WILLMA GALUH MAHARANI
4423126886
USAHA JASA PARIWISATA D3 2012
Konferensi Asia Afrika 18-24April 1955
Sidang dibagi menjadi tiga komite, politik, ekonomi
dan sosial budaya. Hasilnya adalah Dasasila
Bandung, yang menjadi dasar KAA
yang kemudian berkembang menjadi Gerakan
Non-Blok.Kesuksesan KAA,
membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia, ibarat ” New Kid on The Block “, yang sudah mampu menunjukkan wibawanya
di mata dunia. Keyakinan dan perasaan yang berulang kali didengungkan oleh Bung Karno bagi bangsanya, bahwa
bangsa indonesia adalah bangsa yang besar dan bermartabat, akhirnya menular.
Mereka yang tadinya ragu dengan konferensi ini menjadi ikut yakin dan optimis.
Bangsa-bangsa Asia-Afrika pun
menemukan posisinya dalam percaturan politik dunia saat itu.
Susunan
pengurus Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut:
- Ketua Komite : Mr. Ali Sastroamijoyo
- Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir Rooseno
- Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin
- Sekretaris Jenderal : Roeslan Abdul Ghani
Berbagai
masalah yang dibahas dalam konferensi tersebut antara lain:
- Usaha untuk meningkatkan kerjasama bidang ekonomi, sosial, budaya, dan hak asasi manusia.
- Hak menentukan nasib sendiri.
- Rasialisme (perbedaan warna kulit).
- Kerjasama internasional.
- Masalah pelucutan senjata.
- Masalah rakyat yang masih terjajah di Afrika Utara.
- Masalah Irian Barat.
Berakhirnya Perang Dunia I membawa pengaruh terhadap
bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk memperoleh kemerdekaan dan mempertahankan
kemerdekaan. Di samping itu juga ditandai dengan munculnya dua kekuatan
ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan senjata nuklir. Negara
Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara
selalu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945. Salah satu bentuk
penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin kerja sama dengan negara
lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain terangkum dalam
kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan politik luar negeri
Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Indonesia mencetuskan
gagasannya untuk menggalang kerja sama dan solidaritas antarbangsa dengan
menyelenggarakan KAA.
A. Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Politik luar
negeri Indonesia adalah bebas
aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah
satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan
negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti
bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah
internasional.Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan
pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo yang kemudian mendapat
dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam
Konferensi Colombo.
B. Konferensi Pendahuluan Sebelum Konferensi Asia Afrika
Sebelum
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi
pendahuluan sebagai persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain
sebagai berikut.
1) Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I).
Konferensi
pendahuluan yang pertama diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka
pada tanggal 28 April–2 Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana
menteri dari negara sebagai berikut.
a) Perdana
Menteri Pakistan : Muhammad Ali Jinnah b) Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John
Kotelawala c) Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu d) Perdana Menteri
Indonesia : Ali Sastroamijoyo e) Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
2) Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II).
Konferensi
pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22–29 Desember
1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta
Konferensi Kolombo.
Konferensi
Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
a)
Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April
1955. b) Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang
sebagai peserta Konferensi Asia Afrika. c) Hal-hal yang akan dibicarakan dalam
Konferensi Asia Afrika. d) Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia
mengenai Irian Barat.
Konferensi
Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara II.
C. Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Sesuai
dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal
18–24 April 1955. Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29
negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
Negara
pengundang meliputi : Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma
(Myanmar).
Negara yang
diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina,
Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal,
Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon,
Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai
Emas/Gold Coast).
Latar
belakang dan dasar pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
1.
Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di
kawasan Asia Afrika.
2.
Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama
merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa Barat, kecuali Thailand.
3.
Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh
golongan elite nasional/terpelajar dan intelektual.
Tujuan
diadakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain:
1.
memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika
dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2.
memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme;
3.
memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia
dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Konferensi
Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama
negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan,
serta masalah kolonialisme dan perdamaian dunia.Konferensi juga menyetujui
penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan ekonomi.Konferensi
setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara
Asia Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil
beberapa keputusan penting, antara lain:
1.
memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di
bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2.
menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan
Maroko;
3.
mendukung tuntutan Indonesia atas Irian Barat dan
tuntutan Yaman atas Aden
Selain
menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia
untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
1.
menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
2.
mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun
bangsa kecil;
3.
tidak melakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam
negeri negara lain
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi
Asia Afrika itu dikenal dengan namaDasasila
Bandung atau Bandung Declaration.
Dasasila Bandung
- Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
- Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
- Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
- Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
- Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
- Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
- Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
- Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
- Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
- Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
Konferensi
Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya
berdampak pada negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh
dunia.
Pada 19-24 April 1955, di Bandung, sebuah konferensi
anti-imperialis dan anti-kolonialis juga digelar. Pertemuan ini, 28 tahun
setelah pertemuan Liga Anti-Imperialis di Brussel, Belgia, adalah pertemuan
anti-imperialis pertama yang melibatkan negara-negara Asia dan Afrika secara
luas. Let a New Asia and a New Africa be Born!Ada pesan kuat dari
pertemuan ini: kolonialisme dalam bentuk yang bagaimanapun adalah kejahatan
yang harus segera diakhiri
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh
Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua
peserta konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.Perdana
Menteri Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi urndangan Perdana Menterl
Srilanka dengan membawa bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan
tersebut merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di
negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr.
Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di Tugu (Bogor) pada tanggal 9 sampai
dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkin.annya mengadakan konferensi semacam itu
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkin.annya mengadakan konferensi semacam itu
Referensi :
1.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Asia%E2%80%93Afrika
4.
http://jakarta45.wordpress.com/2012/04/19/sejarah-konperensi-asia-afrika-bandung-19-24-april-1955/
5.
ttp://iwak-pithik.blogspot.com/2012/04/sejarah-konferensi-asia-afrika-kaa_18.html
6.
Judul
: Jurnalisme dan Politik di
Indonesia Penulis :
David T Hill
8.
Judul : cerita asia afrika
penulis:risko gultom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar