Kamis, 10 Januari 2013

UTS - Kebangkitan Nasional


Nama              : Meuthia Rizky Utari
No.Reg.          : 4423126869
Matkul            : Sejarah Indonesia
Prodi               : Usaha Jasa Pariwisata 2012
Jurusan          : Sejarah
Fakultas         : Ilmu Sosial
Faku


Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1908
            Kebangkitan nasional di indonesia terjadi ketika belanda memberi kebijakan politik etis atau politik balas budi. Politik ini adalah suatu pemikiran bahwa kolonial belanda memegang peran terhadap moral pribumi pada masa itu. Yang merupakan kritik akibat tanam paksa. Politik ini di perjuangkan oleh multatuli yang menghasilkan tiga hasil, yaitu: pendidikan, irigasi dan emigrasi.
            Dalam hasil politik etis ini bangsa indonesia memanfaatkan di bidang pendidikan. Ditandai dengan lahirnya Boedi Oetomo (20 mei 1908) yang menandai lahir nya semangat nasionalisme dan serta kesadaran untuk menjadi bangsa yang merdeka.
            Organisasi yang Berdiri Pada Zaman Kebangkitan Nasional
1.    Boedi Oetomo
Boedi Oetomo adalah organisasi yang bergerak di bidang sosial budaya dan ekonomi yang lama kelamaan menjadi organisasi politik yang memperjuangkan kemerdekaan. Organisasi ini juga merupakan organisasi pertama yang membangkitkan semangat nasionalisme bangsa indonesia. Boedi Oetomo didirikan pada tanggal 20 mei 1908, oleh Dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji. Awalnya yang memprakarsai untuk mendirikan Boedi Oetomo ini adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo yang mempunyai cita-cita ingin mendirikan perkumpulan untuk membantu memberikan beasiswa kepada para pelajar bumiputra. Dengan lahirnya budi utomo inilah ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional.
Pada sepuluh tahun pertama Boedi Oetomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin yang pimpinannya kebanyakan berasal dari bangsawan kalangan keraton. Raden Adipati Tirtokoesoemo mantan Bupati Karanganyar dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Pakualaman merupakan salah satu bangsawan yang pernah menjadi pimpinan Boedi Oetomo. Boedi Oetomo telah memiliki tujuh cabang dibeberapa kota, seperti Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Pada kongres pertamanya Boedi Oetomo menyelenggarakan di kota Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908. Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati Tirtokoesoemo mantan bupati Karanganyar sebagai presiden Boedi Oetomo yang pertama. Pada masa kepemimpinan beliau tujuan Boedi Oetomo menjadi lebih luas dari yang dicita-citakan oleh  Dr. Wahidin Sudirohusodo yaitu membantu mencapai kemajuan tanah air yang harmonis di Jawa dan Madura, dengan tujuan utamanya mengusahakan perbaikan pendidikan dan pengajaran.
Pada awal didirikannya Boedi Oetomo beranggotakan para pelajar, karena semakin berkembangnya zaman, selanjutnya anggotanya kebanyakan berasal dari kalangan priyayi dan pegawai negeri. Dengan keadaan yang seperti itu, organisasi Boedi Oetomo cenderung untuk memajukan pendidikan kalangan priyayi daripada pendidikan pribumi. Didalam organisasi Boedi Oetomo ini semakin banyaknya pengaruh yang berasal dari kalangan priyayi yang lebih mengutamakan jabatannya, sehingga para pelajar merasa kecewa terhadap sikap Boedi Oetomo, kemudian memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan organisasi lain.

2.    Sarikat Islam (SI)
Sarikat Islam didirikan pada tahun 1911 di Solo oleh Haji Samanhudi bersama-sama dengan Mas Tirtoadisuryo. Sarikat Islam pada awalnya sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo bernama Sarikat dagang Islam dengan tujuan untuk memajukan perdagangan, melawan monopoli Cina dan memajukan Agama Islam. Penyebab dihapusnya kata-kata dagang karena keanggotaan Sarikat Islam diperluas tidak hanya terbatas kepada golongan pedagang saja. Pada tahun 1912 organisasi tersebut namanya resmi menjadi Sarikat Islam. Karena perluasan keanggotaan tersebut menjadikan bertambahnya jumlah anggota Sarikat Islam dalam waktu yang singkat. Berbeda dengan Boedi Oetomo, Sarikat Islam ini berhasil mendapatkan tempat dikalangan rakyat banyak, tidak seperti Boedi Oetomo yang dalam kenyataannya hanya beranggotakan kalangan atas saja.
Kongres pertama yang diadakan oleh organisasi Sarikat Islam diadakan di Surabaya pada bulan Januari 1913 dan terpilihlah Haji Umar Said Tjokroaminoto sebagai ketua Sarikat Islam. Perkembangan Sarikat Islam semakin meningkat hingga pada tahun 1914 sudah terdapat 56 perkumpulan Sarikat Islam Lokal. Keadaan tersebut membuat khawatir pemerintah kolonial, sehingga mulailah dicari jalan untuk menahan perkembangan organisasi ini agar tidak membahayakan pemerintah kolonial Belanda.
                         Berikut tujuan didirikannya Sarikat Islam sebagai berikut :
  • Mengembangkan jiwa dagang.
  • Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
  • Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat rakyat.
  • Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
  • Hidup menurut perintah agama.

3.    Indische Partij (IP)
Organisasi ketiga yang didirikan sejak kebangkitan nasional adalah Indische Partij. Sebuah partai yang didirikan pada tahun 1912 oleh tiga serangkai yaitu Douwes Dekker atau Setiabudi, dr.Tjipto Manggunkusumo dan Suwardi Suryaningrat yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Tujuan Indische Partij adalah membangun dan meningkatkan jiwa patriotisme antara semua golongan untuk memajukan tanah air dengan dilandasi jiwa nasional, serta mempersiapkan diri bagi kehidupan rakyat yang merdeka. Pemerintah kolonial Belanda bersikap tegas terhadap organisasi Indische Partij menolak permohonan untuk mendapatkan pengakuan sebagai badan hukum pada bulan Maret 1913. Kegiatan organisasi Indische Partij dianggap membahayakan pemerintah kolonial, maka tiga serangkai Douwes Dekker, dr.Tjipto Manggunkusumo dan Ki Hajar Dewantara dihukum buang dan tiga serangkai tersebut akhirnya memilih negeri Belanda sebagai tempat pengasingan. Selama dalam pengasingan itu mereka tetap berusaha untuk menanamkan jiwa nasional dan menggerakkan orang Indonesia di negeri Belanda supaya menuntut Indonesia merdeka.

4.    Muhammadiyah 
Muhammadiyah adalah gerakan modernis islam yang paling berpengaruh di Indonesia dan gerakan ini lebih berhati-hati dalam menghadapi perubahan politik. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan. Organisasi ini didirikan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan dari beberapa orang anggota Boedi Oetomo untuk mendirikan suatu organisasi pendidikan yang bersifat permanen. Organisasi Muhammadiyah mempunyai tujuan untuk menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera dan memajukan agama islam kepada anggota-anggotanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabliqh yang membicarakan tentang masalah-masalah islam, mendirikan wakaf dan masjid-masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah. Muhammadiyah memiliki beberapa organisasi otonom yang berdiri sendiri dalam lingkungan Muhammadiyah. Organisasi otonom tersebut dapat digolongkan menjadi organisasi pendamping yaitu wanita yang berdampingan dengan Muhammadiyah dalam mencapai cita-cita organisasi dan organisasi kader yang akan melanjutkan perjuangan Muhammadiyah di masa depan. Wilayah daerah organisasi Muhammadiyah mulai diperluas setelah tahun 1917.


5.    Taman Siswa
Taman siswa adalah sebuah organisasi dibidang pendidikan atau bisa dibilang sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922. Sekolah ini dibentuk guna mencerdaskan kehidupan bangsa karena pada saat itu sekolah yang ada di indonesia hanya buatan Belanda yang ditujukan kepada orang-orang kelas atas. Taman siswa ini menempuh jalan sulit dan panjang guna mendapat pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda, sekolah ini pun sempat disegel karena pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan sekolah-sekolah liar.
Dari taman siswa ini menghasilkan sebuah prinsip yaitu, prinsip dasar dalam sekolah atau pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi seorang guru adalah :
  1. Ing Ngarso sung Tulodo. Maksudnya di depan seorang pendidik harus memberi teladan dan memberi contoh tindakan yang baik.
  2. Ing Madya Mangun Karso. Maksudnya di tengah atau di antara murid guru harus menciptakan prakarsa, ide serta kerja sama.
  3. Tut Wuri Handayani. Maksudnya di belakang seorang guru harus bisa memberi semangat, dorongan dan arahan.
Ketiga prinsip ini digabung menjadi satu rangkaian atau ungkapan utuh, yaitu Ing Ngarso sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani  yang sampai sekarang masih tetap dipakai sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bila diterapkam kepada pelaksanaan pengajaran, maka hal itu merupakan usaha mendidik murid-murid supaya dapat berperasaan, berfikir, dan berkerja. Kemudian mewajibkan guru-guru sebagai pemimpin yang berdiri dibelakang tetapi dapat mempengaruhi kepada anak didik untuk berjalan sendiri. Inilah yang disebut dengan semboyan Tut Wuri Handayani.

Reaksi Pemerintah Kolonial Terhadap Kebangkitan Nasional
          Kebangkitan nasional bangsa Indonesia yang pada intinya terletak kepada kesadaran diri sendiri, telah mengganggu pikiran pemerintah kolonial Belanda yang sudah lama terbiasa hidup tenang tanpa gangguan dari rakyat Indonesia. Pemerintah kolonial mulai mencari berbagai cara dalam menghadapi gerakan nasional bangsa Indonesia. Dalam menghadapi gerakan nasional bangsa Indonesia pemerintah kolonial Belanda menciptakan segala perbedaan yang terdapat diantara bangsa Indonesia yang dapat mempengaruhi perkembangan organisasi pergerakan nasional Indonesia.
          Sikap pemerintah kolonial Belanda dalam menghadapi organisasi pergerakan tergantung kepada sikap dari organisasi pergerakan itu sendiri. Mereka akan bersikap mendorong terhadap organisasi yang menurutnya tidak akan membahayakan sistem pemerintahan kolonial mereka, contohnya seperti Boedi Oetomo karena organisasi tersebut bergerak dalan bidang pengajaran dan kebudayaan. Akan tetapi, jika organisasi pergerakan itu dianggap kolonial Belanda berbahaya, maka mereka akan bersikap waspada bahkan mereka tidak akan memberikan status badan hukum seperti yang dialami oleh Indische Partij. Tetapi bukan hanya Indische Partij yang dianggap membahayakan bagi kolonial Belanda, melainkan begitu pula terhadap organisasi Sarikat Islam saat organisasi tersebut berkembang pesat dalam waktu yang singkat. Akhirnya Sarikat Islam tidak diakui oleh pemerintah sebagai badan hukum, sehingga organisasi Sarikat Islam terpecah menjadi beberapa perkumpulan lokal yang masing-masing berdiri sendiri. Sikap seperti itu mencerminkan sikap pemerintah kolonial Belanda berusaha mematikan awal timbulnya persatuan nasional dengan menggunakan taktik politik.
           









Sumber Website :

Sumber Buku :
Poesponegoro, Marwati Djoened, dkk. 2009. Sejarah Nasional Indonesia V Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero)
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke 20 bagian 1 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius





Tidak ada komentar:

Posting Komentar