Sabtu, 12 Januari 2013

Perang Banjar (Anisa Dwi Habsari) UTS


Perang Banjar



Annisa Dwi Habsari
4423126859
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
USAHA JASA PARIWISATA 2012

Berkunjung ke Monumen Nasional kita akan melihat diorama dari perjalanan sejarah bangsa kita di Museum Sejarah Nasional yang terletak di dalam bestment . Didalam sini dijelaskan secara berurutan perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak zaman pra-sejarah hingga Indonesia memasuki masa orde baru. Ruang museum sejarah yang berukuran 80 x 80 meter yang sanggup menampung 500 pengunjung terdapat 51 diorama tentang pejalanan sejarah bangsa. Pada 23 oktober 2012 saya mendapatkan tugas kunjungan ke Museum sejarah Nasional ini. Pada saat itu saya mendapatkan tugas membuat sejarah salah satu diorama yang ada disana. Disini saya mendapatkan tugas dari diorama perang Banjar.  Perang Banjar merupakan perang antara kerajaan Banjarmasin dengan pemerintah kolonial Belanda.   Kerajaan Banjarmasin merupakan salah satu kerajaan terbesar di Kalimantan. Letak kerajaan ini berada di  Selatan Kalimantan . Luas wilayah kerajaan ini sama seperti wilayah kerajaan kalimantan selatan dan sebagian kalimantan tengah saat ini. Islam menjadi agama resmi kerajaan hal ini tercermin dalam gelar Sultan yang dipakai oleh raja. Walaupun kerajaan ini awalnya merupakan kerajaan Hindu namun sejak 1520 kerajaan ini menjadi kerajaan Islam dibawah Sultan Suriansah. Menurut mitologi suku asli Kalimatan Selatan suku Maanyan  kerajaan yang menjadi asal usul kesultanan Banjar adalah Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir.  Agama islam dibawa kewilayah ini oleh pedagang-pedagang  dari Jawa. Dalam kerajaan ini terdapat dua kota yang terbesar ialah Banjarmasin dan Martapura. Di Banjarmasin terdapat pelabuhan dan pusat-pusat dagang , sementara di Martapura terdapat pusat istana sultan yang sekaligus menandai sebagai pusat kekuasaan.

Kerajaan banjarmasin sangat kaya dengan hasil-hasil alam. Hasil-hasilnya yang utama ialah lada, kayu, rotan, damar, madu dan juga intan. Tentu saja hasil-hasil ini menarik perhatian pedagang-pedagang Indonesia dari pulau-pulau lain. Lebih-lebih lagi letaknya baik sekali . kerajaan ini berada di tengah-tengah pelayaran antara: Sumatera di Barat, Jawa di Selatan, Sulawesi dan Maluku di Timur. Oleh sebab itu pelayaran dan perdagangannya menjadi ramai. Kerajaannya menjadi besar, rakyatnya  makmur dan hidup dalam damai. Selain perahu-perahu pedagang Indonesia, kapal-kapal dagang asing juga sudah ada yang  singgah di pelabuhan Banjarmasin. Bangsa-bangsa itu misalnya Portugis, Spanyol, Inggris, dan terutama sekali Belanda. Sejak abab ke-17, kerajaan Banjar sudah mempunyai hubungan dagang yang erat dengan Belanda.

Lada ternyata sangat menguntungkan. Oleh karena itu Belanda ingin memonopoli perdagangan itu. Monopoli lada artinya hanya Belanda saja yang boleh berdagang lada, sedangkan bangsa-bangsa asing, apalagi bangsa-bangsa Indonesia lainnya, dilarang. Dengan sendirinya cara ini tamak sekali. Demikianlah sultan-sultan banjar dipaksa menandatangani perjanjian-perjanjian dagang yang bersifat monopoli itu. Mereka terpaksa mengalah. Mengapa? Oleh karena Belanda menggunakan ancaman-ancaman senjata dengan cara-cara licik ini Belanda berhasil memegang monopoli perdagangan itu.
   
  Walaupun dibawah perjanjian-perjanjian dengan VOC kerajaan Banjar sampai abad ke-18 masih merupakan kerajaan yang berdaulat. Kerajaan Banjar sampai saat itu belum mendapatkan campur tangan dari VOC yang pada saat itu sudah banyak melakukan campur tangan seperti yang terjadi di Jawa pada saat konflik dalam kerajaan Mataram Islam. Namun kerajaan Banjar memasuki akhir abad ke-18 mengalami perebutan tahta kerajaan. Perebutan ini diawali ketika Sultan ke-15 Mohammad Aminullah wafat.

     Sultan Aminullah wafat dengan meninggalkan tiga orang putera, namun karena semuanya masih terlalu muda kepemimpinan Sultan di mandatkan sementara oleh Pangeran Nata Negara saudara Raja. Namun karena ia ingin menjadi Sultan maka ia satu persatu menyingkirkan pewaris kerajaan yang sah. Namun salah satu pangeran yaitu Pangeran Amir berhasil lolos dan berencana melakukan perlawanan . Pangeran Nata Negara yang sudah mengangkat dirinya sebagai Sultan dan bergelar Sultan Sulaiman Saidillah  lalu meminta bantuan Belanda untuk membatu mengatasi perlawanan Pangeran Amir . Pangeran Amir pada 1875 dengan 3000 orang laskar Bugis melakukan penyerangan ke Martapura.  Sultan Saidillah dan Belanda yang berhasil menumpas perlawanan pangeran Amir . Pasukan Belanda yaang dipimpin oleh Kapten Christoffel Hoffman berhasil menghalau dan menangkap Pangeran Amir. Atas penyerbuan ini Pangeran Amir dibuang oleh Belanda ke Ceylon.  Bantuan yang diberikan oleh Belanda ini membuat Sultan harus melakukan perjanjian untuk membayar bantuan Belanda ini. Perjanjian ini merupakan tanda awalnya pengaruh kolonial mencampuri urusan internal kerajaan dan menjadikan kerajaan Banjar dibawah Pemerintah kolonial Belanda.

     Sultan Sulaiman Saidillah digantikan oleh puteranya yang bernama Sultan Sulaiman, namun kepemimpinannya hanya sebentar. Ia kemudian digantikan lagi oleh Sultan Adam Alwasik Billah pada 1825. Sultan Alam merupakan sebagai seorang yang taat beribadah . Ia juga dicintai oleh rakyatnya, serta hatinya juga lembut . Namun pada akhirnya karena sifatnya itu ia menjadi tidak dapat mengahadapi tekanan-tekanan Belanda. Salah satunya ketika Belanda dengan paksa meminta dibukanya tambang batu arang. Selain itu  konflik dari perebutan tahta kerajaan juga terlihat ketika ia kehilangan putera mahkota Sultan Muda Abdurahman yang sudah ditetapkan sebagai penggantinya.

     Kematian putera mahkota ini membuat terjadinya perebutan takhta antara keturunannya setelah ia meninggal. Ada tiga pihak yang merasa dirinya paling berhak menjadi Sultan yaitu Pangeran Hidayatullah, Pangeran Tamjidillah dan Pangeran Prabu Anom. Masing –masih memiliki pihak yang mendukungnya untuk menjadi Sultan. Namun karena disukai oleh Belanda maka Pangeran Tamjidillah yang menjadi putera Mahkota. Pada 1857 Sultan Adam wafat , ia meninggalkan kerajaannya dalam keadaan kacau. Dua hari kemudian Pangeran Tamjidillah dinobatkan sebagai Sultan dan Pangeran Hidayatullah sebagai Mangkubumi atau wakilnya.

     Dibawah kepemimpinan Sultan yang baru rakyat sengat tidak puas. Hal ini karena Sultan hanya mementingkan kepentingan Belanda dan kepentingan sendiri. Selain itu konflik antar Sultan dan Mangkubumi juga semakin jelas terlihat. Perselisihan antara keduanya membuat terjadinya kerusuhan-kerusuhan di beberapa wilayah kerajaan. Sultan yang merasa tidak puas menuduh bahwa kerusuhan ini didalangi oleh Pangeran Hidayatullah atau Mangkubumi . Kejengkelan dengan sikap Sultan ini juga melahirkan gerakan-gerakan rakyat. Mereka mengadakan kerusuhan-kerusuhan. Namun tetap saja gerakan rakyat ini masih terpisah-pisah belum ada pimpinan yang bisa menyatukan gerakan tidak puas ini.

     Pada saat seperti ini muncul Pangeran Antasari yang merupakan masih keturunan Sultan Amir menyadari bahwa gerakan tidak puas rakyat ini belum terorganisir karena tidak adanya pemimpin yang menyatukan. Pada saat itu ada empat gerakan protes rakyat yaitu :
1.      Gerakan Benua Lima dipimpin Jalil
2.      Gerakan Muning dipimpin Aling
3.      Gerakan Tanah Laut dan Hulu Sungai dipimpin oleh Demang Lehman
4.      Gerakan Kapuas-Kahayan dipimpin oleh Tumennggung Surapati.
Pangeran Antasari berhasil mengorganisir ke empat gerakan ini dan menyakini para pemimpinnya untuk perlunya persatuan untuk menghadapi Belanda dan Sultan Tamjidillah.  Dalam memimpin gerakan rakyat ini Pangeran Antasari selain memperjuangkan mengganti Sultan dengan Sultan yang sah juga berusaha mengembalikan kedaulatan kerajaan Banjar . Gerakan ini juga pada akhirnya didukung oleh kaum ulama .   Sebab umum :
·       Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
·       Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kesultanan.
·       Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini ditemukan pertambangan batubara. (Karena ditemukan Batubara di kota Martapura Belanda telah merencanakan untuk memindah ibukota kesultanan ke kota Negara - bekas ibukota pada zaman Hindu).

Pangeran Antasari dengan semua anggotanya mulai memasuki pedalaman untuk melakukan perang  dengan Belanda. Pangeran Antasari berhasil mengumpulkan 6000 orang laskar. Gerakan pangeran Antasari ini juga diketahui oleh Sultan yang membuat Sultan waspada . Gerakan Pangeran Antasari juga semakin besar mengumpulkan anggotanya. Pada 27 april 1859 Pangeran Antasari dan laskarnya berhasil menduduki perkampungan Pengaron yang dekat dengan Benteng Pengaron.

    Penyerbuan besar-besaran oleh Antasari dan Laskarnya dimulai pada 28 April dan hal ini memulai terjadinya perang Banjar hingga 1905.  Pemerintah Belanda di Jawa yang mengetahui hal ini dengan cepat mengirimkan Kolonel Infanteri Andersen untuk memadamkan rakyat Banjar . Untuk sementara pasukan Pangeran Antasari dan laskar rakyatnya berhasil memimpin perang ini. Dengan waktu cepat pada 12 Juni Belanda mengirim kapal perangnya untuk memadamkan perlawanan ini. Keunggulan sejata Belanda ini membuat terdesak perlawanan rakyat Banjar. Pangeran Antasari pada akhirnya menarik diri ke pedalaman. Ia bergerak  memimpin seluruh peperangan. Kini ia merubah siasat perangnya menjadi perang geriliya.

Gerakan melawan Belanda ini juga didukung oleh Pangeran Hidayatullah yang masuk pedalaman bersama dengan keluarganya untuk bergabung dengan para laskar rakyat. Selain itu Belanda di Martapura mengumpulkan para alim-ulama dan bangsawan untuk mengumumkan bahwa kesultanan Banjarmasih dihapuskan pada 17 desember 1959. Dengan keputusan ini menurut Belanda sudah tidak ada lagi kerajaan Banjarmasin. Sementara itu perlawanan dari laskar-laskar rakyat masih terus melakukan perlawanan.

Namun gerakan perlawanan ini sempat mengalami kemunduran ketika Sultan Hidayatullah ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur. Kepemimpinan kesultanan Banjar kemudian dilanjutkan oleh Pangeran Antasari yang diangkat menjadi Sultan pada 1862 . Perlawanan secara bergeriliya kemudian dipimpin Antasari .  Belanda juga semakin gencar memadamkan gerakan geriliya rakyat. Salah satunya ketika Letnan Satu Verspijck mengirimkan surat kepada pangeran Antasari untuk menyerah, namun surat ini dibalas dengan pernyataan Sultan bahwa ia tidak akan menyerah. Namun pada 11 November 1862 karena wabah  sampar Sultan Antasari wafat. Kematian Antasari ini membuat guncangan bagi gerakan perlawanan ini.

Pangeran Antasari digantikan oleh kedua anaknya. Mohammad Seman putera tertua Antasari menjadi Sultan sementara Mohammad Said sebagai wakilnya. Pemerintahan keduanya ini disebut Pegustian. Pegustian yang berdiri 1862 pusat pemerintahannya selalu berpindah-pindah. Hal ini dikarenakan terus-menerus menghindari penyerbuan-penyerbuan Belanda. Sementara Belanda terus menerus mengirimkan tentaranya untuk membubarkan pemerintah pegustian. Tentara Belanda dibawah Letnan Dua H. Chistoffel melakukan serangan dan berhasil membuat Sultan Mohammad Seman tewas.  Walaupun tewas namun serangan-serangan terhadap Belanda terus terjadi hingga memasukin awal abad ke-20.
    
Referensi :

·   Sjamsuddin, Helius. 1975. Pangeran Antasari dan Perang Banjar. Bandung : Sanggabuana.

·           Syamtasiyah, Ita. 1996. Kerajaan Banjarmasin di Ambang Keruntuhan (1825-1859). Bogor : Maharini Press.

·           M.C Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Yogyakarta : Serambi Ilmu Semesta.



·            http://warofweekly.blogspot.com/2010/09/perang-banjar-1859-1905.html


· http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/01/perang-banjar-2-pangeran-antasari-panembahan-amiruddin-khalifatul-mukminin/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar