Nama :
Luther Hasudungan
No Reg :
4423126868
Prodi :
D3 Usaha Jasa Pariwisata
Universitas : Universitas Negeri Jakarta
Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT)
SSAT adalah merupakan perpaduan antara
kekuatan tempur strategis dengan pendukung logistik strategisnya mencerminkan
wujud TNI AL yang bulat dan utuh..Sejarah Pangkalan TNI
Angkatan laut (Lantamal) III tidak bisa dipisahkan dari keberadaan sejarah
berdirinya TNI AL itu sendiri, Karena Pangkalan merupakan salah satu dari
Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) yaitu yang terdiri dari Pangkalan, Kapal,
Marinir dan Pesawat Udara (Pesud). Sebelum mengetahui keberadaan Lantamal III
kita harus tahu dulu sejarah terbentuknya atau awal keberadaan TNI AL serta
perkembangannya organisasinya sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan
lingkungan strategis. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia
menyatakan sebagai Negara merdeka dan berdaulat, esok paginya PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menggelar sidang menetapkan UUD 1945, Presiden
dan Wapres serta membentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), kemudian
pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI memutuskan pembentukan Badan keamanan Rakyat
(BKR). Tujuan diadakan BKR adalah untuk menampung bekas anggota PETA dan Heiho
yang dibubarkan pemerintah Jepang dan sekaligus dimaksudkan guna menampung
semangat keprajuritan putra-putra Indonesia. Kemudian secara serempak baik di
pusat maupun di daerah-daerah para pemuda membentuk BKR-BKR yang awalnya bukan
organisasi tentara, dengan tujuan untuk menghindari bentrokan dengan fihak
rezim penjajahan Jepang. Para pemuda yang berjiwa bahari seperti SPT (sekolah
Pelayaran TInggi) dan SPI (Serikat Pelayaran Indonesia) dan Pelaut-pelaut Jawa
Unko Kaisya kemudian mengkoordinir seluruh pemuda pelaut-pelaut Indonesia
lainnya dan membentuk BKR Laut pada tanggal 10 September 1945 yang nantinya
berubah menjadi TKR dan selanjutnya menjadi ALRI. Setelah diresmikannya BKR
Laut Pusat oleh Komite Nasional Indonesia (KNIP) tanggal 10 September 1945 dan
kemudian disusunlah Staf Umum BKR Laut Pusat yang bersifat sederhana hanya
beberapa orang yang menjadi Pimpinan yaitu Ketua Umum : M. Pardi dengan anggota
Adam, R.E. Martadinata, Ahmad Hadi, Surjadi, Oentoro Koesmardjo dan
Darjaatmaja. Seiring perkembangan waktu dengan adanya Maklumat No.2/X tanggal 5
Oktober 1945 tentang pembentukan Tentara keamanan Rakyat (TKR) maka secara
resmi BKR Laut berubah menjadi TKR Laut. Situasi Jakarta yang cukup rawan
sehingga pemerintah mengeluarkan putusan untuk memindahkan TKR laut ke luar
kota sesuai dengan kehendak pemerintah untuk menjadikan Jakarta sebagai kota
Diplomasi dan tidak menginginkan Jakarta menjadi daerah pertempuran seperti
yang dialami Kota Surabaya. Kedudukan selanjutnya Markas Teringgi TKR
Berkedudukan Di Yogjakarta setelah perubahan nama mengadakan penyempurnaan
organisasi antara lain: Markas tertinggi TKR di Yogjakarta dipimpin Laksamana
III M. Pardi, Divisi I TKR Laut Jawa barat berkedudukan di Cirebon dipimpin
Laksamana III M. Adam dan Divisi TKR II Jawa Tengah berkedudukan di Purworejo
pimpinan Laksamana M. Nasir, khusus untuk perkembangan BKR dan TKR Laut di Jawa
Timur menurut instruksi-instruksi dari TKR Laut Jogjakarta, tetapi sehubungan
kondisi saat itu yang tidak kondusif akhirnya mempunyai perkembangan sendiri
yang membawa pada suatu dualisme.
Meski
demikian, tantangan besar itu tak menyurutkan semangat TNI AL dalam
melaksanakan perannya. Bahkan, TNI AL di bawah komando Kepala Staf Angkatan
Laut (Kasal), Laksamana Madya TNI, Soeparno dengan langkah-langkah yang cerdas
dan kerjas keras menetapkan skala prioritas untuk mengefektifkan semua program
kegiatan, sehingga targat kinerja dapat tercapai.Untuk menyatukan semua
pihak dan aliran yang terdapat dalam lingkungan TKR Laut dibentuk suatu Komisi
Penyelenggaraan Susunan Baru Markas Tertinggi TKR yang anggotanya terdiri dari
unsur-unsur pimpinan Yogjakarta, Lawang dan Kementerian Pertahanan. Susunan
komisi ketua R.S. Ahmad Sumadi dengan anggota Adam, M. natsir, Katamudi, Moch.
Affandi yang disyahkan oleh Menteri Pertahanan Amir Sjarifudin dengan
disaksikan Wapres Moh. Hatta, Jaksa agung Mr. Kasman Singodimedjo, Kepala Staf
TKR Darat Urip sumoharjo. Kemudian Komisi ini menyelenggarakan sidang pertama
kali tanggal 25 dan 26 Januari 1946 dan mengambil beberapa keputusan antara
lain; 1) Mengangkat Atmadji sebagai Pemimpin Umum TKR laut dan ditempatkan pada
kementerian Pertahanan, 2) Untuk Koordinasi sepenuhnya antara beberapa fihak
dan aliran dalam TKR laut diputuskan untuk mengangkat M. Nazir sebagai Kepala
Staf Umum dengan dibantu M. Pardi dan Gunadi dengan ketentuan ketiganya tidak
boleh diadakan perbedaan pangkat. Ketiga pimpinan tersebut diwajibkan untuk
menyusun staf TKR laut dengan sebaik-baiknya. Pada tanggal ini juga nama TKR
Laut dirubah menjadi TRI Laut dan pada bulan Februari 1946 TRI Laut dirubah
menjadi ALRI. Perubahan nama tersebut tidak mempengaruhi struktur organisasi
yang telah ada, hanya sejak digunakan nama ALRI para resimen/batalion TRI Laut terutama
di kota-kota pelabuhan lebih mempopulerkan nama Pangkalan ALRI. Hasil
perundingan Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949 menimbulkan
konsekuensi ALRI menjadi ALRIS sesuai dengan Kepres No. 9 tanggal 28 Desember
1949 dan Kepres RIS No. 42 Tanggal 25 Januari 1950 serta Surat Keputusan
Menteri Pertahanan No. 34/MP/50 ditetapkan struktur organisasi ALRIS pada 4
Februari 1950. Kemudian tanggal 17 Agustus 1950 RIS dihabus sehingga ALRIS
beubah lagi menjadi ALRI. ALRI yang menganut struktur organisasi Line and
Staff, setelah tersusun Staf Angkatan laut, kemudian berikutnya membentuk
Kotama dan Pendirat. Kebijakan pembentukan Kotama untuk membentuk organisasi
Pangkalan Besar Angkatan laut. Sesuai Surat keputusan Menteri pertahanan RIS
No. 34/MP/50 tanggal 4 Februari 1950 disebutkan adanya Komando utama yang
berkedudukan langsung dibawah KSAL yaitu Komando Daerah Maritim Surabaya
(KDMS), Komando Daerah Maritim Belawan (KDMB) dan Kedinasan Kota Angkatan Laut
Djakarta (KKALD). Tugas dari KKALD mempersiapkan segala sesuatu guna pemindahan
Markas Besar Angkatan Laut dari Yogjakarta ke Jakarta serta menampung anak buah
yang datang dari berbagai daerah di Jawa Barat dan Sumatra. KKALD disempurnakan
menjadi organisasi Komando Maritim Kota (Komarko) dengan Komandan Mayor Laut
Adm Saleh Bratawijaya. Seiring perkembangan organisasi kemudian berdasarkan SK
Menteri Pertahanan No. 641/MP/6/50 Tanggal 27 Oktober 1950 dibentuklah
Organisasi Komandemen Daerah Maritim Djakarta (KDMD) dengan Komandan Mayor Laut
Adm Saleh Bratawijaya dengan Markas di Jl. DR. Sutomo 10. KDMD mempunyai
wilayah tanggung jawab meliputi daerah Pelabuhan Tanjung Priok, Selat Sunda,
Daerah Kota, Tanjung Priok, Jakarta Raya dan Kebayoran baru.
.
Tugas KDMD adalah :
1) Bertanggung jawab atas pertahanan di perairan tanggung jawabnya
2) Bertanggung jawab atas ketertiban dan keamanan serta menegakkan kedaulatan Negara di perairan yang termasuk daerahnya.
3) Mengatur operasi-operasi kapal yang ditempatkan dibawah perintahnya.
4) Menyelenggarakan pemeliharaan kecil untuk kapal, dalam batas kemampuannya.
5) Dalam melaksanakan tugas Komandan KDM tidak diperkenankan ikut campur urusan pemerintahan sipil.
1) Bertanggung jawab atas pertahanan di perairan tanggung jawabnya
2) Bertanggung jawab atas ketertiban dan keamanan serta menegakkan kedaulatan Negara di perairan yang termasuk daerahnya.
3) Mengatur operasi-operasi kapal yang ditempatkan dibawah perintahnya.
4) Menyelenggarakan pemeliharaan kecil untuk kapal, dalam batas kemampuannya.
5) Dalam melaksanakan tugas Komandan KDM tidak diperkenankan ikut campur urusan pemerintahan sipil.
KDMD berkedudukan langsung dibawah KSAL, dalam melaksanakan tugas
sehari-hari Komandan KDMD wajib mengadakan hubungan langsung dengan institusi
militer maupun sipil yang ada di wilayahnya.
Sesuai Surat Keputusan KSAL tanggal 11-6-1953 No. G.11/4/10, Organisasi KDMD terdiri dari :
- KDMD dipimpin seorang Komandan
Sesuai Surat Keputusan KSAL tanggal 11-6-1953 No. G.11/4/10, Organisasi KDMD terdiri dari :
- KDMD dipimpin seorang Komandan
- Pembantu Komandan : Kepala Staf
- Sekretariat : Urusan umum, arsip dan ekpedisi dan Tata Usaha koamndemen
- Staf Komandan terdiri dari :
Seksi I : Penyelidik/Security
Seksi II : Operasi dan Kesediaan
Seksi III : Dinas Tehnik/Material
Seksi IV : Intedan
Seksi I : Penyelidik/Security
Seksi II : Operasi dan Kesediaan
Seksi III : Dinas Tehnik/Material
Seksi IV : Intedan
- Dinas Pemeliharaan Khusus terdiri dari : Perhubungan (PHB), Dinas
Angkutan Angkatan laut (DAAL), Pemeriksa Kapal, Bengkel kapal, Bengkel Mobil,
Persenjataan, Permiyakan, Perumahan, Bangunan, Penerangan, Kesejahteraan Sosial
dan Kesehatan.
Organisasi KDMD berjalan sampai tahun 1960. Selanjutnya terbit Surat
keputusan KSAL No. A.4/6/6 tanggal 18 Oktober 1960 KDMD berubah menjadi Komando
Daerah Maritim III (Kodamar III). Bersama-sama Kodamar lainya yaitu Komando
Daerah Maritim Belawan (KDMB) menjadi Kodamar I, Komando Daerah Maritim Riau
(KDMR) menjadi Kodamar II, Komando Daerah Maritim Djakarta (KDMD) menjadi
Kodamar III, Komando Daerah Maritim Surabaya (KDMS) menjadi Kodamar IV, Komando
Daerah Maritim Makasar (KDMM) menjadi Kodamar V, Komando Daerah Maritim
Ambon(KDMA) menjadi Kodamar VI. Kodamar yang semula 6 diperluas menjadi 10
Kodamar yaitu menjadi Kodamar I Belawan, Kodamar II Tanjung Pinang, Kodamar III
Jakarta, Kodamar IV Semarang, Kodamar V Surabaya, Kodamar VI Banjarmasin, Kodamar
VII Makasar, Kodamar VIII Manado, Kodamar IX Ambon dan Kodamar X Irian Barat.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menhankam/Pangab No. Keb B/429/69 terhitung
Januari 1970 nama Kodamar diubah menjadi Komando Daerah Angkatan laut
(Kodaeral). Pada perkembangan selanjutnya Kodamar IV Semarang dilikuidasi serta
nama Kodaeral diganti Daerah Angkatan Laut (Daerah), sesuai keputusan KSAL No.
5401.23 tanggal 30 Maret 1970 didirikan Daeral VIII Nusa Tenggara (Lombok). Indonesia
sendiri, kata Soeparno, saat ini terdapat beberapa masalah perbatasan laut
dengan negara tetangga yang dapat menimbulkan konflik dimasa mendatang. Masalah
perbatasan itu antara lain perbatasan Indonesia dengan Singapura, Indonesia
dengan Malaysia, Indonesia dengan Filipina, Indonesia dengan Australia,
Indonesia dengan Papua Nugini, Indonesia dengan Vietnam, Indonesia dengan
Thailand, Indonesia dengan India, Indonesia dengan Palau dan Indonesia dengan
Timor Leste. Sehingga Daeral tetap 10 dengan perincian
yaitu; Daeral I meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat berkedudukan di
Belawan, Daeral II meliputi Riau dan Sumatera Selatan berkedudukan di Tanjung
Pinang, Daeral III meliputi Jawa Barat dan DKI berkedudukan di Jakarta, Daeral
IV meliputi Jawa tengah dan Jawa Timur berkedudukan di Surabaya, Daeral V
meliputi Kalimantan berkedudukan di Banjarmasin, Daeral VI meliputi Sulawesi
Utara dan Tenggara berkedudukan di Manado, Daeral VII meliputi Sulawesi Selatan
dan Tengah berkedudukan di Ujung Pandang, Daeral VII meliputi Nusa Tenggara
berkedudukan di Mataram, Daeral IX meliputi Maluku berkedudukan di Ambon dan
Daeral X meliputi Irian Jaya berkedudukan di Biak/Jayapura. Kemudian tahun 1984
sebutan Daeral diganti menjadi Pangkalan Utama TNI Angkatan laut (Lantamal) dan
dari 10 Daeral menjadi 5 Lantamal yaitu lantamal I Belawan, Lantamal II
Jakarta, lantamal III Surabaya, Lantamal IV Ujung Pandang dan Lantamal V Irian.
Kemudian berangsur-angsur Lantamal sesuai kebutuhan organisasi bertambah
menjadi 11 yaitu Bitung/Mando, Tanjung pinang, Ambon, Padang, Kupang dan
Merauke. Pada tahun2006 tepatnya tanggal 13 juli 2006 terbit keputusan Kasal
No. Kep/10/VII/2006 tentang perubahan penomoran Lantamal yang akhirnya merubah
Lantamal II Jakarta menjadi Lantamal III. Dari
komposisi alutsista yang tergabung dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT),
saat ini masih belum sepenuhnya mampu untuk melaksanakan tugas penegakan
kedaulatan negara di laut secara optimal, karena banyak kapal-kapal yang sudah
berumur tua dan tertinggal dari sisi teknologi maupun persenjataan. Indonesia
sendiri, kata Soeparno, saat ini terdapat beberapa masalah perbatasan laut
dengan negara tetangga yang dapat menimbulkan konflik dimasa mendatang. Masalah
perbatasan itu antara lain perbatasan Indonesia dengan Singapura, Indonesia
dengan Malaysia, Indonesia dengan Filipina, Indonesia dengan Australia,
Indonesia dengan Papua Nugini, Indonesia dengan Vietnam, Indonesia dengan
Thailand, Indonesia dengan India, Indonesia dengan Palau dan Indonesia dengan
Timor Leste. Peringatan Hari Armada RI kali ini dihadiri
Pangarmatim Laksda TNI Ade Supandi, S.E., dan Pangarmabar Laksda TNI Didit
Herdiawan, MPA, MBA., serta para pejabat teras TNI AL lainnya. Selain itu juga
hadir sejumlah mantan Kasal, antara lain Laksamana TNI (Purn) Sudomo, Laksamana
TNI (Purn) Arief Kushariadi, Laksamana TNI (Purn) Achmad Sutjipto, Laksamana
TNI (Purn) Indroko S. dan Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh.
Sumber :
Buku
Judul Buku : Kerajaan
– Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia
Tebal buku : 554 Halaman
Penerbit : Mitra Abadi
Pengarang : Paul Michel Munoz
Judul Buku : Mas
Trip dari Brigade Pertempuran ke Brigade Pembangunan
Tebal buku : 372Halaman
Penerbit : Bina Aksara
Pengarang : Sagimun M.D
Judul Buku : Pengalaman dan Kesaksian Sejak
Proklamasi Sampai Orde baru
Tebal buku : 258 Halaman
Penerbit : Grasindo
Pengarang : Julius Pour
Tidak ada komentar:
Posting Komentar