Perang Banjar
Annisa Dwi Habsari
4423126859
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
USAHA JASA PARIWISATA 2012
Berkunjung ke Monumen Nasional kita akan melihat diorama dari perjalanan
sejarah bangsa kita di Museum Sejarah Nasional yang terletak di dalam bestment
. Didalam sini dijelaskan secara berurutan perjalanan sejarah bangsa Indonesia
yang dimulai sejak zaman pra-sejarah hingga Indonesia memasuki masa orde baru.
Ruang museum sejarah yang berukuran 80 x 80 meter yang sanggup menampung 500
pengunjung terdapat 51 diorama tentang pejalanan sejarah bangsa. Pada 23
oktober 2012 saya mendapatkan tugas kunjungan ke Museum sejarah Nasional ini.
Pada saat itu saya mendapatkan tugas membuat sejarah salah satu diorama yang
ada disana. Disini saya mendapatkan tugas dari diorama perang Banjar.
Perang Banjar merupakan perang antara kerajaan Banjarmasin dengan
pemerintah kolonial Belanda. Kerajaan Banjarmasin merupakan salah satu
kerajaan terbesar di Kalimantan. Letak kerajaan ini berada di Selatan
Kalimantan . Luas wilayah kerajaan ini sama seperti wilayah kerajaan kalimantan
selatan dan sebagian kalimantan tengah saat ini. Islam menjadi agama resmi kerajaan
hal ini tercermin dalam gelar Sultan yang dipakai oleh raja. Walaupun kerajaan
ini awalnya merupakan kerajaan Hindu namun sejak 1520 kerajaan ini menjadi
kerajaan Islam dibawah Sultan Suriansah. Menurut mitologi suku asli Kalimatan
Selatan suku Maanyan kerajaan yang
menjadi asal usul kesultanan Banjar adalah Kerajaan Nan
Sarunai yang diperkirakan wilayah
kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir. Agama islam dibawa kewilayah
ini oleh pedagang-pedagang dari Jawa. Dalam kerajaan ini terdapat dua
kota yang terbesar ialah Banjarmasin dan Martapura. Di Banjarmasin terdapat
pelabuhan dan pusat-pusat dagang , sementara di Martapura terdapat pusat istana
sultan yang sekaligus menandai sebagai pusat kekuasaan.
Kerajaan banjarmasin sangat kaya dengan hasil-hasil
alam. Hasil-hasilnya yang utama ialah lada, kayu, rotan, damar, madu dan juga
intan. Tentu saja hasil-hasil ini menarik perhatian pedagang-pedagang Indonesia
dari pulau-pulau lain. Lebih-lebih lagi letaknya baik sekali . kerajaan ini
berada di tengah-tengah pelayaran antara: Sumatera di Barat, Jawa di Selatan,
Sulawesi dan Maluku di Timur. Oleh sebab itu pelayaran dan perdagangannya
menjadi ramai. Kerajaannya menjadi besar, rakyatnya makmur dan hidup
dalam damai. Selain perahu-perahu pedagang Indonesia, kapal-kapal dagang asing
juga sudah ada yang singgah di pelabuhan Banjarmasin. Bangsa-bangsa itu
misalnya Portugis, Spanyol, Inggris, dan terutama sekali Belanda. Sejak abab
ke-17, kerajaan Banjar sudah mempunyai hubungan dagang yang erat dengan
Belanda.
Lada ternyata sangat menguntungkan. Oleh karena itu
Belanda ingin memonopoli perdagangan itu. Monopoli lada artinya hanya Belanda
saja yang boleh berdagang lada, sedangkan bangsa-bangsa asing, apalagi
bangsa-bangsa Indonesia lainnya, dilarang. Dengan sendirinya cara ini tamak
sekali. Demikianlah sultan-sultan banjar dipaksa menandatangani
perjanjian-perjanjian dagang yang bersifat monopoli itu. Mereka terpaksa mengalah.
Mengapa? Oleh karena Belanda menggunakan ancaman-ancaman senjata dengan
cara-cara licik ini Belanda berhasil memegang monopoli perdagangan itu.
Walaupun dibawah perjanjian-perjanjian dengan VOC kerajaan Banjar
sampai abad ke-18 masih merupakan kerajaan yang berdaulat. Kerajaan Banjar
sampai saat itu belum mendapatkan campur tangan dari VOC yang pada saat itu
sudah banyak melakukan campur tangan seperti yang terjadi di Jawa pada saat
konflik dalam kerajaan Mataram Islam. Namun kerajaan Banjar memasuki akhir abad
ke-18 mengalami perebutan tahta kerajaan. Perebutan ini diawali ketika Sultan
ke-15 Mohammad Aminullah wafat.
Sultan Aminullah wafat dengan meninggalkan tiga
orang putera, namun karena semuanya masih terlalu muda kepemimpinan Sultan di
mandatkan sementara oleh Pangeran Nata Negara saudara Raja. Namun karena ia
ingin menjadi Sultan maka ia satu persatu menyingkirkan pewaris kerajaan yang
sah. Namun salah satu pangeran yaitu Pangeran Amir berhasil lolos dan berencana
melakukan perlawanan . Pangeran Nata Negara yang sudah mengangkat dirinya
sebagai Sultan dan bergelar Sultan Sulaiman Saidillah lalu meminta
bantuan Belanda untuk membatu mengatasi perlawanan Pangeran Amir . Pangeran
Amir pada 1875 dengan 3000 orang laskar Bugis melakukan penyerangan ke
Martapura. Sultan Saidillah dan Belanda yang berhasil menumpas perlawanan
pangeran Amir . Pasukan Belanda yaang dipimpin oleh Kapten Christoffel Hoffman
berhasil menghalau dan menangkap Pangeran Amir. Atas penyerbuan ini Pangeran
Amir dibuang oleh Belanda ke Ceylon. Bantuan yang diberikan oleh Belanda
ini membuat Sultan harus melakukan perjanjian untuk membayar bantuan Belanda
ini. Perjanjian ini merupakan tanda awalnya pengaruh kolonial mencampuri urusan
internal kerajaan dan menjadikan kerajaan Banjar dibawah Pemerintah kolonial
Belanda.
Sultan Sulaiman Saidillah digantikan oleh
puteranya yang bernama Sultan Sulaiman, namun kepemimpinannya hanya sebentar.
Ia kemudian digantikan lagi oleh Sultan Adam Alwasik Billah pada 1825. Sultan
Alam merupakan sebagai seorang yang taat beribadah . Ia juga dicintai oleh
rakyatnya, serta hatinya juga lembut . Namun pada akhirnya karena sifatnya itu
ia menjadi tidak dapat mengahadapi tekanan-tekanan Belanda. Salah satunya
ketika Belanda dengan paksa meminta dibukanya tambang batu arang. Selain itu
konflik dari perebutan tahta kerajaan juga terlihat ketika ia kehilangan putera
mahkota Sultan Muda Abdurahman yang sudah ditetapkan sebagai penggantinya.
Kematian putera mahkota ini membuat terjadinya
perebutan takhta antara keturunannya setelah ia meninggal. Ada tiga pihak yang
merasa dirinya paling berhak menjadi Sultan yaitu Pangeran Hidayatullah,
Pangeran Tamjidillah dan Pangeran Prabu Anom. Masing –masih memiliki pihak yang
mendukungnya untuk menjadi Sultan. Namun karena disukai oleh Belanda maka Pangeran
Tamjidillah yang menjadi putera Mahkota. Pada 1857 Sultan Adam wafat , ia
meninggalkan kerajaannya dalam keadaan kacau. Dua hari kemudian Pangeran
Tamjidillah dinobatkan sebagai Sultan dan Pangeran Hidayatullah sebagai
Mangkubumi atau wakilnya.
Dibawah kepemimpinan Sultan yang baru rakyat
sengat tidak puas. Hal ini karena Sultan hanya mementingkan kepentingan Belanda
dan kepentingan sendiri. Selain itu konflik antar Sultan dan Mangkubumi juga
semakin jelas terlihat. Perselisihan antara keduanya membuat terjadinya
kerusuhan-kerusuhan di beberapa wilayah kerajaan. Sultan yang merasa tidak puas
menuduh bahwa kerusuhan ini didalangi oleh Pangeran Hidayatullah atau
Mangkubumi . Kejengkelan dengan sikap Sultan ini juga melahirkan
gerakan-gerakan rakyat. Mereka mengadakan kerusuhan-kerusuhan. Namun tetap saja
gerakan rakyat ini masih terpisah-pisah belum ada pimpinan yang bisa menyatukan
gerakan tidak puas ini.
Pada saat seperti ini muncul Pangeran Antasari
yang merupakan masih keturunan Sultan Amir menyadari bahwa gerakan tidak puas
rakyat ini belum terorganisir karena tidak adanya pemimpin yang menyatukan.
Pada saat itu ada empat gerakan protes rakyat yaitu :
1. Gerakan Benua Lima
dipimpin Jalil
2. Gerakan Muning
dipimpin Aling
3. Gerakan Tanah Laut dan
Hulu Sungai dipimpin oleh Demang Lehman
4. Gerakan Kapuas-Kahayan
dipimpin oleh Tumennggung Surapati.
Pangeran Antasari
berhasil mengorganisir ke empat gerakan ini dan menyakini para pemimpinnya
untuk perlunya persatuan untuk menghadapi Belanda dan Sultan Tamjidillah.
Dalam memimpin gerakan rakyat ini Pangeran Antasari selain memperjuangkan
mengganti Sultan dengan Sultan yang sah juga berusaha mengembalikan kedaulatan
kerajaan Banjar . Gerakan ini juga pada akhirnya didukung oleh kaum ulama
. Sebab umum :
· Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang
mengusahakan perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
· Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kesultanan.
· Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini
ditemukan pertambangan batubara. (Karena ditemukan Batubara di kota
Martapura Belanda telah merencanakan untuk memindah ibukota kesultanan ke kota
Negara - bekas ibukota pada zaman Hindu).
Pangeran Antasari dengan semua anggotanya mulai
memasuki pedalaman untuk melakukan perang dengan Belanda. Pangeran
Antasari berhasil mengumpulkan 6000 orang laskar. Gerakan pangeran Antasari ini
juga diketahui oleh Sultan yang membuat Sultan waspada . Gerakan Pangeran
Antasari juga semakin besar mengumpulkan anggotanya. Pada 27 april 1859
Pangeran Antasari dan laskarnya berhasil menduduki perkampungan Pengaron yang
dekat dengan Benteng Pengaron.
Penyerbuan besar-besaran oleh Antasari dan Laskarnya dimulai pada 28 April dan hal ini memulai terjadinya perang Banjar hingga 1905. Pemerintah Belanda di Jawa yang mengetahui hal ini dengan cepat mengirimkan Kolonel Infanteri Andersen untuk memadamkan rakyat Banjar . Untuk sementara pasukan Pangeran Antasari dan laskar rakyatnya berhasil memimpin perang ini. Dengan waktu cepat pada 12 Juni Belanda mengirim kapal perangnya untuk memadamkan perlawanan ini. Keunggulan sejata Belanda ini membuat terdesak perlawanan rakyat Banjar. Pangeran Antasari pada akhirnya menarik diri ke pedalaman. Ia bergerak memimpin seluruh peperangan. Kini ia merubah siasat perangnya menjadi perang geriliya.
Gerakan melawan Belanda ini juga didukung oleh
Pangeran Hidayatullah yang masuk pedalaman bersama dengan keluarganya untuk
bergabung dengan para laskar rakyat. Selain itu Belanda di Martapura
mengumpulkan para alim-ulama dan bangsawan untuk mengumumkan bahwa kesultanan
Banjarmasih dihapuskan pada 17 desember 1959. Dengan keputusan ini menurut
Belanda sudah tidak ada lagi kerajaan Banjarmasin. Sementara itu perlawanan
dari laskar-laskar rakyat masih terus melakukan perlawanan.
Namun gerakan perlawanan ini sempat mengalami
kemunduran ketika Sultan Hidayatullah ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke
Cianjur. Kepemimpinan kesultanan Banjar kemudian dilanjutkan oleh Pangeran
Antasari yang diangkat menjadi Sultan pada 1862 . Perlawanan secara bergeriliya
kemudian dipimpin Antasari . Belanda juga semakin gencar memadamkan
gerakan geriliya rakyat. Salah satunya ketika Letnan Satu Verspijck mengirimkan
surat kepada pangeran Antasari untuk menyerah, namun surat ini dibalas dengan
pernyataan Sultan bahwa ia tidak akan menyerah. Namun pada 11 November 1862
karena wabah sampar Sultan Antasari wafat. Kematian Antasari ini membuat
guncangan bagi gerakan perlawanan ini.
Pangeran Antasari digantikan oleh kedua anaknya.
Mohammad Seman putera tertua Antasari menjadi Sultan sementara Mohammad Said
sebagai wakilnya. Pemerintahan keduanya ini disebut Pegustian. Pegustian yang
berdiri 1862 pusat pemerintahannya selalu berpindah-pindah. Hal ini dikarenakan
terus-menerus menghindari penyerbuan-penyerbuan Belanda. Sementara Belanda
terus menerus mengirimkan tentaranya untuk membubarkan pemerintah pegustian.
Tentara Belanda dibawah Letnan Dua H. Chistoffel melakukan serangan dan
berhasil membuat Sultan Mohammad Seman tewas. Walaupun tewas namun
serangan-serangan terhadap Belanda terus terjadi hingga memasukin awal abad
ke-20.
Referensi :
· Sjamsuddin, Helius. 1975. Pangeran Antasari dan Perang Banjar.
Bandung : Sanggabuana.
· Syamtasiyah, Ita. 1996. Kerajaan Banjarmasin di Ambang Keruntuhan
(1825-1859). Bogor : Maharini Press.
· M.C Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.
Yogyakarta : Serambi Ilmu Semesta.
· http://warofweekly.blogspot.com/2010/09/perang-banjar-1859-1905.html
· http://serbasejarah.wordpress.com/2009/04/01/perang-banjar-2-pangeran-antasari-panembahan-amiruddin-khalifatul-mukminin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar