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara benteng yang satu dan benteng lainnya dihubungkan oleh pasukan gerak cepat.
Benteng Stelsell atau system Benteng ini mulai dilaksanakan oleh Jendral De Kock pada tahun 1827. Tujuannya adalah untuk mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro dengan jalan mendirikan pusat-pusat pertahanan berupa benteng-benteng di daerah yang telah dikuasainya. Dengan adanya siasat baru ini perlawanan pasukan Diponegoro makin lemah. Di samping itu Belanda berusaha menjauhkan Diponegoro dari pengikutnya.
C.    Akhir Perlawanan
Penyerahan para pangeran ini secara berturut-turut sangat memukul perasaan Diponegoro. Dalam menghentikan perlawanan Diponegoro, Belanda menempuh jalan yang mungkin rupanya Belanda menempuh jalan yang mungkin. Rupanya Belanda memakai prinsip menghasilkan cara untuk mencapai tujuan tujuan dalam menghadapi Diponegoro.
Belanda mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding di Magelang, belanda berjanji seandainya perundingan gagal, pangeran Diponegoro boleh melanjutkan kembali ke medan perang.
Perundingan ini baru dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 1830, setelah Diponegoro beristirahat selama 20 hari karena bulan Ramadhan. Ternyata perundingan ini menemu kegagalan dan dalam perundingan itulah Pangeran Diponegoro ditangkap. Belanda telah mengkhianati Diponegoro. Belanda telah mengkhianati janjinya. Dari Magelang Diponegoro dibawa ke Semarang dan Batavia. Akhirnya diasingkan ke Manado tanggal 3 Mei 1830. Pada tahun 1834 ia dipindahkan ke Makasar (sekarang Ujung Pandang) dan wafat tanggal 8 Januari 1855 dalam usia 70 tahun.




PERANG DIPONEGORO

Perang Diponegoro adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di JawaHindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernamaPangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan korban yang tidak sedikit. Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.
Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa.

Periode sebelum perang dan sebab-sebab perang

Sedikit kembali pada periode awal hubungan Mataram-Belanda, ketika Susuhunan Pakubuwono III berkuasa di Mataram, terjadi pembagian wilayah menjadi 2 bahagian yaitu Surakarta yang dipimpin oleh Pakubuwono sendiri dan Yogyakarta dibawah pangeran Mangkubumi yang nantinya bergelar Sultan Hamengkubuwono, pembagian ini adalah hasil dari perjanjian Giyanti 1755, perjanjian ini disyahkan oleh pihak ke 3 yaitu belanda yang diwakili oleh Gubernur Nicolas Hastingh, pertanyaan mengapa Belanda turut campur dalam hal ini, adalah konsekwensi dari perjanjian 1749 yang telah disepakati antar Susuhunan Pakubuwono II, ayah Sunan Pakubuwono III. dalam perjanjian ini Pakubuwono II “menyerahkan” tanah Mataram kepada Belanda untuk diawasi karena melihat keadaan sultan yang sedang dalam keadaan yang sakit parah, bahkan Putra Mahkota Pakubuwono III yang masih kecil dititipkan kepada Belanda3, karena kenyataan inilah pihak Belanda selalu merasa berwenang dan bertanggung jawab atas setiap masalah di dalam keraton.
secara umum dalam sebuah sumber dikatakan beberapa sebab musabab perang diponegoro yaitu:
1.      Diponegoro kecewa Dia tidak diangkat menjadi Sultan
   2.      Peristiwa penyewaan tanah
   3.      Wilayah-wilayah Jawa yang berkurang akibat politik anexasi yang dilakukan Belanda
   4.      Tekanan yang merugikan rakyat yang dilakukan pemungut cukai orang tionghoa.
   5.      Merosotnya Budaya dalam kehidupan orang  jawa, juga budi pekertinya.
   6.      Ketidakcakapan para residen dan pegawai Belanda yang di Jogjakarta.


Awal Persengketaan
AHSMKSSART penguasa Belanda di Yogyakarta bersama Patih Damrejo IV merencanakan membuat jalan raya kebetulan jalan itu rencananya melintasi tanah memiliki Pangeran Diponegoro yang didalamnya terdapat makam leluhur Pangeran Diponegoro, pemasangan tonggak–tonggak dilakukan oleh Patih Diponegoro kemudian memerintahkan pembantunya untuk mencabut patok–patok tersebut para pekerja menolak karena takut kepada Patih Danurejo IV akhirnya Pangeran Diponegoro secara paksa melakukan sendiri pencabutan itu dan itu dilakukan berulang–ulang kali oleh pembantu Pangeran Diponegoro.
Karena bertambah genting, apa lagi setelah ada kabar Belanda akan menyerang Tegalrejo. Rakyat Tegalrejo tanpa di perintah langsung siap menghadapi serang Belanda, kesiapan rakyat Tegalrejo terdengar oleh keratin, kemudian mangku bumi menjungjungi Pangeran Diponegoro Tegalrejo kepada Mangkubumi Pangeran Diponegoro kesiapan rakyat itu tidak bermaksud apa- apa dan itu juga karena perintahnya. Kemudian Mangku bumi meninggalkan Tegalrejo kembali ke kraton. Melihat kenyataan ini justru rakyat semakin banyak yang datang bergantung dengan Pangeran Dip[onegoro dalam keadaan siap tempur, perlawanan akan diberikan bila memang benar–benar Belanda menyerang dan itu pun dilakukan atau diperintah Pangeran Diponegoro.
Patih Danurejo mengharapkan datang di baturejo, namun permintaan di tolak oleh Pangeran Diponegoro, kemudian datang utusan dari Residen Yogyakarta untuk membujuk Pangeran Diponegoro agar segera datang loji. Diponegoro tidak menjawb dan serahkan kepada pengikutnya yang saat itu hadir, akibat dari keputusan tersebut timbul kata sepakat bahwa mereka sanggup menrima resiko apapun yang akan terjadi. Maka dengan mata kepala sendiri Mangkubumi menyaksikan keberanian rakyat menghadapi pasukan Belanda.
Pangeran Mangkubumi tidak dapat lagi menahan perasaannya walaupun datang sebagai utusan Belanda namun beliau dingin menyampaikan kepada putranya mengenai persiapan yang dilakukan oleh Belanda di loji. Diantaranya adalah dalam rangka menangkap Pangeran Diponegoro, kemudian Mangkubumi menyusulkan kepada Pangeran Diponegoro untuk mengungsikan perempuan dan anak–anak serta lansia sebelum terjadi pertempuran untuk itu pun diterima dan akhirnya mereka pun di ungsikan ke selarog.
Peperangan di Mulai dari Tegal Rejo. Ketika pasukan Belanda mulai menempatkan di Tegalrejo, memang rakyat tegalrejo tidak siap siaga menantikan kedatanagn tersebut.Secara naluriah rakyat dapat mengerti bahwa markas mereka dalam rumah Pangeran Diponegoro karena di tunggu–tunggu pasukan Belanda tidak juga datang, maka kemudian rakyat mengira Belanda tidak jadi datang atau membatalkan niatnya, mereka banayak yang pulang ke rumah kemudian tersisa adalh pasukan yang sudah tua–tua dan tidak siap bertempur, dalam keadaan demikian ini tiba-tiba pihak Belanda muncul melakukan serangan.
Karena tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pasukan Belanda membakar masjid dan rumah Pangeran Diponegoro, harta benda dan isinya ludes terbakar. Untuk menantikedatangan pengikutnya, Pangeran Diponegoro berhenti di tengah sawah, dari tempat itulah Pangeran Diponegoro menyaksikan pasukan leluhurnya di bakar oleh Belanda. Peristiwa ini pula yang membakar semangat juang Pangeran Diponegoro setelah pengikutnya berkumpul kembali maka pasukan Pangeran Diponegoro bergerak sekelorong. Dimana tempat tersebut telah disiapkan oleh demang Kalisoko atas perintah Pangeran Diponegoro maka Selarong ini semua siasat dan taktik perang untuk melawan Belanda disusun, pejuang pangeran Diponegoro mendapat simpati dari Pangeran Keraton yang lain sehingga berbagunglah lima Pangeran yang membantu perjuangan. Rakyatpun bersedia bahu membahu dengan pasukan Pangeran Diponegoro memanggul senjata untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajah.
Belanda mengirim pasukan bantuan dari Solo untuk menyerang pasukan Diponegoro tidak berhasil. Kekuatan pasukan Belanda dari semarang dengan kekuatan 3 opsir dan 120 prajurit membawa uang kas sebesar 30.000 Golden di bawah pimpinan kapten Kumsius berhasil dilumpuhkan uangnya berhasil dirampas. Belanda tidah patah semangat kembali mengirimkan kekuatan tentaranya untuk serangan balas ke Selarong, namun rencana itu diketahui oleh Pangeran Diponegoro sebelum Belanda datang, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya menghilang. Ketua Belanda datang di selarong tempat itu kosong tidak berpenghuni karena telah ditinggalkan oleh Pangeran Diponegoro dan pengikutnya. Setelah Belanda meninggalkan tempat itu maka Pangeran Diponegoro kembali menempati Selarong, namun ditengah perjalanan pasukan Belanda di binasakan oleh pasukan Pangeran Diponegoro.
Pasukan Pangeran Diponegoro juga melumpuhkan pasukan yang dipimpin oleh Letkol Ir. Cochilis dengan disertai pasukannya tiba di Yogyakarta dari perjalanan di Surakarta. Ketika mendengar ada pemberontakan Letkol ir. Cochilis langsung bergerak menuju ke Klaten bergabubng dengan pasukan Bumi Putera disana yang dipimpin oleh Kapten Monncye. Dalam perjalanan itu ia menemukan banyak jembatan yang rusak dan jalan di beri rintang pohon yang ditebang. Saat itu Kalten Yogya memakan waktu 14 jam, selama itu pula pasukan Belanda selalu mendapat gangguan dari pasukan Pangeran Diponegoro.
Komandan lapangan di tunjuk Kolonel Horn Pasukan di organisasi dan dipersenjatai. Poros gunakan Pasukan Belanda meliputi Semarang, Solo dan Yogya. Ditiap pertemuan jalan di tempatkan satu datasemen tujuannya memudahkan memberikan dan mengamankan bantuan kekuatan. Sementara kapten Chosius yang berada di Klaten di pindahkan ke Magelang untuk membebaskan dari kekuasaaan Pangeran Diponegoro.
Surat Jenderal De Kock tanggal 17 Agustus 1945 telah diterima oleh Pangeran Diponegoro Mangkubumi mengatakan betapa buruknya perlakuan yang diberikan oleh orang–orang yang di beri kekuasaaan oleh Belanda seperti Residen dan Danurejo. Kami membela rakyat agar tebebas dari penindasan yang dilakukan oleh belanda dan pembakaran  rumah pangeran Diponegoro.’’ Demikianpula aturan yang di buat oleh belanda terlalu memberatkan rakyat.Pangeran diponegoro sangat sedih mendengar ratap tangis rakyatnya, maka semua ini dilakukan karena ingin membahagiakan rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pada tanggal 24 Agustus 1825, mangku Bumi di panggil oleh Belanda di beri tugas untuk menghadapi Pangeran Diponegoro ke Keraton atau ke Loji. Mangkubumi minta ditemani oleh seorang pangeran yang lain bernama seca diningrat, agar pembicaraan dengan Pangeran Diponegoro nanti ada yang menyaksikannya, namun permintaan itu ditolak oleh Belanda, Mangkubumi akhir seorang diri kembali ke markas Pangeran Diponegoro.
Pertempuranpun pecah antara pasukan Belanda dibantu oleh Danurejo dan pasukan Pangeran Diponegoro. Pengikut Pangeran Diponegoro terdesak dan mundur kearah Barat, akan tetapi Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi berhasil meloloskan diri dari kepungan Tentara Belanda.
Tiba di Markas di Selarong Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi mengasingkan diri selama empat hari tidak berkomunikasi dengan dunia luar. Tujuannya untuk menghening agar mendapatkan inspirasi dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Markas Pangeran Diponegoro kembali di Serang Oleh Pasukan Belanda yang dibantu oleh Pasukan dari Sri Susuhunan Surakarta. Pertempuran tersebut berlangsung tidak seimbang, korban dikedua belah pihak sama besarnya.
September 1825 pasukan Belanda dibantu pasukan dari Bumi Putera menyerang Parakan yang beberapa waktu lalu jatuh ketangan Pangeran Diponegoro. Pasukan yang dikerahkan oleh Belanda cukup besar ayitu 1500 orang Bumi Putera bersenjatakan Tombak dan 5 Opsir belanda dibawah pimpinan Mayor De Best.
Setelah menduduki Parakan, serang kembali dilancarkan oleh Belanda terhadap kedudkan Pangeran Diponegor yang ada di lereng dan lembah antar Gunung Sindoro dan Sumbing diperbatasan Kedu. Ditempat lain terjadi pula pertempuran, Pangeran Diponegoro banyak mengalami kekalahan seperti di daerah Kulonprogo dan Menoreh. Didaerah ini Belanda menyerang dengan kekuatan 125 orang Bumi Puter dan 3 Kompi Jayengsengkar diperkuat 3 pucuk meriam

 SUMBER :
·         http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-pangeran-diponegoro.html 
-    buku PANGERAN DIPONEGORO SINGA MATARAM penerbit CIF (cerdas interkatif)
-    buku IPS untuk SMP/MTs kelas VIII
-    novel pangeran diponegoro menjadi sosok khalifah 
 



ADINDA YULIANA PUTRI
4423126856
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRGRAM STUDI USAHA JASA PARIWISATA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA



1 komentar:

  1. Kenapa pangeran diponegoro minta kepada residen agar patih danurejo dipecat?

    BalasHapus