Museum Tekstil Jakarta
TRIS MAYULFA
4423125297
USAHA JASA PARIWISATA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012
PEMBUKAAN
Pernahkah anda mengunjungi Museum
Tekstil Jakarta ini ? Taukah anda apa saja yang dipamerkan di museum ini ? Ada
berapa macam/jenis batik yang ada di Indonesia ? Bagaimana cara pembuatan batik
? Sejak kapan batik mulai dikenal di Pekalongan ? Mungkin itulah beberapa
pertanyaan yang muncul dalam benak anda, berikut akan saja jelaskan mengenai
Museum Tekstil dan Batik terutama Batik Pekalongan.
LOKASI
Museum Tekstil menempati
sebuah gedung tua yang memiliki luas tanah sekitar 2 Ha yang berlokasi di Jalan
K.S. Tubun / Petamburan No. 4 Tanah Abang, Jakarta Barat. Gedung ini
dibangun pada abad ke-19, yang pada mulanya adalah rumah pribadi seorang warga
berkebangsaan Perancis. Rumah ini beberapa kali dijual dan berganti pemilik
yaitu salah seorang konsul Turki yang bernama Abdul Aziz Al-mussawi yang
menetap di Indonesia , Dr. Karel Christian Cruq pada tahun 1942 dan didiami
oleh Lie Sion Pin tahun 1947.
Gedung ini juga sempat menjadi markas dari Barisan Keamanan Rakyat atau
BKR pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tahun 1952 Gedung ini dibeli
oleh Departemen Sosial lalu diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta tanggal 25
Oktober 1975 dan kemudian diresmikan penggunaannya sebagai Museum Tekstil pada
tanggal 28 Juni 1976 oleh Ibu Tien Soeharto.
Profil MUSEUM TEKSTIL JAKARTA
Sebagai satu-satunya Museum
Tekstil di Jakarta yang merupakan sebuah cagar budaya dan sebuah lembaga
edukatif kultural yang mengemban misi untuk melestarikan budaya tekstil
tradisional Indonesia dan yang pertama memiliki tugas khusus tersebut di Negara
ini. Museum Tekstil senantiasa berupaya menjalankan dan mewujudkan misinya
melalui beberapa kegiatan yang diselenggarakan untuk publik antara lain :
- seminar
- penelitian koleksi ke berbagai
daerah maupun kepustakaan
- perawatan koleksi museum
- penyuluhan bagi para pelajar
- diskusi dan workshop tentang
tekstil
- pameran yang dilakukan oleh
museum maupun pihak ketiga dan masih banyak lainnya kegiatan di museum ini.
Museum ini memiliki Visi dan Misi
untuk tetap menjadikannya sebagai Lembaga edukatif kultural, yakni :
V
i s i
Menjadikan Museum Tekstil sebagai
institusi nirlaba yang menjadi pusat pelestarian alam dan budaya, media
aktivitas ilmiah, seni-budaya, penunjang pendidikan, media informasi dan
sebagai rekreasi edukatif-kultural yang menjadi salah satu acuan dan referensi
bagi proses pembangunan bangsa.
M i s i
Melakukan usaha-usaha pelestarian
alam baik hewani maupun nabati dalam hal yang berkaitan dengan budaya
pertekstilan di Indonesia, melakukan kegiatan inventarisasi sumber-sumber daya
alam sebagaimana tersebut di atas dan koleksi-koleksi tekstil tradisional dari
berbagai wilayah di Indonesia berikut bentuk dan ragamnya, melakukan kegiatan
dokumentasi, penelitian-penelitian, dan melakukan penyajian informasi dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan sepenuhnya bagi
kepentingan masyarakat yang lebih luas.
Museum ini didirikan dengan
dilatarbelakanginya gagasan sinyalemen bahwa tekstil tradisional Nusantara
telah banyak bergeser akibat munculnya tekstil modern. Gagasan tersebut
diprakasai oleh Kelompok Pecinta Kain Tradisional WASTRAPREMA, Bapak Ir.Safioen
yang saat itu menjabat sebagai Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian dan didukung
oleh Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu yakni Ali Sadikin yang menyediakan
tempat untuk mendirikan museum ini.
Pada awalnya koleksi yang dihimpun
di Museum Tekstil ini diperoleh dari hasil sumbangan Wastraprema yaitu sekitar
500 koleksi dan selanjutnya bertambah dari pembelian oleh Dinas Museum dan
Sejarah , Pemugaran/ Dinas Kebudayaan dan Permuseuman serta sumbangan dari
masyarakat baik secara individu mapun kelompok dan hingga saat ini tercatat
memiliki koleksi sejumlah 1914 buah.
Fasilitas-fasilitas yang menunjang
di Museum ini yaitu;
-
Gedung Utama
-
Gedung Galeri Batik
-
Gedung Workshop Center (Pendopo)
-
Taman pewarna alam
-
Perpustakaan
-
Ruang Labolatorium & Konservasi
-
Ruang Penyimpanan (Storage)
-
Gerai Cinderamata (Souvenir Shop)
-
Ruang Multimedia (Auditorium)
-
Musholla
Pelayanan yang diberikan oleh
Museum Tekstil, yakni;* Kursus dan Pelatihan
(Pelatihan batik tulis dan batik cap, warna alam serta jumputan)
* Konservasi Tekstil
* Konsultasi/kuratorial kain tradisi
* Layanan Kepustakaan
* Penyewaan Ruang/Gedung untuk pesta perkawinan, seminar, launching produk, dan lain-lain.
(Pelatihan batik tulis dan batik cap, warna alam serta jumputan)
* Konservasi Tekstil
* Konsultasi/kuratorial kain tradisi
* Layanan Kepustakaan
* Penyewaan Ruang/Gedung untuk pesta perkawinan, seminar, launching produk, dan lain-lain.
Jam Buka Museum
Selasa – Minggu : Pukul
09.00 s/d 15.00 WIB
Senin dan hari libur nasional : Tutup
Senin dan hari libur nasional : Tutup
Tiket
masuk Museum Tekstil berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta No.3 Tahun 2012, yaitu;
Perorangan
Dewasa Rp. 5.000,-
Mahasiswa Rp 3.000,-
Anak-anak Rp 2.000,-
Dewasa Rp. 5.000,-
Mahasiswa Rp 3.000,-
Anak-anak Rp 2.000,-
Kelompok
Dewasa Rp. 3.750,-
Mahasiswa Rp. 2.250,-
Anak-anak Rp. 1.500,-
Dewasa Rp. 3.750,-
Mahasiswa Rp. 2.250,-
Anak-anak Rp. 1.500,-
Disini juga disediakan kursus membatik, dengan
harga( termasuk tiket masuk Museum)
Turis
Lokal : Rp. 40.000,-
Turis
Mancanegara : Rp. 75.000,-
Dalam Segi Pariwisata di
Museum Tekstil
Dalam segi
kepariwisataannya Museum Tekstil memang tidak kalah dengan museum lain yang
tersebar di Indonesia terutama di Jakarta . Belum terdapat data berapa banyak
wisatawan yang mengunjungi Museum ini setiap harinya , namun wisatawan akan
terus bertambah apabila terdapat pameran yang diselenggarakan oleh Museum ini
yang bekerja sama dengan pihak lainnya. Bahkan untuk menunjang dan mendukung
Museum ini sekarang sedang dilaksanakan beberapa renovasi agar para wisatawan
dapat lebih nyaman berkunjung ke tempat ini. Tempat ini menawarkan rekreasi
sekaligus tempat untuk tetap belajar mengenal kebudayaan Indonesia. Tidak hanya
melihat kain-kain yang dipamerkan digedung ini namun para wisatawan pun dapat
membuat atau belajar kursus untuk membatik dengan harga yang sudah ditentukan.
KOLEKSI
Di
Museum Tekstil yang disimpan untuk dikoleksi berupa benda-benda yang
berhubungan dengan dunia Tekstil yang berasal dari Nusantara sejak abad ke-18,
namun kebanyakan berasal dari awal abad ke-20.
Koleksi di Museum Tekstil dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
* Koleksi Kontemporer
* Koleksi Kain Tenun
* Koleksi Kain Batik
* Koleksi Campuran
* Koleksi Peralatan Pembuatan Batik/Tenun dan lain-lain.
* Koleksi Kontemporer
* Koleksi Kain Tenun
* Koleksi Kain Batik
* Koleksi Campuran
* Koleksi Peralatan Pembuatan Batik/Tenun dan lain-lain.
BATIK
Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa sejak lama. Namun secara etimologi, kata batik
sendiri berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti lebar, luas, kain dan
“titik” yang berarti titik atau matik (kata kerja membuat titik) yang kemudian
berkembang menjadi istilah “batik” yang berarti menghubungkan titik-titik
menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.
SEJARAH BATIK DI INDONESIA
Di Indonesia batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan
menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru
dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Walaupun batik sangat erat hubungannya dengan Jawa,
namun beberapa ilmuwan percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah
seperti Toraja, Flores, Papua dan Halmahera. Perlu dicatat bahwa wilayah
tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui
memiliki tradisi kuna membuat batik. G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah
dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam
buku History of Java (London, 1817) yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford
Raffles.
Batik merupakan salah satu
warisan dari nenek moyang yang sampai saat ini masih ada dan tetap harus
dilestarikan juga dijaga. Batik
di Indonesia secara historis sudah dikenal sejak abad XVIII.
Keterampilan membatik perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau digunakan
sebagai mata pencaharian sehingga pada masa lalu membatik adalah pekerjaan
ekslusif untuk perempuan.
Pada mulanya tradisi membatik merupakan tradisi turun-temurun sehingga kadang
kala bentuk suatu motif dapat dikenali berdasarkan batik keluarga bahkan
beberapa motif dapat menunjukan status seseorang yang memiliki atau
menggunakannya.
Awalnya, batik memiliki
ragam corak, motif dan warna yang terbatas bahkan beberapa corak hanya dapat
dipakai oleh beberapa kalangan tertentu. Namun seiring berjalannya waktu batik
mulai dipengaruhi oleh pengaruh dari luar atau asing. Warna-warna cerah seperti
merah yang dipopulerkan oleh bangsa Tionghoa, bangsa Eropa yang membawa
pengaruh terhadap batik dengan corak bebungaan atau bunga tulip. Terlepas dari
pengaruh dari luar, Batik Tradisional tetap mempertahankan corak yang masih
sering digunakan dalam upacara-upacara tradisional atau adat daerah setempat
karena memiliki perlambangan pada masing-masing corak.
Seiring dengan perkembangan
zaman batik telah berevolusi dan mulai menjadi busana yang dinamis dan cocok
untuk dapat dipakai oleh semua golongan terutama oleh anak muda. Hal ini
tentunya membawa dampak positif bagi para pengrajin Batik dan indutri batik,
baik kontemporer maupun tradisional modern tetapi tetap menjaga esensi dari
seni batik itu sendiri.
Hingga saat ini Bangsa Indonesia masih giat memperkenalkan dan
memasarkan Batik ke seluruh dunia agar menjadi warisan budaya yang indah dan
unik namun tetap sesuai untuk dipadu-padankan dengan dinamisme kehidupan modern
masa kini. Dan sejak 2 Oktober 2009, batik Indonesia sebagai keseluruhan
teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh
UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) dan
Indonesia sepatutnya berbangga akan hal ini. Karena pengakuan ini tidak
didapatkan begitu saja melainkan membutuhkan waktu yang cukup lama. Batik pertama kali diperkenalkan
kepada dunia oleh Presiden Soeharto yang menggunakannya dalam menghadiri
Konferensi PBB.
JENIS
BATIK
Menurut Teknik pembuatannya Batik dibedakan menjadi beberapa jenis yakni;
·
Batik Tulis adalah kain yang
dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik
jenis ini memakan waktu cukup lama kurang lebih 2-3 bulan.
·
Batik Cap adalah kain yang
dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya
terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu yang lebih singkat kurang
lebih 2-3 hari.
·
Batik Lukis adalah proses
pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.
Berikut adalah salah satu proses pembuatan batik berupa batik tulis yaitu
sebagai berikut ;
·
Siapkan
kain mori yang dibentangkan atau dilebarkan (Mori adalah kain bahan dasar
pembuatan batik yang umumnya berwarna putih dan memiliki beberapa Jenis yakni
katun, polyester, dobi, sutera)
·
Gambar
sketsa motif batik yang akan dibuat dengan menggunakan pensil seacara tipis saja
·
Torehkan
cairan malam atau warna menggunakan canting tulis secara teliti
·
Jika
yang ditorehkan cairan malam dan sudah selesai semua untuk satu bahan pakaian,
maka proses selanjutnya adalah pewarnaan, bilas soda, jemur,
lorot malam, setrika (mirip seperti batik cap)
·
Jika
yang ditorehkan adalah zat pewarna dan sudah selesai semua untuk satu bahan,
maka proses selanjutnya adalah klerak yang bertujuan untuk memperkuat dan
mengkilapkan warna pada batik.
Ciri-ciri batik Tulis adalah :
·
Motif
tidak berulang atau selalu beragam
·
Kombinasi
warna bisa lebih banyak warna dasarnya bisa gelap atau cerah. sehingga sanagat cocok dan dinamis.
Pewarnaan pada batik dapat menggunakan zat warna tekstil yang dibedakan menjadi 2, yakni:
- Zat Pewarna Alam(ZPA) merupakan zat
warna yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di alam atau alami berupa
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. Berupa akar, kayu, daun, biji maupun bunga.
- Zat Pewarna Sintesis (ZPS) merupakan
zat pewarna sintesis yang dibuat melalui reaksi kimia dengan berbahan dasar
ter-arang batu bara atau minyak bumi .
Pada zaman dahulu proses pewarnaan testil pada
kain batik lebih dominan menggunakan zat pewarna alam namun seiring berjalannya
waktu beralih menggunakan Zat Pewarna Sintesis dikarenakan kurang tersedianya
zat pewarna alam. Namun kini kain Batik yang menggunakan Zat Pewarna Alam lebih
tinggi harga jualnya dikarenakan semakin langkanya pewarnaan ini dan dinilai
ramah lingkungan.
Memang banyak sekali batik yang
tersebar di Indonesia, namun salah satu yang paling terkenal dan sudah mendunia
ialah Batik Pekalongan, Pekalongan, Jawa Tengah. Batik pekalongan merupakan
batik pesisir yang paling kaya akan warna. Batik pesisir sendiri memiliki ciri
khas yang biasanya bersifat naturalis. Yang membuat Batik Pekalongan berbeda
dari batik lain ialah karena batik ini sangat bebas, menarik seringkali dimodifikasi
dengan variasi warna yang atraktif, dan memiliki kombinasi yang dinamis. Batik
Pekalongan juga sangat dipengaruhi oleh pendatang keturunan China dan Belanda.
Keistimewaan lain dari Batik Pekalongan ini ialah karena para pembatiknya tidak
pernah kehilangan ide untuk terus berinovasi dan selalu mengikuti perkembangan
zaman sesuai dengan apa yang sedang populer pada saat itu. Motif yang paling terpopuler dan terkenal
dari Batik Pekalongan ialah motif batik Jlamprang.
Batik pekalongan telah ditetapkan
sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh Unesco (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan, dan Kebudayaan) yang dilaksanakan di Perancis. Pengakuan oleh
Unesco untuk Batik memiliki arti yang sangat besar bagi budaya dan industri
kreatif di Indonesia. Karena pengakuan ini Batik Pekalongan tidak dapat diklaim
oleh negara lain. Namun memang nama Batik sudah dipatenkan oleh Malaysia, tapi
nilai estetikanya belum. Karena itu tepatlah upaya mendapatkan pengakuan Unesco
atas nilai estetika Batik Pekalongan.
SEJARAH BATIK PEKALONGAN
Tidak ada catatan pasti kapan Batik
mulai masuk ke Pekalongan, namun diperkirakan Batik telah ada di Pekalongan
sekitar tahun 1800. Bahkan menurut Deperindag, motif batik telah dibuat pada
tahun 1802. Berdasarkan Perkembangan yang signifikan diperkirakan setelah
perang Diponegoro di kerajaan Mataram pada tahun 1825-1830 yang kemudian
membuat para kelarga keraton menyebar ke arah Timur dan Barat dan mulai
mengembangkan batik. Interaksi yang terjadi antara masyarakat Pekalongan dengan berbagai
bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau
telah ikut mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik pekalongan.
Sehubungan dengan itu pada beberapa jenis motif batik yang dipengaruhi berbagai
negara tersebut kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan.
Di daerah ini batik
berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah
Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo. Setelah berpuluh tahun sampai sekarang, sebagian besar proses
produksi membatik di Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik
Pekalongan menyatu erat dgn kehidupan masyarakat Pekalongan. Hingga pada
akhirnya, pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan
layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang
tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis.
Berikut saran-saran dalam
merawat pakaian batik :
·
Cuci batik dengan sabun khusus atau dengan menggunakan shampo.
·
Jangan digosok dan jangan menggunakan detergen untuk menghilangkan noda.
Anda dapat menggunakan jeruk nipis bila pakaian batik terkena noda. karena jika anda melakukannya itu akan merusak detail atau model batik anda.
·
Jangan jemur batik pada tempat yang langsung terkena matahari, tetapi
jemur batik di tempat yang teduh. ini akan membuat warna pada batik anda tidak terlihat kusam atau bule.
·
Saat menyimpan batik dalam lemari, anda dapat memasukkan akar wangi atau
merica ke dalam lemari agar pakaian anda tidak dirusak oleh ngengat atau hewan-hewan lainnya yang dapat merusak batik.
PENUTUP
Jangan pernah meninggalkan apa yang telah kita
bangun, banyak hal yang masih bisa kita pelajari dari museum ini. Wisata di
museum ini dapat menambah pengetahuan kita tentang batik namun dapat
menumbuhkan rasa cinta tanah air untuk Indonesia. Singkat kata, pengakuan
Unesco kepada batik Indonesia dapat membanggakan dan memberi perlindungan.
Selanjutnya orang Indonesia sendiri perlu belajar menghargai budaya sendiri
yang merupakan buah kerja keras, cinta, dan kecerdasan leluhur kita. Apresiasi
ini berarti pengembangan batik dan meningkatkan martabat Indonesia di dunia
internasional.
Sekian pembahasan saya mengenai batik Pekalongan
untuk Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah Indonesia, bila ada kesalahan
atau kekurangan informasi saya mohon maaf dikarenakan masih kurangnya informasi
dan saya masih dalam tahap pembelajaran. Kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan dari para pembaca, terima kasih.
REFERENSI
Batik Pesisir Pusaka Indonesia,
Hartono Sumarsono 2011
Kajian Pengembangan Museum Batik
Pekalongan, Pemerintah Kota pekalongan 2006
Seni Kerajinan Batik Indonesia,
S.K. Sewan Susanto, Balai Penelitian Batik dan Kerajinan 1973
Brosur-brosur yang didapat dari Museum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar