RIZQI WIJANARKO (4423126882)
USAHA JASA PARIWISATA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
LOKASI : MUSEUM WAYANG KOTA
Lokasi
Museum Wayang :
Museum wayang merupakan salah satu peninggalan
mengenai sejarah yang ditinggalkan oleh Indonesia, museum Wayang terletak di
Jl.Pintu besar utara No. 27 Jakarta. Pada mulanya museum wayang ini merupakan
lokasi gereja tua yang didirikan oleh VOC pada tahun 1640 sampai tahun 1732
yang fungsinya untuk tempat beribadah penduduk sipil dan tentara Belanda yang
tinggal di Batavia.
Sesuai yang telah di ajukan pemerintah Hindia
Belanda tanggal 14 agustus 1963 ditetapkanlah gedung beserta tanahnya menjadi
sebuah monumen
Berikut Ulasan yang saya bahas tentang cerita
perwayangan Nakula & Sadewa
Sejarah Si Kembar Nakula Sadewa
Sejarah di dalam Nakula dan Sadewa memang sosok yang unik. Keduanya kembar identik. Hampir sulit dibedakan kedua wajah dan fisik mereka. Mereka juga sama-sama kidal. Walaupun tangan kanan dan kiri mereka bisa melakukan hal yang sama, tapi tangan kiri mereka seperti lebih bertenaga daripada tangan kanan mereka. Kemampuan olah kanuragan mereka juga hampir sama. Sama-sama memiliki kesaktian yang tinggi dalam memainkan pedang dan keris. Juga kemampuan memanah mereka, walaupun masih jauh bila dibanding kakak mereka, Arjuna, tapi kemampuan memanah mereka masih diatas rata-rata kemampuan memanah para ksatria pada umumnya.
Hal yang paling membedakan keduanya, antara Nakula dan Sadewa, adalah dalam hal kepribadian mereka. Nakula memiliki pribadi yang pendiam. Dia adalah seorang ksatria dengan tipe pemikir. Setiap kejadian, selalu kemudian ditelaah, diurai maknanya, dan coba dijabarkan di dalam hatinya. Nakula hanya berbagi dan menyampaikan pendapatnya, ketika diminta. Berbeda dengan Sadewa. Sadewa adalah seorang yang pandai dalam menyampaikan pendapat. Dia juga cerdas. Sadewa yang juga dikenal sebagai seorang pembicara, bila menyampaikan sesuatu hal kepada senapati prajurit atau rakyat kebanyakan.
NAKULA
Resminya, Nakula atau Pinten adalah putra dari
Prabu Pandu dan Dewi Madrim. Namun karena Prabu Pandu tak dapat behubungan
tubuh dengan istrinya, maka Dewi Madri yang telah diajari ilmu Adityaredhaya
oleh Dewi Kunti memanggil dewa tabib kayangan yang juga dikenal sebagai dewa
kembar. Batara Aswan-Aswin. Nakula adalah putra dar Batara Aswan sedang Sadewa
adalah putra dari Batara Aswin.
Raden Nakula memiliki perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia.
Raden Nakula memiliki perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia.
Setelah 12 tahun menjadi buangan di hutan, Nakula
beserta saudara-saudaranya menyamar di negri Wirata. Di sana Nakula menjadi
seorang pelatih kuda kerajaan bernama Darmagrantika.
Aji-aji yang dimiliki oleh Nakula adalah Aji
Pranawajati yang berhasiat tak dapat lupa akan hal apapun. Aji ini ia dapat dari
Ditya Sapujagad, seorang perwira Kerajaan Mertani di bawah kekuasaan Prabu
Yudistira yang menyatu dalam tubuhnya. Nakula pun mendapat wilayah yang dulu
diperintah oleh Sapujagad yaitu Sawojajar. Nakula juga memiliki cupu yang
berisi Banyu Panguripan dari Batara Indra, cupu berisi Tirta Manik yang
merupakan air kehidupan dari mertuannya Begawan Badawanganala.
Raden Nakula menikah dengan Dewi Retna Suyati,
putri dari Prabu Kridakerata dari Awu-Awu Langit dan berputra Bambang
Pramusinta dan Dewi Pramuwati. Ia juga menikah dengan Dewi Srengganawati, putri
Dari Begawan Badawanganala dari Gisik Samudra berputri Dewi Sritanjung. Saat
perang Baratayuda berlangsung, Nakula dan Sadewa diutus Prabu Kresna untuk
menemui Prabu Salya dengan membawa patrem (semacam pisau kecil) dan minta
dibunuh karena tidak tahan melihat saudara-saudaranya mati karena tak ada
satupun manusia yang sanggup menandingi Aji Candabirawa Prabu Salya. Prabu
Salya yang terharu lalu memberikan rahasia kelemahannya kepada si kembar bahwa
yang sanggup membunuhnya adalah Puntadewa yang berdarah putih.
Setelah Baratayuda selesai, Nakula diangkat
menjadi raja di Mandrapati menggantikan Prabu Salya karena semua putranya tewas
dalam perang Baratayuda. Diceritakan bahwa Nakula mati moksa bersama empat
saudaranya dan Dewi Drupadi.
Wikipedia
Nakula (Sansekerta: नकुल, Nakula), adalah seorang tokoh
protagonis dari wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putera Dewi Madri, kakak
ipar Dewi Kunti. Ia adalah saudara kembar Sadewa dan dianggap putera Dewa Aswin,
Dewa tabib kembar.
Menurut kitab Mahabharata, Nakula sangat tampan
dan sangat elok parasnya. Menurut Dropadi, Nakula merupakan suami yang paling
tampan di dunia. Namun, sifat buruk Nakula adalah membanggakan ketampanan yang
dimilikinya. Hal itu diungkapkan oleh Yudistira dalam kitab Prasthanikaparwa.
Secara harfiah, kata nakula dalam bahasa
Sansekerta merujuk kepada warna Ichneumon, sejenis tikus atau binatang pengerat
dari Mesir. Nakula juga dapat berarti “cerpelai”, atau dapat juga berarti
“tikus benggala”. Nakula juga merupakan nama lain dari Dewa Siwa.
Menurut Mahabharata, si kembar Nakula dan Sadewa
memiliki kemampuan istimewa dalam merawat kuda dan sapi. Nakula digambarkan
sebagai orang yang sangat menghibur hati. Ia juga teliti dalam menjalankan tugasnya
dan selalu mengawasi kenakalan kakaknya, Bima, dan bahkan terhadap senda gurau
yang terasa serius. Nakula juga memiliki kemahiran dalam memainkan senjata
pedang.
Saat para Pandawa mengalami pengasingan di dalam
hutan, keempat Pandawa (Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa) meninggal karena meminum
air beracun dari sebuah danau. Ketika sesosok roh gaib memberi kesempatan
kepada Yudistira untuk memilih salah satu dari keempat saudaranya untuk
dihidupkan kembali, Nakula-lah dipilih oleh Yudistira untuk hidup kembali. Ini
karena Nakula merupakan putera Madri, dan Yudistira, yang merupakan putera
Kunti, ingin bersikap adil terhadap kedua ibu tersebut. Apabila ia memilih Bima
atau Arjuna, maka tidak ada lagi putera Madri yang akan melanjutkan keturunan.
Ketika para Pandawa harus menjalani masa
penyamaran di Kerajaan Wirata, Nakula menyamar sebagai perawat kuda dengan nama
samaran “Grantika”. Nakula turut serta dalam pertempuran akbar di Kurukshetra,
dan memenangkan perang besar tersebut.
Dalam kitab Prasthanikaparwa, yaitu kitab
ketujuh belas dari seri Astadasaparwa Mahabharata, diceritakan bahwa Nakula
tewas dalam perjalanan ketika para Pandawa hendak mencapai puncak gunung
Himalaya. Sebelumnya, Dropadi tewas dan disusul oleh saudara kembar Nakula yang
bernama Sadewa. Ketika Nakula terjerembab ke tanah, Bima bertanya kepada
Yudistira, “Kakakku, adik kita ini sangat rajin dan penurut. Ia juga sangat
tampan dan tidak ada yang menandinginya. Mengapa ia meninggal sampai di sini?”.
Yudistira yang bijaksana menjawab, “Memang benar bahwa ia sangat rajin dan
senang menjalankan perintah kita. Namun ketahuilah, bahwa Nakula sangat
membanggakan ketampanan yang dimilikinya, dan tidak mau mengalah. Karena
sikapnya tersebut, ia hanya hidup sampai di sini”. Setelah mendengar penjelasan
Yudistira, maka Bima dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka. Mereka
meninggalkan jenazah Nakula di sana, tanpa upacara pembakaran yang layak, namun
arwah Nakula mencapai kedamaian.
Nakula dalam pewayangan Jawa
Nakula dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan
nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai
obat). Ia merupakan putera keempat Prabu Pandudewanata, raja negara Hastinapura
dengan permaisuri Dewi Madri, puteri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati,
dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa.
Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi
Kunti, dari negara Mandura bernama Puntadewa (Yudistira), Bima alias Werkudara dan
Arjuna
Nakula adalah titisan Batara Aswin, Dewa tabib.
Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing.
Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia
mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia
juga mempunyai cupu berisi “Banyu Panguripan” atau “Air kehidupan” pemberian
Bhatara Indra.
Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas
kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian
Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:
* Dewi Sayati puteri Prabu Kridakirata, raja
negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putera masing-masing bernama
Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.
* Dewi Srengganawati, puteri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra alias Ekapratala) dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung. Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik.
Setelah selesai perang Bharatayuddha, Nakula
diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya,
Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa di gunung Himalaya
bersama keempat saudaranya.
SADEWA
Raden Sadewa atau Tangsen yang merupakan saudara kembar dari Raden Nakula adalah bungsu dari Pandawa. Ia adalah putra dari Dewi Madrim dan Batara Aswin, dewa kembar bersama Batara Aswan, ayah Nakula.
Raden Sadewa atau Tangsen yang merupakan saudara kembar dari Raden Nakula adalah bungsu dari Pandawa. Ia adalah putra dari Dewi Madrim dan Batara Aswin, dewa kembar bersama Batara Aswan, ayah Nakula.
Raden Sadewa memiliki perwatakan jujur, setia,
taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia. Dalam
hal olah senjata, sadewa ahli dalam penggunaan pedang. Nama-nama lain dari
Sadewa adalah Sudamala, dan Madraputra.
Dalam penyamaran di Negri Wirata Sadewa menjadi
pengurus taman kerajaan di Wirata bernama Tantripala.
Jika Nakula tak dapat lupa akan segala hal maka,
Sadewa juga memiliki ingatan yang kuat serta ahli dalam hal menganalisis
sesuatu. Sadewa juga ahli dalam hal Metafisika dan dapat tahu hal yang akan
terjadi. Ini diperoleh dari Ditya Sapulebu yang dikalahkannya dan menyatu dalam
tubuhnya saat Pandawa membuka hutan Mertani. Selain itu, Sadewa mendapatkan
wilayah Bumiretawu atau juga disebut Bawertalun.
Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati putri
Begawan Badawanganala dan berputra Bambang Widapaksa. Selain itu Ia juga
menikah dengan Dewi Rasawulan, putri dari Prabu Rasadewa dari kerajaan
Selamiral. Menurut kabar, yang sanggup memperistri Dewi Rasawulan akan unggul
dalam Baratayuda Di saat yang sama Arjuna dan Dursasana juga datang melamar,
namun yang memenakan sayembara pilih itu hanyalah Sadewa karena ia sanggup
menjabarkan apa arti cinta sebenarnya.
Sebelum pecah Baratayuda, ada dua raksasa
penjelmaan Citraganda dan Citrasena yang bernama Kalantaka dan Kalanjaya yang
datang ke Astina hendak membantu kerajaan Astina. Kedua raksasa tersebut
sebenarnya hanyalah jin biasa, namun karena dikutuk oleh Batara Guru akibat
mengintip Batara Guru dan Dewi Uma yang sedang mandi di telaga. Kehadiran kedua
raksasa tersebut tenyata menimbulkan kegusaran dalam diri Dewi Kunti. Dewi
Kunti lalu memohon pada Batari Durga agar kedua raksasa tersebut dimusnahkan.
Batari Durga meminta Sadewa sebagai tumbalnya. Mendengar hal itu, Dewi Kunti
tidak setuju dan kemudian kembali ke Amarta. Batari Durga kemudian menyuruk
Kalika, seorang jin anak buahnya untuk menyusup kedalam tubuh Dewi Kunti. Dalam
keadaan kerasukan, Dewi Kunti menyuruh sadewa sebagai tumbal dan diminta
menghadap Batari Durga. Sadewa pun hanya menurut perintah ibu tirinya yang
telah mengasuhnya dari kecil.
Sesampainya di hutan, Batari Durga minta diruwat
oleh Sadewa menjadi putri yang cantik. Sadewa tidak sanggup melakukannya dan
lalu akan dimangsa oleh Batari Durga. Sang Hyang Narada yang mengetahui hal itu
lalu melaporkannya pada Batara Guru. Batara Guru lalu merasuk kedalam tubuh
Sadewa dan meruwat Batari Durga. Kemudian kedua raksasa jelmaan Citraganda dan
Citrasena dimusnahkan. Cerita ini dikenal dengan lakon Sudamala.
Setelah perang baratayuda selesai, Sadewa memilih
menjadi patih Hastina dan juga pendamping Puntadewa. Akhir hidupnya diceritakan
mati moksa dengan saudara-saudaranya.
Dalam pewayangan gaya Yogyakarta, wayang Nakula
dan Sadewa dibedakan oleh jamang lidi (semacam hiasan kepala) yang di tunjuk
dalam gambar dibawah. Sadewa menggunakan jamang lidi sedang Nakula tidak.
Contoh Kitab Di Cerita Nakula & Sadewa
Cerita kelahiran para Pandhawa yang bersumber pada kitab
Mahabharata, pada bagian yang disebut Adiparwa menyebutkan bahwa anak Pandu
yang keempat, lahir dari Madri atau Madrim, bernama Nakula dan Sahadewa
(Adiparwa, 1906: 122).
Nama Nakula sering menjadi Sakula (Sudamala : IV.19). Sahadewa
menjadi Sadewa (Sudamala: I,99). Dalam cerita Sudamala, Uma memberi nama Sadewa
menjadi Sudamala setela ia diruwat olehnya. (Sudamala: IV.72)
Ketika Pandhawa mengabdi ke Wiratha, Nakula berganti nama
Grantika, sedangkan Sadewa berganti nama Tantripala (Wirataparwa , 1912: 11)
Dalam cerita Jawa baru Nakula sering disebut dengan nama Tangsen,
sedangkan Sadewa dengan nama Pinten (Mayer, 1924 : 159)
Dalam cerita Sudamala, Sakula atau Nakula memperisteri Soka dan
Sadewa memperisteri Padapa, setelah Sadewa menyembuhkan Tambapetra ayah dua
perempuan itu (Sudamala: IV. 81).
Dalam cerita lakon Nakula Rabi, Nakula memperisteri Dewi Suyati
anak Prabu Kridhakerata raja Ngawuawu Langit (Mangkunagara VII Jilid XXI. 1932:
3)
Dalam cerita Gembring Baring diceritakan Nakula beristeri Ganawati
(Gembring Baring: XCVIII.20).
Dalam cerita lakon Sadewa Rabi, Sadewa memperisteri Dyah Dewarsini
anak Sang Badhawangan Nala yang bertempat di Toyawangi (Mangkunagara VII Jilid
XXI, 1932: 15)
Nakula dan Sadewa boleh dikata tidak banyak diangkat dalam cerita
sebagai tokoh utama.. mereka berdua lebih banyak berkedudukkan sebagai tokoh
penyerta yang selalu mengikuti Yudhisthira. Seolah-olah mereka menjadi ajudan
raja Ngamarta.
Referensi Berasal Dari :Website :
http://caritawayang.blogspot.com/2012/06/resminya-nakula-atau-pinten-adalah.html
http://rhedjozt.multiply.com/journal/item/70/Nakula-Sadewa
http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/banjaran-cerita-pandawa-27-nakula-sadewa-lahir/
http://www.scribd.com/doc/49586979/25/Nakula-Sadewa-Lahir
http://wayangprabu.com/tag/sadewa/
http://rhedjozt.multiply.com/journal/item/70/Nakula-Sadewa
http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/banjaran-cerita-pandawa-27-nakula-sadewa-lahir/
http://www.scribd.com/doc/49586979/25/Nakula-Sadewa-Lahir
http://wayangprabu.com/tag/sadewa/
Buku :
- Lahirnya Nakula-Sadewa: Pandawa Lima yang ke-4 dan 5 : cerita wayang sepanjang zaman. Penulis : A. Sulaha, Penerbit : Yayasan Karya Bhakti 120 Halaman
| |||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar