Taman Siswa
Muhammad Akmal
4423126870
Penulisan
ini di tunjukan untuk memenuhi tugas UTS sejarah Indonesia. Pemilihan tugas ini
berdasarkan diorama yang saya sambil di Monas untuk jadi bahan acuan dalam
pembuatan karya tulis ini. Kali ini saya akan menjelaskan tentang Taman Siswa
yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922.
Berbicara mengenani Taman Siswa
tidak bisa lepas dari pendirinya yaitu Raden mas Soewardi Soeryanignrat atau
yang lebih kita kenal denga sebutan Ki Hajar Dewantara. Beliau mendirikan Taman
Siswa dengan banya tujuan dan cita cita beliau. Taman Siswa didirikan bertujuan
untuk pendidikan rakyat Indonesia yang terpuruk dan untuk alat perjuangan
menuju kemerdekaan Indonesia. Selain itu Taman Siswa juga bertujuan untuk
membangun ketakwaan pada Tuhan yang Maha Esa agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab dan
dapat di andalkan oleh bangsa dan negara.
Pendidikan di
Indonesia menganut pola pendidikan yang di terapkan oleh Taman Siswa, sehingga
ada beberapa slogan milik Taman Siswa yang di jadikan slogan pendidikan di
Indonesia.
Sekilas tentang Ki
Hajar Dewantara sebagai pendiri dari Taman Siswa. Bapak Ki Hajar Dewantara atau
yang juga terkenal dengan sebutan bapak pendidikan nasional lahir di Yogyakarta
pada tanggal 2 mei 1889. Hari lahir Ki Hajar Dewantara di peringati sebagai
hari pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara memiliki beberapa ajaran yang di
ajarkan pada murid muridnya ajaran yang paling terkenal adalalh tut wuri
handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada. Yang masing masing
artinya adalah di belakang member dorongan, di tengah menciptakan peluang untuk
berprakarsa, di depan member teladan. Pada tanggal 28 april 1959 Ki Hajar
Dewantara menghembuskan nafas trakhirnya di tempat kelahirannya di Yogyakarta
dan di makamkan di sana pula.
Dengan nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat ia berasala dari keluarga kerajaan kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat pada usia
yang mencapai 40 tahun mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Sejak saat
itu ia mengubah nama kebangsawanannya supaya ia dapat bebas untuk dekat dengan
rakyat.
Perjalanannya untuk
memperjuangkan bangsannya diwarnai dengan perjuangan dan pengabdian demi bangsa
Indonesia. Ia menamatkan Sekolah
Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA
(Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia
bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden
Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara.
Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat
komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat
antikolonial bagi pembacanya.
Taman Siswa adalah
nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 juli 1922 di
Yogyakarta. Pada waktu pertama didirikan namanya bukanlah Taman Siswa tetapi
National Onderwijs Institut Taman Siswa, yang merupakan gagasan beliau dengan
eberapa temannya dari paguyuban Sloso kliwon Sekolah Taman Siswa, Yogyakarta
dan mempunyai 129 cabang sekolah de seluruh kita di di Indonesia.
Awal
pendirian tama siswa di awali dengan ketidak pusan dengan pola pendidikan yang
di lakukan oleh pemerintah kolonial, karena jarang sekali Negara colonial yang
memberikan fasilitas pendidikan yang baik kepada Negara jajahannya. Karena
seperti yang di katakana oleh ahli sosiolog Amerika “pengajaran akan merupakan
dinamit bagi system kasta yang di pertahankan dengan keras di dalam daerah
jajahan”.
Sebab itu maka
didirikanlah Taman Siswa oleh Ki Hajar Dewantara dan teman temannya. Taman
Siswa merupakan tantangan tersendiri bagi Ki Hajar Dewantara karena mendapatkan
tindakan yang tidak menyenangkan dari pihak Belanda. Taman Siswa merupakan
badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan
pendidikan untuk mencapai cita cita bangsa Indonesia. Bagi Taman Siswa
pedidikan bukanlah tujuan, tapi media untuk mencapai kemerdekaan dalam arti
sebenernya. Merdeka secara jasmani dan rohani. Yang di maksud merdeka secara
fisik adalah secara ekonomi, politik dan lain sebagainnya. Sedangakn merdeka
secara batin adalah mampu mengendalikan dirinya saat dalam keadaan tidak di
inginkan.
Taman Siswa tidak
semudah itu mendapat perizinan dari pemerintah colonial Belanda, karena
pemerintah coonial Belanda takut Taman Siswa di jadikan alat untuk melawan
pemerintahan Belanda pada saat itu. Taman Siswa dia anggapa sebagai tempat
untuk memupuk kader untuk melawan pemerintahan colonial Belanda. Oleh karena
itu pemerintah colonial Belanda dengan segala cara menghalangi berdirinya Taman
Siswa. Sejak saat itu Taman Siswa menghadapai perjuangan asasi melawan politik
pemerintahan colonial Belanda. Pada tahun 1931 banyak dari golongan orang Belanda
yang mempringatkan pemerintah bahwa apabila tidak di lakukan peninjauan atas
pengajaran gubernur, Taman Siswa akan menguasai keadaan politik dan pendidikan
dalam tempo sepuluh tahun.
Menyambuat
kegelisahan orang Belanda, pemerintah konservatif gubernur jendral do jonge
mengeluarkan ordanansi pengawasan yang di muat dalam staatsblad no. 494 tanggal
17 september 1932. Isi dan tujuan dari ordanansi itu adalah member kuasa kepada
alat alat pemerintahan untuk mengrus wujud dan isi sekolah sekolah pertikelir
yang tidak di biayayoleh negeri. Sekolah pertikelir harus meminta izin lebih
dahulu sebelum dibuka dan guru-gurunya harus mempunyai izi mengajar. Rencana
pengajarannya pula harus sesusai dengan sekolah negeri, demikian juga denga
peraturan peraturannya. Ordanansi itu menimbulka perlawanan di kalangan
masyarakat Indonesia dan Ki Hajar Dewantara yang mengirimkan protes dengan
telegram kepada gubernur jenderal di bogot pada tanggal 1 oktober 1932.
Taman Siswa setelah
kemerdekaan
Salah satu masalah
yang dihadapi oleh Taman Siswa setelah kemerdekaan adalah meninjau kembali
hubungan dengan pemerintahan bangsa Indonesia sendiri. Terutama dalam hal
penerimaan subsidi si kalangan perguruan tinggi banyak perbedaan dalam
menghadapi masalah ini yaitu mereka yang menerima subsidi ini dan cara
penggunaannya agar tidak mengganggu terhadapap prisip “merdeka mengruus diri
sendiri”.
Di kalangan para
pemimpin terdapat dua pendapat atau aliran yang merumuskna mau kemana Taman
Siswa nanti. Yang pertama, aliran yang menunjukan Taman Siswa terlepas dari
system pendidikan pemerintah, merupakanlembaga pendidikan yang independen hidup
dalam cita-citanya sendiri dan terus berusaha agar sebagian masyarkat meneirma
konsep pendidikan nasional, caranya dengan tetap mempertahankan system pondok
yang terasing dari masyarakat sekitarnya. Yang kedua adalah ,mereka berpendapat
bahwa perkembangan masyarkaat Indonesia baru sangat perlu di hapdapi dengan
pemikiran baru. Maksdunya Taman Siswa dapat menyumbangkan idenya untuk
pengembangan kebijakan politik pendidikan nasional.
Atas permintaan
penduduk dan untuk memnuhi kebutuhan pendidikan warga di wilayah kemayoran, Ki
Samidi Mangunsarkoro (Tokoh Taman Siswa Yogyakarta, ketika itu beliau menjabat
kepala HIS Budi Utomo), dengan bermodalkan hanya 500 gulden, Ki Samidi berkerja
sama dengan Ki Moh. Thamrin mendirikan perguruan Taman Siswa cabang Jakarta
yang di pimpin oelh Ki Moh husni Thamrin selaku ketua Majelis Cabang dan Ki
Samidi Mangunsarkoro selaku Majelis perguruan. Taman Siswa cabang Jakarta
terletak di jalan garuda No 17 kemayoran.
Karna untuk masuk ke
sekolah Belanda di perlukna banyak criteria yang harus di penuhi untuk
bersekolah. Maka anggota masyarakat yang tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya
ke sekolah Belanda karena tidak memenuhi syarat, dapat menyekolahkan anaknya ke
perguruanan Taman Siswa, bahkan diantara siswanya adalah putera putera pejuang
lemerdekaan.
Walaupun ada larangan
belajar oleh pemereintah Belanda, sebagai besar para siswa dan orang tua murid
tetap meperthakan dan belajar di perguruan Taman Siswa. Dan semakin banyak
warga masyarakan yang ingin menyekolhakan anakanya di Taman Siswa, rencana
semula yang hanya mebuka taman anak dan kursis guru, kemudian di tambah dengan
membuka jug ataman muda (SD kelas IV smapai dengan kelas VI) dan taman dewasa
(MULO Taman iswa). Selain itu tempat belajar jug asemakin luas menggunkan
gedung di jalan Garuda No. 73, 82, 52 dan 46 seklaigus untuk asrama siswa,
tempat tinggal pamong dan pimpinan perguruan. Selai itu untuk membuka cabang
perguruan di jatibari, tanah abang, petojo,kebon jeruk, sawah besar, jatinegara
dan kramat dekat pasar genjing.
Oleh adanya konflik
internal di perguruan Taman Siswa cabang Jakarta antara pamong dadn pimpinan
sehinggal mengakibatkan sebanyak 22 orang pamong menyataka keluar dan oleh
sebab itu terlepas pula ranting Taman Siswa di petojo dank ebon jeruk dari Taman
Siswa cabang Jakarta, dan selanjutnya berdiri sendiri dan berganti nama menjadi
pergururuan Budi Arti pada bulan oktober 1934
Pada tanggal 8 maret
1942 Jepang masuk dan menduduki daerah bekas jajahan Belanda, awalnya kehadiran
Jepang di sambut baik oleh sebagian besar rakyat termasuk orang-orang Taman
Siswa. Kedatangan bala tentara Jepang dianggap akan member kemerdekaan kepada
indoneis oleh karena itu pamong Taman Siswa Ki Mangunsakroo kembali ke
Yogyakarta karena perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di anggap telah usai
dan Indonesia di anggap sudah akan merdeka.
Setelah ditutup sekitar
dua tahun, maka berkat usaha Ki Moh Said Reksohadiprodjo dan Ki R. Sukamto,
perguruan Taman Siswa cabang Jakarta kembali di buka pada 14 juli 1944 dengan
menyewa dua buah rumah yang terletak di ujung jalan kadiman dan di bentuk lah
dua program baru yaitu taman Indria dan Taman Muda. Ketua perguruan itu adalah
ki R. sukamto. Agar kedudukan Taman Siswa di Jakarta tidak dapat di usik oleh
pihak yang tidak senang dengan kehadiran Taman Siswa, maka perguruan Taman
Siswa cabang Jakarta didaftarkan kepada notaries dengan akte notaries R.kadiman
No. 20 tertangggal 13 september 1944 dengan nama Taman Siswa Jakarta Syuu. Menjelang akhir tahun 1944, rumah-rumah
dikawasan jalan kadiman termasuk rumah yang ditempati oleh perguruan Taman
Siswa harus di kosongkan kareana akan digunakan untuk markas angkatan laut Jepang
atau kaigun.. namun berkat diplomasi Ki Moh Said Reksohadiprodjo kepada komanda
angkatan laut Jepang. Khusunya dengan colonel Maeda maka Taman Siswa di tunjuj
untuk menpati gedung bekas rumah sakit palang dua di jalan garuda no.25 yang
sudah lama ditinggalkan pemiliknya. Inilah yang sampai sekarang menjadi gedung
perguruan Taman Siswa cabang Jakarta jalan garuda kemayoran. Taman siswa sampai
sekarang masih menjadi panutan dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara
sebagai tokoh pendidikan nasional juga sangat dikagumi. Dunia pendidikan
Indonesia tidak akan maju dan berkembang atau bahkan tidak akan ada yang
berkembangan tanpa adanya Taman Siswa. Sepatutnya kita sebagai mahasiswa juga
menghargai dunia pendidikan yang sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu dengan
belajar dengan serius dan mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara. Sekian
yang dapat saya sampaikan tentang Taman Siswa dan sejarahnya, semoga dapat bermanfaat
bagi yang lain.
Sumber:
6. Santoso,soegeng,2011,
Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
7. Karja
ki Hajdar Dewantara, 1967. Madjelis-Luhur Persatuan Taman Siswa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar