Kamis, 10 Januari 2013

UTS - Taman Siswa


Taman Siswa
Muhammad Akmal
4423126870

Penulisan ini di tunjukan untuk memenuhi tugas UTS sejarah Indonesia. Pemilihan tugas ini berdasarkan diorama yang saya sambil di Monas untuk jadi bahan acuan dalam pembuatan karya tulis ini. Kali ini saya akan menjelaskan tentang Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922.
            Berbicara mengenani Taman Siswa tidak bisa lepas dari pendirinya yaitu Raden mas Soewardi Soeryanignrat atau yang lebih kita kenal denga sebutan Ki Hajar Dewantara. Beliau mendirikan Taman Siswa dengan banya tujuan dan cita cita beliau. Taman Siswa didirikan bertujuan untuk pendidikan rakyat Indonesia yang terpuruk dan untuk alat perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Selain itu Taman Siswa juga bertujuan untuk membangun ketakwaan pada Tuhan yang Maha Esa agar dapat menjadi anggota masyarakat yang  bertanggung jawab dan dapat di andalkan oleh bangsa dan negara.
Pendidikan di Indonesia menganut pola pendidikan yang di terapkan oleh Taman Siswa, sehingga ada beberapa slogan milik Taman Siswa yang di jadikan slogan pendidikan di Indonesia.

Sekilas tentang Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri dari Taman Siswa. Bapak Ki Hajar Dewantara atau yang juga terkenal dengan sebutan bapak pendidikan nasional lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889. Hari lahir Ki Hajar Dewantara di peringati sebagai hari pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara memiliki beberapa ajaran yang di ajarkan pada murid muridnya ajaran yang paling terkenal adalalh tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada. Yang masing masing artinya adalah di belakang member dorongan, di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, di depan member teladan. Pada tanggal 28 april 1959 Ki Hajar Dewantara menghembuskan nafas trakhirnya di tempat kelahirannya di Yogyakarta dan di makamkan di sana pula.
Dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat ia berasala dari keluarga kerajaan kraton Yogyakarta.  Raden Mas Soewardi Soeryaningrat pada usia yang mencapai 40 tahun mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Sejak saat itu ia mengubah nama kebangsawanannya supaya ia dapat bebas untuk dekat dengan rakyat.
Perjalanannya untuk memperjuangkan bangsannya diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi bangsa Indonesia. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922 di Yogyakarta. Pada waktu pertama didirikan namanya bukanlah Taman Siswa tetapi National Onderwijs Institut Taman Siswa, yang merupakan gagasan beliau dengan eberapa temannya dari paguyuban Sloso kliwon Sekolah Taman Siswa, Yogyakarta dan mempunyai 129 cabang sekolah de seluruh kita di di Indonesia.
Awal pendirian tama siswa di awali dengan ketidak pusan dengan pola pendidikan yang di lakukan oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara colonial yang memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena seperti yang di katakana oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan dinamit bagi system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah jajahan”.
Sebab itu maka didirikanlah Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara dan teman temannya. Taman Siswa merupakan tantangan tersendiri bagi Ki Hajar Dewantara karena mendapatkan tindakan yang tidak menyenangkan dari pihak Belanda. Taman Siswa merupakan badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan untuk mencapai cita cita bangsa Indonesia. Bagi Taman Siswa pedidikan bukanlah tujuan, tapi media untuk mencapai kemerdekaan dalam arti sebenernya. Merdeka secara jasmani dan rohani. Yang di maksud merdeka secara fisik adalah secara ekonomi, politik dan lain sebagainnya. Sedangakn merdeka secara batin adalah mampu mengendalikan dirinya saat dalam keadaan tidak di inginkan.
Taman Siswa tidak semudah itu mendapat perizinan dari pemerintah colonial Belanda, karena pemerintah coonial Belanda takut Taman Siswa di jadikan alat untuk melawan pemerintahan Belanda pada saat itu. Taman Siswa dia anggapa sebagai tempat untuk memupuk kader untuk melawan pemerintahan colonial Belanda. Oleh karena itu pemerintah colonial Belanda dengan segala cara menghalangi berdirinya Taman Siswa. Sejak saat itu Taman Siswa menghadapai perjuangan asasi melawan politik pemerintahan colonial Belanda. Pada tahun 1931 banyak dari golongan orang Belanda yang mempringatkan pemerintah bahwa apabila tidak di lakukan peninjauan atas pengajaran gubernur, Taman Siswa akan menguasai keadaan politik dan pendidikan dalam tempo sepuluh tahun.
Menyambuat kegelisahan orang Belanda, pemerintah konservatif gubernur jendral do jonge mengeluarkan ordanansi pengawasan yang di muat dalam staatsblad no. 494 tanggal 17 september 1932. Isi dan tujuan dari ordanansi itu adalah member kuasa kepada alat alat pemerintahan untuk mengrus wujud dan isi sekolah sekolah pertikelir yang tidak di biayayoleh negeri. Sekolah pertikelir harus meminta izin lebih dahulu sebelum dibuka dan guru-gurunya harus mempunyai izi mengajar. Rencana pengajarannya pula harus sesusai dengan sekolah negeri, demikian juga denga peraturan peraturannya. Ordanansi itu menimbulka perlawanan di kalangan masyarakat Indonesia dan Ki Hajar Dewantara yang mengirimkan protes dengan telegram kepada gubernur jenderal di bogot pada tanggal 1 oktober 1932.

Taman Siswa setelah kemerdekaan
Salah satu masalah yang dihadapi oleh Taman Siswa setelah kemerdekaan adalah meninjau kembali hubungan dengan pemerintahan bangsa Indonesia sendiri. Terutama dalam hal penerimaan subsidi si kalangan perguruan tinggi banyak perbedaan dalam menghadapi masalah ini yaitu mereka yang menerima subsidi ini dan cara penggunaannya agar tidak mengganggu terhadapap prisip “merdeka mengruus diri sendiri”.
Di kalangan para pemimpin terdapat dua pendapat atau aliran yang merumuskna mau kemana Taman Siswa nanti. Yang pertama, aliran yang menunjukan Taman Siswa terlepas dari system pendidikan pemerintah, merupakanlembaga pendidikan yang independen hidup dalam cita-citanya sendiri dan terus berusaha agar sebagian masyarkat meneirma konsep pendidikan nasional, caranya dengan tetap mempertahankan system pondok yang terasing dari masyarakat sekitarnya. Yang kedua adalah ,mereka berpendapat bahwa perkembangan masyarkaat Indonesia baru sangat perlu di hapdapi dengan pemikiran baru. Maksdunya Taman Siswa dapat menyumbangkan idenya untuk pengembangan kebijakan politik pendidikan nasional.
Atas permintaan penduduk dan untuk memnuhi kebutuhan pendidikan warga di wilayah kemayoran, Ki Samidi Mangunsarkoro (Tokoh Taman Siswa Yogyakarta, ketika itu beliau menjabat kepala HIS Budi Utomo), dengan bermodalkan hanya 500 gulden, Ki Samidi berkerja sama dengan Ki Moh. Thamrin mendirikan perguruan Taman Siswa cabang Jakarta yang di pimpin oelh Ki Moh husni Thamrin selaku ketua Majelis Cabang dan Ki Samidi Mangunsarkoro selaku Majelis perguruan. Taman Siswa cabang Jakarta terletak di jalan garuda No 17 kemayoran.
Karna untuk masuk ke sekolah Belanda di perlukna banyak criteria yang harus di penuhi untuk bersekolah. Maka anggota masyarakat yang tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Belanda karena tidak memenuhi syarat, dapat menyekolahkan anaknya ke perguruanan Taman Siswa, bahkan diantara siswanya adalah putera putera pejuang lemerdekaan.
Walaupun ada larangan belajar oleh pemereintah Belanda, sebagai besar para siswa dan orang tua murid tetap meperthakan dan belajar di perguruan Taman Siswa. Dan semakin banyak warga masyarakan yang ingin menyekolhakan anakanya di Taman Siswa, rencana semula yang hanya mebuka taman anak dan kursis guru, kemudian di tambah dengan membuka jug ataman muda (SD kelas IV smapai dengan kelas VI) dan taman dewasa (MULO Taman iswa). Selain itu tempat belajar jug asemakin luas menggunkan gedung di jalan Garuda No. 73, 82, 52 dan 46 seklaigus untuk asrama siswa, tempat tinggal pamong dan pimpinan perguruan. Selai itu untuk membuka cabang perguruan di jatibari, tanah abang, petojo,kebon jeruk, sawah besar, jatinegara dan kramat dekat pasar genjing.
Oleh adanya konflik internal di perguruan Taman Siswa cabang Jakarta antara pamong dadn pimpinan sehinggal mengakibatkan sebanyak 22 orang pamong menyataka keluar dan oleh sebab itu terlepas pula ranting Taman Siswa di petojo dank ebon jeruk dari Taman Siswa cabang Jakarta, dan selanjutnya berdiri sendiri dan berganti nama menjadi pergururuan Budi Arti pada bulan oktober 1934
Pada tanggal 8 maret 1942 Jepang masuk dan menduduki daerah bekas jajahan Belanda, awalnya kehadiran Jepang di sambut baik oleh sebagian besar rakyat termasuk orang-orang Taman Siswa. Kedatangan bala tentara Jepang dianggap akan member kemerdekaan kepada indoneis oleh karena itu pamong Taman Siswa Ki Mangunsakroo kembali ke Yogyakarta karena perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di anggap telah usai dan Indonesia di anggap sudah akan merdeka.
Setelah ditutup sekitar dua tahun, maka berkat usaha Ki Moh Said Reksohadiprodjo dan Ki R. Sukamto, perguruan Taman Siswa cabang Jakarta kembali di buka pada 14 juli 1944 dengan menyewa dua buah rumah yang terletak di ujung jalan kadiman dan di bentuk lah dua program baru yaitu taman Indria dan Taman Muda. Ketua perguruan itu adalah ki R. sukamto. Agar kedudukan Taman Siswa di Jakarta tidak dapat di usik oleh pihak yang tidak senang dengan kehadiran Taman Siswa, maka perguruan Taman Siswa cabang Jakarta didaftarkan kepada notaries dengan akte notaries R.kadiman No. 20 tertangggal 13 september 1944 dengan nama Taman Siswa Jakarta Syuu.  Menjelang akhir tahun 1944, rumah-rumah dikawasan jalan kadiman termasuk rumah yang ditempati oleh perguruan Taman Siswa harus di kosongkan kareana akan digunakan untuk markas angkatan laut Jepang atau kaigun.. namun berkat diplomasi Ki Moh Said Reksohadiprodjo kepada komanda angkatan laut Jepang. Khusunya dengan colonel Maeda maka Taman Siswa di tunjuj untuk menpati gedung bekas rumah sakit palang dua di jalan garuda no.25 yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Inilah yang sampai sekarang menjadi gedung perguruan Taman Siswa cabang Jakarta jalan garuda kemayoran. Taman siswa sampai sekarang masih menjadi panutan dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan nasional juga sangat dikagumi. Dunia pendidikan Indonesia tidak akan maju dan berkembang atau bahkan tidak akan ada yang berkembangan tanpa adanya Taman Siswa. Sepatutnya kita sebagai mahasiswa juga menghargai dunia pendidikan yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu dengan belajar dengan serius dan mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara. Sekian yang dapat saya sampaikan tentang Taman Siswa dan sejarahnya, semoga dapat bermanfaat bagi yang lain.

Sumber:
6.    Santoso,soegeng,2011, Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
7.    Karja ki Hajdar Dewantara, 1967. Madjelis-Luhur Persatuan Taman Siswa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar