Kamis, 10 Januari 2013

MUSEUM BAHARI - TANJUNG PRIOK (UAS) - Fijra Nur Syafar

Ujian Akhir Semester (UAS) Sejarah Indonesia

Nama          : Fijra Nur Syafar
No.Reg       : 4423 1268 63
Prodi           : D3 Usaha Jasa Pariwisata 2012
Jurusan      : Sejarah
Fakultas     : Ilmu Sosial



Museum Bahari


    Museum Bahari merupakan salah satu museum di kawasan kota tua ayng menyimpan koleksi yang berhubungan dengan bahari maupun nelayan di Nusantara. Museum ini juga salah satu dari museum-museum lain yang ada di Jakarta yang berada di bawah pengawasan Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
    Museum ini berlokasi di Jalan Pasar Ikan No.1 Sunda Kelapa, tepat di seberang pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Barat. Museum ini buka dari hari Selasa hingga Minggu, saat hari libur sekolah museum ini juga tetap buka. Jam operasionalnya mulai pukul 09.00 sampai 15.00 WIB.
     Terdapat 126 koleksi benda-benda sejarah kelautan yang tersimpan di museum ini. Terdiri atas berbagai jenis perahu tradisional dengan aneka bentuk dan ukuran. Selain itu ada pula miniatur kapal modern dan perlengkapan untuk pelayarannya. Serta berbagai jenis peralatan yang digunakan oleh pelaut di masa lalu, seperti navigasi, jangkar, teropong, dan meriam yang digunakan di zaman perang. 
    Dulunya bangunan ini digunakan sebagai gudang yang berfungsi untuk menyimpan hasil bumi  yang merupakan barang dagang utama VOC yang sangat laris di pasar Eropa pada zaman kependudukan Belanda. Bangunan yang terletak di samping muara Ciliwung ini memiliki dua sisi. Yang pertama Gudang Barat atau gudang utama yang digunakan untuk menyimpan barang dagang seperti rempah-rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil. Dan yang kedua yaitu Gudang Timur, tidak jauh dari gudang utama, terdapat sebuah menara yang dibangun pada tahun 1839 yang difungsikan untuk proses administrasi keluar masuknya kapal sekaligus sebagai pusat pengawasan lautan dan daratan sekitar.
     Gudang utama sendriri terdiri dari tiga lantai yang dibangun dengan kokoh agar terlindung dari badai laut tropis yang mengandung garam. Tembok sekeliling gudang sangat tebal. Dan untuk tiang-tiang penyangga langit-langit menggunakan kayu ulin atau kayu besi yang berukuran besar sehingga tidak mudah keropos dari gangguan cuaca maupun rayap. 
    Pengaturan sirkulasi udara dirancang teknis agar seluruh ruangan terasa sejuk. Sehingga rempah-rempah yang disimpan tetap segar sebelum dikirim ke barbagai tempat. Pengaturan sirkulasi udara itu diupayakan dengan menempatkan puluhan jendela yang berukuran besar pada setiap ruangan. Namun karena seringnya angin laut, menjadikan gudang ini terendam sampai 80cm. Hal ini dapat dilihat dari pintu-pintu di lantai bawah yang tampak pendek karena melesak kedalam tanah akibat pasang laut di tiap musim.
   Kemudian bangunan ini sempat digunakan untuk menyimpan barang logistic pada masa pendudukan Jepang. Dan setelah Indonesia Merdeka, tepatnya pada tahun 1976, bangunan cagar budaya ini dipugar kembali dan diresmikan sebagai Museum Bahari pada tanggal 7 Juli 1977.
     Selain koleksi-koleksi kelautan, Museum Bahari juga menyimpan pajangan yang menampilkan data-data jenis ikan yang berada di perairan Indonesia juga aneka cerita dan lagu masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini menampilkan juga matra TNI AL, koleksi kartografi, maket pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan kapal-kapal KPM Batavia – Amsterdam. Tidak sedikit pula sejarang yang diceritakan di museum ini seperti perdagangan yang terjadi di pelabuhan-pelabuhan di Nusantara. Dan daerah Tanjung Priok merupakan salah satunya.


Tanjung Priok, Pelabuhan

    Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang kedalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat kapal-kapal yang berlabuh. Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai penghubung antardaerah, antarpulau, bahkan antarnegara. Kata pelabuhan laut digunakan untuk pelabuhan yang menangani kapal-kapal laut.
    Di kecamatan Tanjung Priok yang terletak di Jakarta Utara terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan air modern terbesar dan terpadat di Indonesia. Pelabuhan Tanjung Priok juga merupakan suatu pelabuhan laut dalam pertama dimana kapal-kapal bisa bersandar untuk memuat batu bara dan diperbaiki di suatu dok yang kering. 
      Kata Tanjung Priok berasal dari kata tanjung yang artinya daratan yang menjorok ke laut, dan kata priok (periuk) yaitu semacam panci masak terbuat dari tanah liat yang merupakan barang dagang utama pada zaman sejarah. Sedangkan anggapan nama Tanjung Priok yang berasal dari nama Mbah Priuk (Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad Husain) menurut pendapat para sejahrawan Betawi, Ridwan Saudi dan Alwi Shahab,  adalah salah. Karena kawasan ini sudah bernama Tanjung Priok sebelum kedatangan Mbah Priuk pada tahun 1756.
     Sejak dulu kawasan ini merupakan pelabuhan sejarah yang digunakan untuk penyebaran agama Hindu. Kemudian pada akhir abad ke-18 pemerintah kolonial Belanda benar-benar mengubah kawasan ini menjadi kawasan pelabuhan yang komersial. Sebelumnya areal ini adalah merupakan tanah partikelir Tanjung Priok dan tanah partikelir Kampung Kodya Tanjung Priok. Dikuasai oleh beberapa tuan tanah yaitu: Hana binti Sech Sleman Daud, Oeij Tek Tjiang, Said Alowie bin Abdulah Atas, Ko Siong Thaij, Gouw Kimmin, dan Pattan. Tanah partikelir ini kemudian diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda, lalu disewakan kepada maskapai KPM yang digunakan untuk pembangunan dan pengoperasian Tanjung Priok. Tanah partikelir tersebut merupakan areal kebun kelapa.
    Pemerntah Hindia Belanda mengembangkan kawasan Tanjung Priok sebagai pelabuhan baru Batavia pada akhir abad ke – 19, guna menggantikan pelabuhan Sunda Kelapa yang berada di sebelah baratnya. Dikarenakan pelabuhan Sunda Kelapa terlalu kecil untuk menampung lalu lintas perdagangan yang terus meningkat.
    Pembanguna pelabuhan ini dimulai pada tahun 1877, yang pekerjaanya menghabiskan waktu hingga sembilan  tahun. Dimulai dengan pembangunan Pelabuhan I, yaitu setelah adanya ketentuan bahwa kegiatan Pelabuhan Sunda Kelapa dipindahkan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan ini direncanakan oleh Ir.J.A.A. Waldrop, seorang insinyur yang berasal dari Belanda. Dengan diresmikannya Pelabuhan Tanjung Priok maka kegiatan utama Batavia yang semula berada di Kali Ciliwung, sekitar kastil Batavia, dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Dan Pelabuhan Kali Ciliwung tersebut dikenal sebagai Pelabuhan Pasar Ikan. Namun, ketika para penanam modal banyak yang berdatangan ke Batavia, maka pada tahun 1912 pelabuhan Tanjung Priok dilakukan perluasan karena hampir 200 kapal pada tahun itu menanti giliran untuk bersandar.
    Perluasan dilakukan pada tahap pembangunan Pelabuhan II yaitu tepat pada tahun 1914  yang diselesaikan pada tahun 1917, dengan menghasilkan pemanjangan kade pelabuhan hingga 100 meter dan kedalaman air mencapai 9,5 meter LWS. Sedangkan bendungan di bagian luar diperluas dan diperpanjang hingga kade 15 meter yang digunakan untuk double spoor kereta api dan kran-kran listrik. Dan pembangunan Pelabuhan III terjadi di tahun 1929 dan diselesaikan di tahun 1932 dengan menghasilkan kade di bagian barat.
    Pada masa kependudukan Jepang, pelabuhan Tanjung Priok dikuasai oleh Djawa Unko Kaisya yang berada di bawah Angkatan Laut Jepang. Kondisi pelabuhan ini sempat rusak karena kesengajaan dari Belanda yang menyerah kepada Jepang pada tahun 1942. Dan Jepang pun mngerahkan tenaga Romusha untuk memperbaiki pelabuhan agar dapat dioperasikan kembali.
    Sebelumnya, sempat terjadi penentangan yang dilakukan perusahaan Barat di Kali Besar dan Pasar Ikan karena menganggap jarak Pelabuhan Sunda Kelapa ke Pelabuhan Tanjung Priok yang berkisar 9 kilometer cukup jauh. Hingga akhirnya pada tahun 1885, pemerintah Belanda membangun jalur kereta api dari Tanjung Priok ke Weltevreden dan dari Tanjung Priok ke Kota. Dengan dibukanya Terusan Suez pada tahun 1870 dan juga dimulainya pelayaran dengan kapal uap, banyak earga Eropa termasuk penanam modal yang datang ke Batavia. Sebelum tiba di Weltevreden, yaitu pemukiman baru yang dibangun oleh Gubernur Jendral Daendels, warga Eropa maupun penanam modal terlebih dahulu singgah di Tanjung Priok. Oleh karena itu beberapa fasilitas dibangun untuk mendukung fungsi pelabuhan baru ini, salah satunya adalah Stasiun Tanjung Priok.



Tanjung Priok, Stasiun

    Stasiun Tanjung Priok adalah salah satu stasiun tua yang terletak di seberang Pelabuhan Tanjung Piok, Jakarta Utara. Memiliki gaya bangunan art deco, stasiun ini termasuk salah satu bangunan tua yang dijadikan cagar budaya di DKI Jakarta. Keberadaan stasiun Tanjung Priok ini tidak dipisahkan dengan keraimaian Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan kebanggaan masa Hindia Belanda itu, dan bahkan berperan sebagai pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda.
    Bandar pelabuhan yang dibangun pada masa Gubernur Jendral Johan Wilhelm van Lansberge di tahun 1877 itu, semakin mengukuhkan perannya sebagai salah satu pelabuhan paling ramai di Asia setelah dibukanya Terusan Suez. Stasiun Tanjung Priok menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia yang berada di selatan. Alasan pembangunan ni karena pada masa lalu sebagian besar wilayah Tanjung Priok merupakan hutan dan rawa-rawa yang berbahaya. Sehingga dibutuhkan sarana transportasi yang aman pada saat itu yaitu kereta api.
    Pada akhir abad ke – 19, pelabuhan Jakarta yang semula berada di daerrah sekitar Pasar Ikan sudah tidak lagi memadai, maka Belanda membangun fasilitas pelabuhan baru di Tanjung Priok. Kemudian stasiun Tanjung Priok ini dibangun tepatnya pada tahun 1914 di masa Gubernur Jendral A.F.W. Idenburg. Dibutuhkan sekitar 1.700 tenaga kerja yang 130 diantaranya adalahpekerja berbangsa Eropa untuk menyelesaikan stasiun ini.
    Banyak protes yang timbul mengenai pemborosan dalam pembangunan sejak diselesaikannya stasiun ini. Karena stasiun ini amatlah besar dengan 8 peron yang dirancang oleh CW. Koch. Bahkan stasiun ini nyaris sebesar Stasiun Jakarta yang bernama Batavia Centrum pasa masa itu. Fungsi utama stasiun ini hanya digunakan untuk rel kereta api listrik yang mulai digunakan di sekitar Batavia pada tahun 1925.
    Kondisi stasiun ini sempat tidak terawat, saat menjelang abad ke-21. Namun di era akhir abad ke – 18, bangunan ini juga pernah Berjaya sebagai salah satu stasiun kebanggaan warga Batavia. Karena tidak dapat dibanyangkan betapa artistiknya stasiun dengan perpaduan gaya neo klasik dengan gaya kontemporer yang masih berdiri gagah pada saat ini.dan sepertinya bangunan ini juga tidak memerdulikan dengan hiruk pikuk, kebisingan dan juga keramaian hilir mudik kendaraan besar seperti kontainer dan terminal bus yang berlalu di depannya.
    Kondisi bangunan yang memprihatinkan ini akan semakin telihat begitu memasuki ke bagian dalam stasiun ini. Atap yang biasanya digunakan untuk melindungi dari sinar matahari maupun hujan sudah banyak yang terlepas. Banyak juga pelapukan pada kaca-kaca ataupun kerangka atap yang sudah tua. Sebagian areal peron sudah tidak terawat, dan bahkan banyak tunawisma yang memenuhi sisi barat dari stasiun ini.
    Pada awal Januari tahun 2000 kemunduran stasiun ini mulai terjadi. Yaitu dengan tidak berfungsinya lagi stasiun ini sebagai stasiun penumpang. Akibat dari kemunduran itu adalah menurunnya pemasukan dan tiket peron. Inilah yang menyebabkan PT Kereta Api (Persero) menyewakan ruangan yang ada di depan bangunan stasiun. Dan bagian depan stasiun pun terisi dengan kantor-kantor seperti kantor penjualan tiket kapal laut, pengiriman barang, hingga jasa penukaran uang asing. Yang kemudian pada tahun 2009 PT Kereta Api Indonesia memutuskan kembali stasiun Tanjung Priok sebagai stasiun penumpang.
    Renovasi besar-besaran pun dilakukan terhadap fisik bangunan stasiun ini untuk persiapan pembukaan. Renovasi ini dilakukan mulai dari bulan November hingga Desember 2008. Selanjutnya, proyek diteruskan dengan rehabilitasi fasilitas track serta pembangunan perangkat sinyal elektrik pada awal tahun 2009. Kemudian stasiun Tanjung Priok kembali difungsikan dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 28 Maret 2009.
    Meski sudah difungsikan kembali, stasiun ini tidak melayani penumpang sebagaimana stasiun kebanyakan yang ada di Jakarta. Karena stasiun ini hanya melewati jalur kereta api secara terbatas. Seperti jalur Bekasi dan Bogor saja. Sedangkan untuk luar kota stasiun ini hanya melayani jalur Surabaya yang hanya kelas ekonomi. Oleh sebab itu, stassiun Tanjung Priok ini tidak terdengar hingar bingar sesaknya penumpang.




Sumber :
2009. Ensiklopedi Jakarta 7. Jakarta: PT Penerbit Lentera Abadi
2009. Ensiklopedi Jakarta 8. Jakarta: PT Penerbit Lentera Abadi
2005. Ensiklopedi Jakarta – Culture & Heritage. Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Permuseuman











1 komentar:

  1. PROMO FREEBET 1 JUTA MERIAHKAN NATAL DAN TAHUN BARU 2019 BOLAVITA

    - Promo Frenzy Bonus 3% Berlaku Untuk Seluruh Games Bolavita Dari Santa Claus ( Kecuali Togel )
    - Untuk Bola Tangkas Dapat Claim Bonus Dengan Syarat Withdraw Mencapai Win / Loss 25% dari Nilai Deposit + Bonus
    - Promo Berlaku untuk Member Yang Melakukan Deposit Minimal Rp 100.000
    - Maksimal Bonus Dapat di Claim adalah Rp 1.000.000
    - Syarat Penarikan Dana Adalah Melakukan Turnover Minimal 1x Dari Bonus + Deposit
    - Contoh ( Deposit 1000 ) + ( bonus 3% = 30 ) = 1000 + 30 = 1030 anda harus melakukan Valid Bet Senilai 1030 untuk melakukan penarikan dana
    - Anda Tetap Dapat Mengikuti Promo Cashback Apabila Telah Mengikuti Promo Frenzy Bonus Santa
    - Apabila Belum Mencapai Turnover Sudah Melakukan Withdraw Bonus Frenzy Kami Tarik Kembali
    - 1 User ID Berhak Melakukan Claim 1x
    - Kami Berhak Membatalkan Bonus Apabila Terdapat Indikasi Kecurangan
    - Untuk Freebet Santa Dibagikan Secara Otomatis Setiap Anda Melakukan Deposit
    * Tanggal 24 Desember Pukul 23:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 25 Desember Pukul 05:00 WIB
    * 31 Desember 2018 Pukul 22:00 WIB Sampai Dengan Tanggal 1 Januari 2019 Pukul 07:00 WIB

    BalasHapus