Nama : Meuthia Rizky Utari
No.Reg. :
4423126869
Matkul : Sejarah Indonesia
Prodi : Usaha Jasa Pariwisata 2012
Jurusan : Sejarah
Fakultas : Ilmu Sosial
Kebangkitan
Nasional, 20 Mei 1908
Kebangkitan nasional di
indonesia terjadi ketika belanda memberi kebijakan politik etis atau politik
balas budi. Politik ini adalah suatu pemikiran bahwa kolonial belanda memegang
peran terhadap moral pribumi pada masa itu. Yang merupakan kritik akibat tanam
paksa. Politik ini di perjuangkan oleh multatuli yang menghasilkan tiga hasil,
yaitu: pendidikan, irigasi dan emigrasi.
Dalam hasil politik etis
ini bangsa indonesia memanfaatkan di bidang pendidikan. Ditandai dengan lahirnya
Boedi
Oetomo (20 mei 1908) yang menandai lahir nya semangat
nasionalisme dan serta kesadaran untuk menjadi bangsa yang merdeka.
Organisasi yang Berdiri
Pada Zaman Kebangkitan Nasional
1.
Boedi
Oetomo
Boedi
Oetomo adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial budaya
dan ekonomi yang lama kelamaan menjadi organisasi politik yang memperjuangkan
kemerdekaan. Organisasi ini juga merupakan organisasi pertama yang membangkitkan
semangat nasionalisme bangsa indonesia. Boedi Oetomo didirikan pada tanggal 20 mei 1908, oleh Dr.Sutomo dan para
mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji.
Awalnya yang memprakarsai untuk mendirikan Boedi Oetomo ini adalah Dr. Wahidin
Sudirohusodo yang mempunyai cita-cita ingin mendirikan perkumpulan untuk membantu memberikan beasiswa kepada para pelajar
bumiputra. Dengan
lahirnya budi utomo inilah ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional.
Pada sepuluh tahun pertama Boedi Oetomo mengalami
beberapa kali pergantian pemimpin yang pimpinannya kebanyakan berasal dari
bangsawan kalangan keraton. Raden
Adipati Tirtokoesoemo mantan Bupati Karanganyar dan Pangeran Ario Noto Dirodjo
dari Pakualaman merupakan salah satu bangsawan yang pernah menjadi pimpinan
Boedi Oetomo. Boedi Oetomo telah
memiliki tujuh cabang dibeberapa kota, seperti Batavia, Bogor, Bandung,
Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Pada kongres pertamanya Boedi
Oetomo menyelenggarakan di kota Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Pada
kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo mantan
bupati Karanganyar sebagai presiden Boedi Oetomo yang pertama. Pada
masa kepemimpinan beliau tujuan Boedi Oetomo menjadi lebih luas dari yang
dicita-citakan oleh Dr. Wahidin
Sudirohusodo yaitu membantu mencapai kemajuan tanah air yang harmonis di Jawa dan Madura, dengan
tujuan utamanya mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran.
Pada
awal didirikannya Boedi Oetomo beranggotakan para pelajar, karena semakin
berkembangnya zaman, selanjutnya anggotanya kebanyakan berasal dari kalangan
priyayi dan pegawai negeri. Dengan keadaan yang seperti itu, organisasi Boedi
Oetomo cenderung untuk memajukan pendidikan kalangan priyayi daripada
pendidikan pribumi. Didalam organisasi Boedi Oetomo ini semakin banyaknya
pengaruh yang berasal dari kalangan priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya,
sehingga para pelajar merasa kecewa terhadap sikap Boedi Oetomo, kemudian
memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan organisasi lain.
2.
Sarikat Islam (SI)
Sarikat Islam didirikan pada tahun
1911 di Solo oleh Haji Samanhudi bersama-sama dengan Mas Tirtoadisuryo. Sarikat Islam pada awalnya sebagai
suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo bernama Sarikat dagang Islam dengan tujuan untuk
memajukan perdagangan, melawan monopoli Cina dan memajukan Agama Islam. Penyebab
dihapusnya kata-kata dagang karena keanggotaan Sarikat Islam diperluas tidak
hanya terbatas kepada golongan pedagang saja. Pada tahun 1912
organisasi tersebut namanya resmi menjadi Sarikat Islam. Karena perluasan
keanggotaan tersebut menjadikan bertambahnya jumlah anggota Sarikat Islam dalam
waktu yang singkat. Berbeda dengan Boedi Oetomo, Sarikat Islam ini berhasil
mendapatkan tempat dikalangan rakyat banyak, tidak seperti Boedi Oetomo yang
dalam kenyataannya hanya beranggotakan kalangan atas saja.
Kongres pertama yang diadakan oleh
organisasi Sarikat Islam diadakan di Surabaya pada bulan Januari 1913 dan
terpilihlah Haji Umar Said Tjokroaminoto sebagai ketua Sarikat Islam. Perkembangan
Sarikat Islam semakin meningkat hingga pada tahun 1914 sudah terdapat 56
perkumpulan Sarikat Islam Lokal. Keadaan tersebut membuat khawatir pemerintah
kolonial, sehingga mulailah dicari jalan untuk menahan perkembangan organisasi
ini agar tidak membahayakan pemerintah kolonial Belanda.
Berikut tujuan didirikannya
Sarikat Islam sebagai berikut :
- Mengembangkan jiwa dagang.
- Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan
dalam bidang usaha.
- Memajukan pengajaran dan semua usaha yang
mempercepat naiknya derajat rakyat.
- Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru
mengenai agama Islam.
- Hidup menurut perintah agama.
3.
Indische Partij (IP)
Organisasi
ketiga yang didirikan sejak kebangkitan nasional adalah Indische Partij. Sebuah partai yang didirikan pada tahun 1912 oleh tiga
serangkai yaitu Douwes Dekker atau Setiabudi, dr.Tjipto
Manggunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Tujuan Indische Partij adalah membangun dan
meningkatkan jiwa patriotisme antara semua golongan untuk memajukan tanah air
dengan dilandasi jiwa nasional, serta mempersiapkan diri bagi kehidupan rakyat
yang merdeka. Pemerintah kolonial Belanda bersikap tegas terhadap organisasi
Indische Partij menolak permohonan untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan
hukum pada bulan Maret 1913. Kegiatan organisasi Indische Partij dianggap
membahayakan pemerintah kolonial, maka tiga serangkai Douwes
Dekker, dr.Tjipto Manggunkusumo dan
Ki Hajar Dewantara dihukum buang dan tiga serangkai tersebut akhirnya memilih
negeri Belanda sebagai tempat pengasingan. Selama dalam pengasingan itu mereka
tetap berusaha untuk menanamkan jiwa nasional dan menggerakkan orang Indonesia
di negeri Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah gerakan modernis
islam yang paling berpengaruh di Indonesia dan gerakan ini lebih berhati-hati
dalam menghadapi perubahan politik. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada
tanggal 18 November 1912 oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Organisasi ini didirikan
atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan dari beberapa orang anggota
Boedi Oetomo untuk mendirikan suatu organisasi pendidikan yang bersifat
permanen. Organisasi Muhammadiyah mempunyai tujuan untuk menyebarkan ajaran
Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera dan memajukan agama islam kepada
anggota-anggotanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi ini mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabliqh yang
membicarakan tentang masalah-masalah islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid
serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah.
Muhammadiyah memiliki beberapa organisasi otonom yang berdiri sendiri dalam
lingkungan Muhammadiyah. Organisasi otonom tersebut dapat digolongkan menjadi
organisasi pendamping yaitu wanita yang berdampingan dengan Muhammadiyah dalam
mencapai cita-cita organisasi dan organisasi kader yang akan melanjutkan
perjuangan Muhammadiyah di masa depan. Wilayah daerah organisasi Muhammadiyah
mulai diperluas setelah tahun 1917.
5.
Taman Siswa
Taman siswa adalah sebuah organisasi
dibidang pendidikan atau bisa dibilang sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar
Dewantara pada tanggal 3 juli 1922. Sekolah ini dibentuk guna mencerdaskan
kehidupan bangsa karena pada saat itu sekolah yang ada di indonesia hanya buatan
Belanda yang ditujukan kepada orang-orang kelas atas. Taman siswa ini menempuh
jalan sulit dan panjang guna mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda,
sekolah ini pun sempat disegel karena pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan
peraturan sekolah-sekolah liar.
Dari taman siswa ini menghasilkan
sebuah prinsip yaitu, prinsip dasar dalam sekolah atau pendidikan Taman Siswa
yang menjadi pedoman bagi seorang guru adalah :
- Ing
Ngarso sung Tulodo. Maksudnya di depan seorang pendidik harus
memberi teladan dan memberi contoh tindakan yang baik.
- Ing
Madya Mangun Karso. Maksudnya di tengah atau di antara murid guru
harus menciptakan prakarsa, ide serta kerja sama.
- Tut
Wuri Handayani. Maksudnya di belakang seorang guru harus bisa
memberi semangat, dorongan dan arahan.
Ketiga prinsip ini digabung menjadi
satu rangkaian atau ungkapan utuh, yaitu Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani yang sampai
sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan
di Indonesia. Bila diterapkam kepada pelaksanaan
pengajaran, maka hal itu merupakan usaha mendidik murid-murid supaya dapat
berperasaan, berfikir, dan berkerja. Kemudian mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin
yang berdiri dibelakang tetapi dapat mempengaruhi kepada anak didik untuk
berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan Tut
Wuri Handayani.
Reaksi Pemerintah Kolonial Terhadap
Kebangkitan Nasional
Kebangkitan nasional bangsa
Indonesia yang pada intinya terletak kepada kesadaran diri sendiri, telah
mengganggu pikiran pemerintah kolonial Belanda yang sudah lama terbiasa hidup
tenang tanpa gangguan dari rakyat Indonesia. Pemerintah kolonial mulai mencari
berbagai cara dalam menghadapi gerakan nasional bangsa Indonesia. Dalam
menghadapi gerakan nasional bangsa Indonesia pemerintah kolonial Belanda
menciptakan segala perbedaan yang terdapat diantara bangsa Indonesia yang dapat
mempengaruhi perkembangan organisasi pergerakan nasional Indonesia.
Sikap pemerintah kolonial
Belanda dalam menghadapi organisasi pergerakan tergantung kepada sikap dari
organisasi pergerakan itu sendiri. Mereka akan bersikap mendorong terhadap
organisasi yang menurutnya tidak akan membahayakan sistem pemerintahan kolonial
mereka, contohnya seperti Boedi Oetomo karena organisasi tersebut bergerak
dalan bidang pengajaran dan kebudayaan. Akan tetapi, jika organisasi pergerakan
itu dianggap kolonial Belanda berbahaya, maka mereka akan bersikap waspada
bahkan mereka tidak akan memberikan status badan hukum seperti yang dialami
oleh Indische Partij. Tetapi bukan hanya Indische Partij yang dianggap
membahayakan bagi kolonial Belanda, melainkan begitu pula terhadap organisasi
Sarikat Islam saat organisasi tersebut berkembang pesat dalam waktu yang
singkat. Akhirnya Sarikat Islam tidak diakui oleh pemerintah sebagai badan
hukum, sehingga organisasi Sarikat Islam terpecah menjadi beberapa perkumpulan
lokal yang masing-masing berdiri sendiri. Sikap seperti itu mencerminkan sikap
pemerintah kolonial Belanda berusaha mematikan awal timbulnya persatuan
nasional dengan menggunakan taktik politik.
Sumber Website :
Sumber Buku :
Poesponegoro, Marwati
Djoened, dkk. 2009. Sejarah Nasional
Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Jakarta: PT
Balai Pustaka (Persero)
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke 20 bagian 1 Dari
Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar