UJian Tengah Semester
Nama : Louisa.Bernadetha
Jurusan : Sejarah
Prodi : D3 Usaha Jasa Pariwisata
no.reg : 4423126867
Sejarah tentang Perahu Cadik Borobudur
Kapal candik Borobudur adalah perahu peninggalan
nenek moyang pada abad yang ke-8, yang dimana perahu layar yang bercandik ganda
yang terbuat dari kayu yang berasal dari nusantara yang dimana terdapat pada
relif candi Borobudur, yang berada dijawa tengah .
Di Candi Borobudur ada terdapat
gambaran-gambaran perahu, yang dimana terdapat beberapa gambar yang menggambarkan
tentang perahu-perahu yang digunakan oleh para masyarakat dalam menyelusuri
Negara-negara lain untuk mencari rempah-rempah ataupun berdagang kesuatu
Negara.
Pada saat itu pernah terjadi imigrasi ,yang
dimana terjadi perpindahan penduduk dari satu negri kenegri lain. Dimana
orang-orang india dan cina datang keiindonesia mereka datang dengan tujuan dan
maksud mulai dari ingin berdagang ,mencari barang-barang , ataupun
rempah-rempah ,dan mereka menggunakan perahu untuk menyelusuri keberbagai Negara.
Jadi perahu pada .
Kegunaan cadik dalam perahu
cadik Borobudur pada saat itu yaitu untuk menyimbangkan dan digunakan untuk
menatapkan perahunya tersebut.Perahu yang bercadik sama atau kembar adalah
perahu yang berkhas dari bangsa bahari Austronesia yang dimana digunakan untuk
menjelajah berbagai Negara atau bangsa dan penyebaran meliputi Tenggara Oseania
dan Samudera Hindia . jenis perahu cadik yang berukuran besar dan bercadik kembar
yang terdapat pada digambar candi
borobudur yang dimana pada zaman dahulu digunakan oleh dinasti Sailendra dan
Kemaharajaan bahari Sriwijaya yang dimana kerajaan tersebut yang menguasai
perairan nusantara pada abad ke-7 hingga pada abad yang ke-13.
Gambar relief yang
berada di candi Borobudur banyak menampilkan adegan kehidupan sehari-hari jawa
kuno pada saaat itu yang waktu itu pada abad ke-8, mulai dari kehidupan
bangsawan yang ada dikraton pada saat itu hingga rakyat yang berkalangan
bawah.Didalam gambar relief candi Borobudur juga menampilkan beberapa gambar yaitu berupa
candi,pasar,asitektur,satwa dan tumbuhan, perhiasan,pakaian termasuk kendaraan
seperti kereta kuda gajah tunggang, dan perahu dan salah satunya adalah perahu
cadik adalah perahu cadik borobudur .
Kapal cadik Borobudur
pada saat itu melambangkan masa kejayaan dari bahari pada masa kerajaan pada
saat itu , yang dimana pada saat itu perahu dibuat berdasarkan relief yang ada
dicandi Borobudur ,yang tempatnya berada dijawa tengah
Cerita petualangan ini bermula dari ketakjuban
Philip Beale, pensiunan perwira angkatan laut Inggris, terhadap panel-panel
relief yang menggambarkan kapal-kapal niaga di Candi Borobudur, Jawa Tengah,
pada tahun 1982. Ada enam buah kapal besar dan empat kapal kecil. Kapal-kapal
besar tersebut menggunakan layar dan cadik, sementara kapal yang lebih kecil
hanya menggunakan dayung. Philip bepikir kapal inilah yang menjadi jembatan
terapung di atas gelombang, penghubung Indonesia dan Afrika pada era awal
milenium. "Seketika itu juga saya langsung bermimpi dapat membuat kembali
kapal itu, dan melayarkannya menyeberangi Samudera Hindia seperti yang
dilakukan pada waktu itu," tuturnya.
Ketakjuban tersebut berlanjut kepada mimpi,
dan impian itu disimpan oleh Philip selama 20 tahun, hingga akhirnya ia bersua
dengan Nick Burningham, di Italia, pada bulan September 2002. Nick adalah
seorang arkeolog maritim berkebangsaan Australia yang menguasai teknologi kapal
tradisional Nusantara. Kajian intensif dari segi teknik dan akademik pun
dilakukan oleh mereka berdua untuk mewujudkan impian Philip tersebut.
Seorang arkeologi
maritime yang berkebangsaan Australia yang bernama Nick burningham yang
tertarik pada pembuatan kapal tradisional yang ada diindonesia.Selama lebih
dari 20 tahun nick burningham melakukan penelitian yang dilakukan secara
tradisional diindonesia.Karya yang terbesar yang dilakukan Nick adalah
merekonstruksi kapal Borobudur yang terdapat pada dinding candi Borobudur.
Namun hal gagasan yang dilakukan nick bukan konstruksi dari nick melainkan konstruksi Philip beale
seorang yang berwarga negara Inggris yang sangat terobsesi dengan relief perahu
yang berada di candi Borobudur pada saat mengunjungi ndonesia pada tahun 1982 .
Philip beale kemudian mencoba melayarkan perahu Borobudur tersebut dari
Indonesia ke madagaskar lalu diteruskan ke Negara afrika barat bersama tim
kerjanya menggunakan kapal Borobudur untuk mencoba kekuatan dari kapal
Borobudur tersebut dan ada inilah Negara-negara yang dilewati oleh kapal cadik
Borobudur amerika serikat, inggris, iran, afrika selatan, selandia baru,
australia bahkan salah seorang produser film untuk bbc juga turut serta sebagai
crew kapal borobudur.
Dengan cara membuat
perahu semirip mungkin dengan aslinya yang ada di relief candik Borobudur,
dengan mulai menggambarkan didesigen perahu yang berbeda jenisnya,dimulai dari
berapa besar ukuran perahu tersebut dan mesin-mesin yang digunakan dan bahan
yang digunakan dalam pembuatan yang digunakan dalam pembuatan perahu tersebut.
Philip dan Nick mulai meneliti dengan mengandalkan bekas-bekas peninggalan yang
ada .Yang dimana jaman dahulu pelaut yang ada di Nusantara yang bedagang kayu
manis hingga kenegara Afriaka dan beberapa Negara lainnya.dengan demikian
Philip dan nick memperkirakan jarak yang ditempuh, bawaan yang dibawa oleh para
pelaut dahulu,dengan demikian mereka dapat memprediksikan apa yang mereka
butuhkan dalam pembuatan perahu cadik Borobudur.
Setelah sudah
mendesigen dimensi perahu tersebut, namun para peneliti perahu masih merasa bingung dengan kapal Borobudur dikarena kapal
tersebut memiliki cadik berapa dan mereka bingung dengan pembuatan perahu cadik
berapa yang dibuat dalam pembuatan cadik . mengingat relief candi itu hanya
memperlihatkan perahu dari satu sisi Lalu para tokoh tersebut belajar
mengetahui itu semu dari perahu-perahu tradisional yang ada disekitar nusantara.
Lalu setelah mengerti mereka menyimpulkan kapal tersebut memiliki cadik ganda ,
dibilang ganda Karena kapal dilihat
kalau bercandik tunggal biasanya memerlukan awak sebagai penyeimbangan,maka
dengan pola pikir bila kapal berjalan jauh tidak mungkin hanya memiliki satu
cadik , maka dengan itu menyimpulkan bahwa perahu memiliki cadik yang ganda.setela ukuran cadik juga
sempat jadi kebimbangan karena kebanyakan kapal memiliki cadik paling tidak sama
panjang dengan badan perahu cadik Borobudur .di gambaran relief candi Borobudur
cadik yang ada di kapal jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran badan
perahunya itu sendiri. Cadik tersebut bahkan mengambang dan tidak menyentuh
air. Cadik semacam ini akan memiliki daya apung dan fungsi keseimbangan lebih kecil
dibanding cadik panjang yang menyentuh air. Namun karena ukuran bambu yang
tersedia - seperti masalah yang mungkin dihadapi kapal Borobudur zaman dulu -
maka replika kapal Borobudur pun dibuat dengan cadik pendek. Hal-hal lain yang
juga harus diinterpretasikan sendiri adalah konstruksi lambung kapal, yang
akhirnya ditiru dari kapal-kapal tradisional yang ada di Indonesia.Dan konon
dahulu kapal cadik Borobudur terbuat dari bahan-bahan berikut terbuat dari
bambu,kayu ulin , layarnya yang terbuaat dari karung bekas dari beras ,dan tali
kapal terbuat dari serat nanas serta ijuk, yang dimana pada saat itu perahu
bercadik ini disebut dengan kapal samudera raksasa yang berarti penakluk lautan
Sebelum melakukan
pelayaran kapal Borobudur nick dan Philip merekkonstruksikan kapal tersebut.
Lalu seorang warga Negara yang berasar dari jepang yang bernama Yoshiyuki
yamamoto,yang ikut menjadi expedition leader ekspedisi kapal spirit of
majapahit pada tahun 2010, ia berhasil merekonstruksikan kapal Borobudur pada
tahun 1992 lalu ia langsung melayarkan kapalnya kenegaranya. Setelah ia membawa
berlayar kapal Borobudur kenegaranya Yoshiyuki yamamoto menyimpan kapal
tersebut untuk dibudidayakan didenagaranya ia menyimpannya kedalam museum
maritim Osaka di jepang. Pada saat itu bangsa Indonesia dikejutkan dengan
kehadirannya japan majapahit association yang tertarik dalam meneliti tentang
peninggalan jaman kekaisaran pada masa kerajaan majapahit.
Pada tahun 1982P hilip
beale seorang bekas mantan angkatan laut britania datang mengunjungi candi
Borobudur yang dimana di dalam candi Borobudur menggambarkan perahu kuno.Ia
ingin pempelajari perahu tradisional yang ada diindonesia dan tradisi bahari
yang ada dinusantara. Ia tertarik pada sepuluh relief yang ada didinding
Borobudur yang menggambarkan perahu kona yang dipakai oleh nenek moyang dulu
bila ingin menjelajahi nusantara.Semenjak itu Philip beale ia tertarik dan
berencana untuk membangun kembali kapal-kapal kuno yang ada dicandi Borobudur
yang salah satunya adalah perahu cadik Borobudur tersebut.Ia melakukan dengan
napak tilas perjalanan perdagangan bahari purba dahulu. Dengan menggunakan
barang bawaan yang seadanya Philip beale bersikeras untuk menggelar ekpedisi
napak tilas pelayaran purba dari Jakarta,Indonesia menuju madagaskar,dan kalau
memang memungkinkan akan terus melampaui tanjung Harap di ujung selatan tanjung
Harap diujung selatan Afrika hingga menyusuri pantai barat afrika .
Kapal Borobudur berperan
besar dalam membantu orang Jawa dibidang pelayaran , selama beberapa tahun
tepatnya pada abad yang ke-13. Namun pada abad ke-8 Perahu cadik Borobudur
mulai dilupakan dikarenakan adanya kapal jawa yang berukuran lebih besar dari
ukuran cadik borobudur dengan ukuran yang jauh lebih besar yang dimana kapal
tersebut menggunakan tiga atau empat layar sebagai jung untuk digunakan dalam
berlayar. Pelaut protugis menyebut juncos, pelaut yang berasal dari italia
menyebut kapal tersebut adalah zonchi. Istilaah ini digunakan
dalam catatan perjalanan Rahib Pdrico Jonhan de Marignolli dan lbn Battuta,
yang dimana mereka berlayar kenusantara pada awal abad yang ke-14 yang diaman
mereka memuji kehebatan kapal jawa tersebut karena berukuran raksaksa yang
dimana disebut penguasa laut asia tenggara.
Jadi
perahu cadik Borobudur ini adalah salah satu perahu tertua di asia karena
merupakan peninggalan nenek moyang jaman dahulu pada saat itu, yang dimana pada
diabad yang ke-8. Yang dimana perahu ini berciri khas dan indentik dinusantara
, bobot kapal cadik Borobudur saat itu mencapai 60ton beratnya serta muat orang
yang mengisi kapal tersebut 12-24 orang awak. Yang diamana perahu ini terbuat dari
komponen kayu yang dimana dari kayu papan untuk dinding menggunakan gading
gajah ,tambuku,tali ijuk dan stringer.Kayu yang digunakan juga tidak sembarang
kayu mereka menggunakan kayu yang terbaik dalam membuatnya , diantaranya kayu
nyatok berupa papan untuk lambung perahunya untuk pasaknya, dan kayu kuling
untuk stringer dan mereka memperoleh kayu-kayu itu semua dari wilayah asia
Tenggara khususnya dipulau sumatera dan kepulauan Kalimantan.
Perahu
candik sangat berbeda dengan perahu-perahu yang ada karena perahu cadik
mengandalkan dua buah cadik yang ada dikiri dan dikanan yang berguna sebagai
alat penyeimbang perahu dalam berlayar. Perahu cadik Borobudur ini bergambarkan dalam
perkembangan perahu-perahu yang ada di nusantara dan perahu-perahu yang bersejarah
, yang diaman pada saat itu berdirinya kerajaan-kerajaan seperti sriwijaya,
majapahit, masa kolonial, dan masa kemerdekaan dimasa sekarang bahkan dimasa
depan.Untuk terus mengembangkan kecanggihan-kecanggihan perahu yang ada.
Banyak pendapat menyebutkan, Istilah jung
berasal dari kata chuan dari bahasa Mandarin yang berarti perahu. Hanya saja,
perubahan pengucapan dari chuan menjadi jung nampaknya terlalu jauh. Yang lebih
mendekati adalah “jong’ dalam bahasa Jawa dan beberapa berpendapat dari kata jungkung.
Kata jong dapat ditemukan dalam sejumlah prasasti Jawa kuno abad ke 9.
Undang-undang laut Melayu yang disusun pada abad ke-15 juga menggunakan kata
jung untuk menyebut kapal pengangkut barang sedangkan Jung-jung China lebih
banyak melayani angkutan sungai atau pantai ada dugaan teknologi kapal jung
dipelajari bangsa China dari pelaut-pelaut Nusantara, bukan sebaliknya.
Jauh sebelum Cheng Ho dan Columbus membuat
sejarah pelayaran mereka yang dikatakan fenomenal, para penjelajah laut
Nusantara sudah melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun
sebelum Masehi orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam
berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam pelayaran
laut lepas. Dalam catatan perjalanan keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton
ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan kapal
Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas pelayaran di ”Laut
Selatan”.
Diego de Couto dalam buku Da Asia, terbit 1645.
Bahkan, pelaut Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16
itu menyebutkan bahwa: “Orang Jawa sangat berpengalaman dalam seni navigasi.
Mereka dianggap sebagai perintis seni paling kuno ini. Walaupun banyak yang
menunjukkan bahwa orang Tionghoa lebih berhak atas penghargaan ini, dan
menegaskan bahwa seni ini diteruskan dari mereka kepada orang Jawa.”
Tatkala pelaut Portugis mencapai perairan Asia
Tenggara pada awal tahun 1500-an mereka menemukan kawasan ini didominasi
kapal-kapal Jung Nusantara. Kapal dagang milik orang Nusantara ini menguasai
jalur rempah rempah yang sangat vital, antara Maluku, Jawa, dan Malaka. Kota
pelabuhan Malaka pada waktu itu praktis menjadi kota orang Nusantara.
Tomé Pires juga memberikan gambaran keadaan
masing-masing pelabuhan tersebut (Cortesao, 1967: 170-173). Bantam merupakan
pelabuhan besar terletak di tepi sungai. Dari pelabuhan ini perdagangan
berlangsung hingga Sumatra dan Kepulauan Maladewa. Barang-barang yang
diperdagangkan antara lain beras dan lada. Pomdam juga merupakan pelabuhan yang
baik. Berada pada muara sungai. Kapal besar (junk) dapat berlabuh di sini.
Barang dagangan berupa bahan makanan terutama beras dan lada. Cheguide
merupakan pelabuhan bagus yang bisa didarati kapal besar. Pelabuhan ini merupakan
pintu gerbang ke Jawa dari Pariaman, Andalas, Tulangbawang, Sekampung dan
tempat-tempat lain. Barang-barang dagangan berupa beras, buah-buahan, lada, dan
bahan makanan. Tamgaram juga merupakan pelabuhan dan kota dagang yang bagus.
Barang dagangan sebagaimana pelabuhan yang lain. Calapa merupakan bandar yang
paling bagus. Pelabuhan ini sangat penting dan terbagus di antara yang lain.
Jalinan perdagangannya sangat luas yaitu hingga Sumatra, Palembang, Laue,
Tamjompura, Malaca, Makasar, Jawa dan Madura, serta beberapa tempat lain.
Chemano merupakan pelabuhan yang cukup ramai meskipun kapal besar tidak dapat
berlabuh di sini. Di kota ini sudah banyak warga muslim. Perdagangan yang
dijalin dengan Chemano hingga seluruh Nusantara.
Di sana banyak saudagar dan nakhoda kapal Jung
yang menetap, dan sekaligus mengendalikan perdagangan internasional.
Tukang-tukang kayu dari Nusantara yang terampil membangun galangan kapal di
kota pelabuhan terbesar di Asia Tenggara itu. Bukti kepiawaian orang Nusantara
dalam bidang perkapalan juga ditemukan pada relief Candi Borobudur yang
memvisualkan perahu bercadik – belakangan disebut sebagai “Kapal Borobudur”.
Jung pada abad ke-15 hingga ke-16 tidak hanya
digunakan para pelaut Nusantara. Para pelaut Tionghoa juga menggunakan kapal
layar jenis ini. Jung memegang peranan penting dalam perdagangan Asia Tenggara
masa lampau. Ia menyatukan jalur perdagangan Asia Tengara yang meliputi Campa
(ujung selatan Vietnam) , Ayutthaya (Thailand), Aceh, Malaka dan Makassar.
Hanya saja, keadaan itu berbanding terbalik
menjelang akhir abad ke-17, ketika perang Jawa tidak bisa lagi membawa hasil
bumi dengan jungnya ke pelbagai penjuru dunia. Bahkan, orang Jawa sudah tidak
lagi punya galangan kapal. Kantor Maskapai Perdagangan Hindia-Belanda (VOC) di
Batavia melaporkan pada 1677 bahwa orang-orang Mataram di Jawa Tengah tidak
lagi memiliki kapal-kapal besar.
Para sejarawan menyimpulkan, jung dan tradisi
besar maritim Nusantara hancur akibat ekspansi militer-perniagaan Belanda.
Serta, sikap represif Sultan Agung dari Mataram terhadap kota kota pesisir
utara Jawa. Lebih celaka lagi, raja-raja Mataram pengganti Sultan Agung
bersikap anti perniagaan. Apa boleh buat, kejayaan jung Nusantara hanya tinggal
kenangan.
Akan tetapi, pada abad XVIII masyarakat
Nusantara dengan budaya maritimnya yang kental itu mengalami kemunduran.
Monopoli perdagangan dan pelayaran yang diberlakukan pemerintahan kolonial
Belanda, walau tidak mematikan, sangat membatasi ruang gerak kapal-kapal pelaut
Indonesia.
THE PRAHU. TRADITIONAL SAILING BOAT OF INDONESIA
buku Sandeq, Perahu Tercepat Nusantara
http://www.borobudurshipexpedition.com/index.htm
http://www.borobudurpark.co.id/id/candi-borobudur/samudra-raksa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_jung#Kapal_Borobudur
http://kolomkita.detik.com/baca/artikel/11/2529/menembus_lorong_waktu_di_museum_bahari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar