Rabu, 02 Januari 2013

Ujian Akhir Semester TRIS MAYULFA 4423125297



UJIAN AKHIR SEMESTER
Museum Tekstil Jakarta 
BATIK PEKALONGAN



TRIS MAYULFA
4423125297
USAHA JASA PARIWISATA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012




PEMBUKAAN

            Pernahkah anda mengunjungi Museum Tekstil Jakarta ini ? Taukah anda apa saja yang dipamerkan di museum ini ? Ada berapa macam/jenis batik yang ada di Indonesia ? Bagaimana cara pembuatan batik ? Sejak kapan batik mulai dikenal di Pekalongan ? Mungkin itulah beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak anda, berikut akan saja jelaskan mengenai Museum Tekstil dan Batik terutama Batik Pekalongan.

LOKASI
                            

Museum Tekstil menempati sebuah gedung tua yang memiliki luas tanah sekitar 2 Ha yang berlokasi di Jalan K.S. Tubun / Petamburan No. 4 Tanah Abang, Jakarta Barat. Gedung ini dibangun pada abad ke-19, yang pada mulanya adalah rumah pribadi seorang warga berkebangsaan Perancis. Rumah ini beberapa kali dijual dan berganti pemilik yaitu salah seorang konsul Turki yang bernama Abdul Aziz Al-mussawi yang menetap di Indonesia , Dr. Karel Christian Cruq pada tahun 1942 dan didiami oleh Lie Sion Pin tahun 1947.
                                                                                         
Gedung ini juga sempat menjadi markas dari Barisan Keamanan Rakyat atau BKR pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tahun 1952 Gedung ini dibeli oleh Departemen Sosial lalu diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta tanggal 25 Oktober 1975 dan kemudian diresmikan penggunaannya sebagai Museum Tekstil pada tanggal 28 Juni 1976 oleh Ibu Tien Soeharto.

Profil MUSEUM TEKSTIL JAKARTA




Sebagai satu-satunya Museum Tekstil di Jakarta yang merupakan sebuah cagar budaya dan sebuah lembaga edukatif kultural yang mengemban misi untuk melestarikan budaya tekstil tradisional Indonesia dan yang pertama memiliki tugas khusus tersebut di Negara ini. Museum Tekstil senantiasa berupaya menjalankan dan mewujudkan misinya melalui beberapa kegiatan yang diselenggarakan untuk publik antara lain :
- seminar
- penelitian koleksi ke berbagai daerah maupun kepustakaan
- perawatan koleksi museum
- penyuluhan bagi para pelajar
- diskusi dan workshop tentang tekstil
- pameran yang dilakukan oleh museum maupun pihak ketiga dan masih banyak lainnya kegiatan di museum ini.
Museum ini memiliki Visi dan Misi untuk tetap menjadikannya sebagai Lembaga edukatif kultural, yakni :
V i s i                                             
Menjadikan Museum Tekstil sebagai institusi nirlaba yang menjadi pusat pelestarian alam dan budaya, media aktivitas ilmiah, seni-budaya, penunjang pendidikan, media informasi dan sebagai rekreasi edukatif-kultural yang menjadi salah satu acuan dan referensi bagi proses pembangunan bangsa.
M i s i
Melakukan usaha-usaha pelestarian alam baik hewani maupun nabati dalam hal yang berkaitan dengan budaya pertekstilan di Indonesia, melakukan kegiatan inventarisasi sumber-sumber daya alam sebagaimana tersebut di atas dan koleksi-koleksi tekstil tradisional dari berbagai wilayah di Indonesia berikut bentuk dan ragamnya, melakukan kegiatan dokumentasi, penelitian-penelitian, dan melakukan penyajian informasi dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Museum ini didirikan dengan dilatarbelakanginya gagasan sinyalemen bahwa tekstil tradisional Nusantara telah banyak bergeser akibat munculnya tekstil modern. Gagasan tersebut diprakasai oleh Kelompok Pecinta Kain Tradisional WASTRAPREMA, Bapak Ir.Safioen yang saat itu menjabat sebagai Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian dan didukung oleh Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu yakni Ali Sadikin yang menyediakan tempat untuk mendirikan museum ini.

Pada awalnya koleksi yang dihimpun di Museum Tekstil ini diperoleh dari hasil sumbangan Wastraprema yaitu sekitar 500 koleksi dan selanjutnya bertambah dari pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah , Pemugaran/ Dinas Kebudayaan dan Permuseuman serta sumbangan dari masyarakat baik secara individu mapun kelompok dan hingga saat ini tercatat memiliki koleksi sejumlah 1914 buah.

Fasilitas-fasilitas yang menunjang di Museum ini yaitu;
-       Gedung Utama
-       Gedung Galeri Batik
-       Gedung Workshop Center (Pendopo)
-       Taman pewarna alam
-       Perpustakaan
-       Ruang Labolatorium & Konservasi
-       Ruang Penyimpanan (Storage)
-       Gerai Cinderamata (Souvenir Shop)
-       Ruang Multimedia (Auditorium)
-       Musholla
-       Area Parkir


Pelayanan yang diberikan oleh Museum Tekstil, yakni;* Kursus dan Pelatihan
   (Pelatihan batik tulis dan batik cap, warna alam serta jumputan)
* Konservasi Tekstil
* Konsultasi/kuratorial kain tradisi
* Layanan Kepustakaan
* Penyewaan Ruang/Gedung untuk pesta perkawinan, seminar, launching produk,           dan lain-lain.
Jam Buka Museum
Selasa – Minggu : Pukul 09.00 s/d 15.00 WIB
Senin dan hari libur nasional : Tutup
Tiket masuk Museum Tekstil berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta No.3 Tahun 2012, yaitu;
Perorangan
Dewasa Rp. 5.000,-
Mahasiswa Rp 3.000,-
Anak-anak Rp 2.000,-
Kelompok
Dewasa Rp. 3.750,-
Mahasiswa Rp. 2.250,-
Anak-anak Rp. 1.500,-

 Disini juga disediakan kursus membatik, dengan harga( termasuk tiket masuk Museum)
Turis Lokal :  Rp. 40.000,-
Turis Mancanegara : Rp. 75.000,-


Dalam Segi Pariwisata di Museum Tekstil

Dalam segi kepariwisataannya Museum Tekstil memang tidak kalah dengan museum lain yang tersebar di Indonesia terutama di Jakarta . Belum terdapat data berapa banyak wisatawan yang mengunjungi Museum ini setiap harinya , namun wisatawan akan terus bertambah apabila terdapat pameran yang diselenggarakan oleh Museum ini yang bekerja sama dengan pihak lainnya. Bahkan untuk menunjang dan mendukung Museum ini sekarang sedang dilaksanakan beberapa renovasi agar para wisatawan dapat lebih nyaman berkunjung ke tempat ini. Tempat ini menawarkan rekreasi sekaligus tempat untuk tetap belajar mengenal kebudayaan Indonesia. Tidak hanya melihat kain-kain yang dipamerkan digedung ini namun para wisatawan pun dapat membuat atau belajar kursus untuk membatik dengan harga yang sudah ditentukan.

KOLEKSI

Di Museum Tekstil yang disimpan untuk dikoleksi berupa benda-benda yang berhubungan dengan dunia Tekstil yang berasal dari Nusantara sejak abad ke-18, namun kebanyakan berasal dari awal abad ke-20.
Koleksi di Museum Tekstil dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
 
* Koleksi Kontemporer
* Koleksi Kain Tenun
* Koleksi Kain Batik
* Koleksi Campuran
* Koleksi Peralatan Pembuatan Batik/Tenun dan lain
-lain.



BATIK

Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa sejak lama. Namun secara etimologi, kata batik sendiri berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti lebar, luas, kain dan “titik” yang berarti titik atau matik (kata kerja membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah “batik” yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.

SEJARAH BATIK DI INDONESIA         

Di Indonesia batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Walaupun batik sangat erat hubungannya dengan Jawa, namun beberapa ilmuwan percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Papua dan Halmahera. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik. G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles. 

Batik merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang sampai saat ini masih ada dan tetap harus dilestarikan juga dijaga. Batik di Indonesia secara historis sudah dikenal sejak abad XVIII. Keterampilan membatik perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau digunakan sebagai mata pencaharian sehingga pada masa lalu membatik adalah pekerjaan ekslusif untuk perempuan. Pada mulanya tradisi membatik merupakan tradisi turun-temurun sehingga kadang kala bentuk suatu motif dapat dikenali berdasarkan batik keluarga bahkan beberapa motif dapat menunjukan status seseorang yang memiliki atau menggunakannya.


Awalnya, batik memiliki ragam corak, motif dan warna yang terbatas bahkan beberapa corak hanya dapat dipakai oleh beberapa kalangan tertentu. Namun seiring berjalannya waktu batik mulai dipengaruhi oleh pengaruh dari luar atau asing. Warna-warna cerah seperti merah yang dipopulerkan oleh bangsa Tionghoa, bangsa Eropa yang membawa pengaruh terhadap batik dengan corak bebungaan atau bunga tulip. Terlepas dari pengaruh dari luar, Batik Tradisional tetap mempertahankan corak yang masih sering digunakan dalam upacara-upacara tradisional atau adat daerah setempat karena memiliki perlambangan pada masing-masing corak.

Seiring dengan perkembangan zaman batik telah berevolusi dan mulai menjadi busana yang dinamis dan cocok untuk dapat dipakai oleh semua golongan terutama oleh anak muda. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi para pengrajin Batik dan indutri batik, baik kontemporer maupun tradisional modern tetapi tetap menjaga esensi dari seni batik itu sendiri.


Hingga saat ini Bangsa Indonesia masih giat memperkenalkan dan memasarkan Batik ke seluruh dunia agar menjadi warisan budaya yang indah dan unik namun tetap sesuai untuk dipadu-padankan dengan dinamisme kehidupan modern masa kini. Dan sejak 2 Oktober 2009, batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) dan Indonesia sepatutnya berbangga akan hal ini. Karena pengakuan ini tidak didapatkan begitu saja melainkan membutuhkan waktu yang cukup lama.   Batik pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto yang menggunakannya dalam menghadiri Konferensi PBB.

JENIS BATIK



Menurut Teknik pembuatannya Batik dibedakan menjadi beberapa jenis yakni;
·         Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu cukup lama kurang lebih 2-3 bulan.
·         Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu  yang lebih singkat kurang lebih 2-3 hari.
·         Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.

Berikut adalah salah satu proses pembuatan batik berupa batik tulis yaitu sebagai berikut ;
·         Siapkan kain mori yang dibentangkan atau dilebarkan  (Mori adalah kain bahan dasar pembuatan batik yang umumnya berwarna putih dan memiliki beberapa Jenis yakni katun, polyester, dobi, sutera)
·         Gambar sketsa motif batik yang akan dibuat dengan menggunakan pensil seacara tipis saja
·         Torehkan cairan malam atau warna menggunakan canting tulis secara teliti
·         Jika yang ditorehkan cairan malam dan sudah selesai semua untuk satu bahan pakaian, maka proses selanjutnya adalah pewarnaan, bilas soda, jemur, lorot malam, setrika (mirip seperti batik cap)
·         Jika yang ditorehkan adalah zat pewarna dan sudah selesai semua untuk satu bahan, maka proses selanjutnya adalah klerak yang bertujuan untuk memperkuat dan mengkilapkan warna pada batik.
Ciri-ciri batik Tulis adalah :
·         Motif tidak berulang atau selalu beragam
·         Kombinasi warna bisa lebih banyak warna dasarnya bisa gelap atau cerah. sehingga sanagat cocok dan dinamis.
                                                             
PEWARNA BATIK


 



Pewarnaan pada batik dapat menggunakan zat warna tekstil yang dibedakan menjadi 2, yakni:
-       Zat Pewarna Alam(ZPA) merupakan zat warna yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam atau alami berupa hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Berupa akar, kayu, daun, biji maupun bunga.
-       Zat Pewarna Sintesis (ZPS) merupakan zat pewarna sintesis yang dibuat melalui reaksi kimia dengan berbahan dasar ter-arang batu bara atau minyak bumi .

Pada zaman dahulu proses pewarnaan testil pada kain batik lebih dominan menggunakan zat pewarna alam namun seiring berjalannya waktu beralih menggunakan Zat Pewarna Sintesis dikarenakan kurang tersedianya zat pewarna alam. Namun kini kain Batik yang menggunakan Zat Pewarna Alam lebih tinggi harga jualnya dikarenakan semakin langkanya pewarnaan ini dan dinilai ramah lingkungan.

BATIK PEKALONGAN 

Memang banyak sekali batik yang tersebar di Indonesia, namun salah satu yang paling terkenal dan sudah mendunia ialah Batik Pekalongan, Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan merupakan batik pesisir yang paling kaya akan warna. Batik pesisir sendiri memiliki ciri khas yang biasanya bersifat naturalis. Yang membuat Batik Pekalongan berbeda dari batik lain ialah karena batik ini sangat bebas, menarik seringkali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif, dan memiliki kombinasi yang dinamis. Batik Pekalongan juga sangat dipengaruhi oleh pendatang keturunan China dan Belanda. Keistimewaan lain dari Batik Pekalongan ini ialah karena para pembatiknya tidak pernah kehilangan ide untuk terus berinovasi dan selalu mengikuti perkembangan zaman sesuai dengan apa yang sedang populer pada saat itu.  Motif yang paling terpopuler dan terkenal dari Batik Pekalongan ialah motif batik Jlamprang.
Batik pekalongan telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh Unesco (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) yang dilaksanakan di Perancis. Pengakuan oleh Unesco untuk Batik memiliki arti yang sangat besar bagi budaya dan industri kreatif di Indonesia. Karena pengakuan ini Batik Pekalongan tidak dapat diklaim oleh negara lain. Namun memang nama Batik sudah dipatenkan oleh Malaysia, tapi nilai estetikanya belum. Karena itu tepatlah upaya mendapatkan pengakuan Unesco atas nilai estetika Batik Pekalongan. 

SEJARAH BATIK PEKALONGAN

Tidak ada catatan pasti kapan Batik mulai masuk ke Pekalongan, namun diperkirakan Batik telah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut Deperindag, motif batik telah dibuat pada tahun 1802. Berdasarkan Perkembangan yang signifikan diperkirakan setelah perang Diponegoro di kerajaan Mataram pada tahun 1825-1830 yang kemudian membuat para kelarga keraton menyebar ke arah Timur dan Barat dan mulai mengembangkan batik. Interaksi yang terjadi antara masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah ikut mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik pekalongan. Sehubungan dengan itu pada beberapa jenis motif batik yang dipengaruhi berbagai negara tersebut kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan.

 Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo. Setelah berpuluh tahun sampai sekarang, sebagian besar proses produksi membatik di Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dgn kehidupan masyarakat Pekalongan. Hingga pada akhirnya, pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis.

Berikut saran-saran dalam merawat pakaian batik :
·         Cuci batik dengan sabun khusus atau dengan menggunakan shampo.
·         Jangan digosok dan jangan menggunakan detergen untuk menghilangkan noda. Anda dapat menggunakan jeruk nipis bila pakaian batik terkena noda. karena jika anda melakukannya itu akan merusak detail atau model batik anda.
·         Jangan jemur batik pada tempat yang langsung terkena matahari, tetapi jemur batik di tempat yang teduh. ini akan membuat warna pada batik anda tidak terlihat kusam atau bule.
·         Saat menyimpan batik dalam lemari, anda dapat memasukkan akar wangi atau merica ke dalam lemari agar pakaian anda tidak dirusak oleh ngengat atau hewan-hewan lainnya yang dapat merusak batik.
PENUTUP
Jangan pernah meninggalkan apa yang telah kita bangun, banyak hal yang masih bisa kita pelajari dari museum ini. Wisata di museum ini dapat menambah pengetahuan kita tentang batik namun dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air untuk Indonesia. Singkat kata, pengakuan Unesco kepada batik Indonesia dapat membanggakan dan memberi perlindungan. Selanjutnya orang Indonesia sendiri perlu belajar menghargai budaya sendiri yang merupakan buah kerja keras, cinta, dan kecerdasan leluhur kita. Apresiasi ini berarti pengembangan batik dan meningkatkan martabat Indonesia di dunia internasional. 
Sekian pembahasan saya mengenai batik Pekalongan untuk Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah Indonesia, bila ada kesalahan atau kekurangan informasi saya mohon maaf dikarenakan masih kurangnya informasi dan saya masih dalam tahap pembelajaran. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari para pembaca, terima kasih.

 

REFERENSI
                                                 

Batik Pesisir Pusaka Indonesia, Hartono Sumarsono 2011
Kajian Pengembangan Museum Batik Pekalongan, Pemerintah Kota pekalongan 2006
Seni Kerajinan Batik Indonesia, S.K. Sewan Susanto, Balai Penelitian Batik dan Kerajinan 1973
Brosur-brosur yang didapat dari Museum




Tidak ada komentar:

Posting Komentar